Tuesday, August 12, 2008

Bapepam restui penawaran tender Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Rencana penawaran tender saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk kemungkinan tidak mendapat halangan berarti setelah mengantongi restu dari pemegang saham PT Medco Energi Internasional pekan lalu.

"Penawaran tender Apexindo oleh Mitra Rajasa saya kira bisa berjalan, sehingga bisa segera dilaksanakan. Saya tidak melihat ada masalah. Namun, saya cek ke Kepala Biro yang berwenang [Nur Haida]," ujar Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Ahmad Fuad Rahmany, kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil Bapepam-LK Nur Haida menambahkan Bapepam-LK merestui divestasi anak perusahaan Medco, yaitu Apexindo kepada Mitra Rajasa.

Norico Gaman, Head of Research PT BNI Securities, menambahkan satu hal yang harus dicermati adalah pengalihan kepemilikan Apexindo dari Medco kepada Mitra Rajasa.

"Sejauh mana proses peralihan kepemilikan itu memberikan sinergi positif untuk Apexindo karena Mitra Rajasa bergerak di bidang usaha transportasi. Sebelum dibeli oleh Mitra Rajasa, Medco dan Apexindo memiliki sinergi positif," katanya.

Terkait dengan penurunan harga minyak di pasar global, dia menjelaskan hal itu bisa memengaruhi kinerja Apexindo karena penurunan harga minyak membuat harga sewa rig terkoreksi.

Apabila Apexindo tidak memiliki kontrak pengeboran jangka panjang, tuturnya, hal itu berpotensi menyulitkan kinerja ke depan.

Menurut dia, harga minyak, yang kemarin diperkirakan di level US$112 per barel, bisa bergerak ke posisi US$105-US$110 per barel. "Pada jangka pendek, harga minyak diprediksi menyentuh US$100 per barel."

Nurhaida menambahkan Bapepam-LK telah menelaah kewajaran harga transaksi divestasi Apexindo kepada Mitra Rajasa yang senilai Rp2.450 per saham. "Kami nilai sudah tidak ada masalah lagi," ujarnya.

Nilai wajar

Medco menyampaikan nilai wajar transaksi itu sesuai dengan pendapat dari konsultan independen PT Alpro Dinamika. Berdasarkan pendekatan arus kas yang didiskon 13,7%-16,5%, perhitungan nilai perusahaan (enterprise value) Apexindo per 31 Maret 2008 berkisar US$702,1 juta -US$874,6 juta.

Setelah memperhitungkan utang dan kas serta kas ekuivalen Apexindo per 31 Maret 2008 sebesar US$188,5 juta dan US$36,6 juta, nilai ekuitas Apexindo US$549,9 juta-US$722,5 juta.

Nilai ekuitas dibagi dengan 2,63 miliar saham yang diterbitkan Apexindo, sehingga diperoleh indikasi harga saham Apexindo pada kisaran US$0,21-US$0,27 atau ekuivalen dengan Rp1.925-Rp2.528 per saham.

"Dalam perspektif jangka menengah, kisaran harga saham tersebut adalah wajar dan mencerminkan kondisi dan prospek bisnis Apexindo maupun kondisi pasar yang berlaku," tulis laporan Alpro.

Pada 28 Juni 2008, Mitra Rajasa mengumumkan bahwa berdasarkan Peraturan No. IX. H. 1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dan No. IX. F. 1 tentang Penawaran Tender, emiten berkode MIRA ini wajib menggelar penawaran tender atas saham publik Apexindo.

Perseroan mematok harga penawaran tender pada level Rp2.450 atau sama dengan harga pembelian terhadap 2,12 miliar saham Apexindo.

Penawaran tender itu akan dilaksanakan segera setelah pemegang saham Mitra Rajasa dan Medco mendapatkan restu dari pemegang saham.(sylviana.pravita@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Sylviana Pravita R.K.N. & Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia

Tuesday, July 15, 2008

Mitra gandeng Goldman kuasai Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Mitra Rajasa Tbk kemungkinan besar menggandeng Goldman Sachs (Asia) L.L.C sebagai mitra strategis untuk mengakuisisi 80,6% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk senilai US$562 juta atau Rp5,19 triliun.

Direktur Utama Mitra Rajasa Beni Prananto mengatakan pada beauty contest untuk mencari mitra strategis itu, perseroan kemungkinan memilih mitra strategis yang selama ini menjadi lead arranger dan financial advisor yaitu Goldman. Mereka lebih mengetahui kondisi Apexindo dan Mitra Rajasa.

"Ya, memang kami condong memilih Goldman sebagai mitra strategis dalam kepemilikan Apexindo," ujarnya kepada Bisnis pada akhir pekan lalu.

Perseroan, lanjutnya, tengah bergerak cepat guna memenuhi kebutuhan pendanaan akuisisi Apexindo yang harus dipenuhi akhir Agustus nanti.

Mitra Rajasa membentuk Bidco yang merupakan anak perusahaan Sabre Systems International Pte Ltd. Sabre merupakan anak perusahaan Mitra Rajasa yang berkedudukan di Singapura. Bidco juga akan berdiri di Singapura.

Beni menuturkan Mitra Rajasa tengah memastikan persentase kepemilikan antara Mitra Rajasa dan Goldman Sachs pada Apexindo.

Tiga pihak

Komisaris Utama Mitra Rajasa Tito Sulistio mengatakan seleksi mitra strategis dalam akuisisi itu digelar dan diikuti oleh tiga pihak, yaitu bank investasi, perusahaan migas dan fund manager. Meski demikian, lanjutnya, Mitra Rajasa akan mengambil 80,57% saham Apexindo pada tahap awal akuisisi.

Emiten pengeboran migas itu mengambil alih 48,72% saham Apexindo dari PT Medco Energi Internasional Tbk dan 31,61% saham dari Encore International Ltd seharga Rp2.450 per saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi Medco disebutkan bahwa konsultan independen PT Alpro Dinamika menilai berdasarkan pendekatan diskonto arus kas dengan tingkat diskonto 13,7%-16,5%, perhitungan nilai perusahaan (enterprise value) Apexindo per 31 Maret 2008 berkisar US$702,1 juta-US$874,6 juta.

Setelah memperhitungkan utang dan kas serta kas Apexindo per 31 Maret 2008 sebesar US$188,5 juta dan US$36,6 juta, ekuitas Apexindo mencapai pada kisaran US$549,9 juta-US$722,5 juta.

Selanjutnya, ekuitas dibagi dengan 2,63 miliar total saham yang diterbitkan Apexindo, sehingga diperoleh indikasi harga saham Apexindo pada kisaran US$0,2088-US$0,2743 atau ekuivalen dengan Rp1.925-Rp2.528, dengan kurs US$1=Rp9.217 per 31 Maret 2008.

Oleh Sylviana Pravita R.K.N.

Bisnis Indonesia

Akuisisi Apexindo Pratama, Pertamina Tunggu Bapepam-LK

Jurnal Nasional -- PT Pertamina masih menunggu keputusan Bapepam-LK terkait rencana akuisisi PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) yang dinilai berjalan secara tidak adil (fair). Hal ini diungkapkan Direktur Utama (Dirut) Pertamina Ari Soemarno di Magelang pada Jurnal Nasional, beberapa waktu lalu. "Tinggal tunggu keputusan Bapepam-LK aja," katanya.

Ari mengakui, bahwa sampai sekarang Pertamina masih berharap dapat mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengeboran tersebut. Ketika disinggung apa langkah Pertamina, jika diputuskan MIRA yang memang harus mengakuisisi anak perusahaan Medco Energi International (Medco) tersebut, Ari hanya menjawab bahwa tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Dia mengatakan, bahwa pihaknya sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan tersebut. "Lha, kami mau usaha apa lagi? Kalau ternyata nantinya MIRA yang diputuskan berhak mengakuisisi Apexindo dan dianggap sesuai ketentuan di pasar modal ya mau bagaimana lagi?" katanya dengan nada kecewa.

Ari hanya menyesalkan sikap Medco yang tidak memberi kesempatan yang adil buat Pertamina. Dia menyebutkan, hingga saat ini surat keberatan ke Medco atas transaksi akuisisi tersebut belum mendapat balasan sama sekali.

Sebelumnya, Pertamina sudah mengirimkan surat yang menyatakan minat membeli. Surat itu ditandatangani Dirut Pertamina bernomor 841/ C0000/2008-80 tertanggal 17 Juni 2008, kepada Dirut PT Medco Energi International Tbk Darmoyo Doyoatmojo. Surat itu berisi, Pertamina siap mengajukan harga penawaran yang lebih baik dibandingkan MIRA, dengan mengajukan penawaran harga penjualan 80,6 persen saham Apexindo dengan harga maksimal Rp2.625 per saham atau lebih tinggi dari harga jual kepada Mitra Rajasa sebesar Rp2.450 per saham.

Artinya, dalam ketentuan tender seharusnya Pertamina yang memenangkan tender pembelian Apexindo tersebut karena menawarkan harga beli yang lebih tinggi dibanding MIRA. Namun, pada kenyataannya, MIRA dan Medco menandatangani kesepakatan jual beli Apexindo pada harga hanya Rp2.450 per saham. Sedangkan surat keinginan Pertamina membeli Apexindo hanya dianggap angin lalu. "Setelah kami masukan penawaran yang lebih tinggi, malah kemudian diputuskan pemenangnya. Ini tidak adil," katanya.

Oleh karena itu, dia berharap Bapepam-LK dapat melihat kejanggalan dalam transaksi ini dan segera memberikan keputusan. Mengingat, MIRA juga selama ini bukan perusahaan yang bergerak sejalan dengan kor bisnis Apexindo, tapi perusahaan di sektor transportasi.


by : Antarini Vellandrie

Friday, July 11, 2008

Medco Cari Pinjaman US$ 1 Miliar

JAKARTA, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) akan mencari total pinjaman sebesar US$ 1 miliar untuk investasi pada tujuh proyek utama di Indonesia dan Libya.

Direktur Medco Energi Internasional D Cyril Noerhadi mengatakan, ketujuh proyek itu adalah Senoro LNG, Rimau EOR, Blok A Aceh, Lematang Gas, Sarulla, Blok 47 Libya, dan pembangunan pabrik ethanol di Lampung. Total investasinya mencapai US$ 3 miliar.

Perusahaan energi milik keluarga Panigoro itu harus menyiapkan dana sekitar US$ 1,5 miliar secara bertahap hingga 2012. Sisanya sebesar US$ 1,5 miliar dari anggota konsorsium lainnya. “Dari porsi Medco yang US$ 1,5 miliar itu, kami akan mengeluarkan kas internal sebesar US$ 500 juta. Sedangkan US$ 1 miliar lagi dari pinjaman bank atau emisi obligasi,” kata Cyril di Jakarta, Kamis (10/7).

Cyril mengakui, perseroan tengah menjajaki fasilitas pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Asian Development Bank (ADB). Perseroan optimistis, fasilitas itu dapat diperoleh pada 2008. Namun, dananya belum tentu digunakan tahun ini. Sebab, Medco akan memanfaatkan penjualan 48,87% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) senilai US$ 340,89 juta.

Selain itu, Medco akan menggunakan dana hasil penjualan saham minoritas pada tujuh blok minyak dan gas bumi. Namun, Cyril mengaku belum bisa mengungkapkan nilai penjualan tersebut karena masih dalam proses tender. “Yang pasti, dana sangat cukup untuk membiayai ekuitas tujuh proyek utama yang sebesar US$ 500 juta karena dari Apexindo sebesar US$ 340,8 juta dan sisanya hanya sekitar US$ 159 juta,” ujar dia.

Medco kini menerima tawaran dari 30 perusahaan yang ingin memiliki saham perseroan pada tujuh blok migas. Namun, menurut Cyril, peminat yang kini serius hanya sekitar dua-tiga perusahaan. Dengan demikian, Medco menargetkan penjualan sahamnya itu bakal selesai pada September 2008.

Produksi Naik

Medco optimistis, kapasitas produksinya nanti dapat meningkat menjadi 120-180 ribu barel oil equivalent (BOE) per hari apabila tujuh proyek utama sudah beroperasi. Saat ini, produksi perseroan hanya sekitar 72 ribu BOE per hari.

Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman memperkirakan, laba bersih perseroan setiap tahun diprediksi naik hingga 38% dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Kenaikan itu seiring dengan pengerjaan tujuh proyek utama. Bahkan, kata dia, kenaikan itu mencapi 40% jika harga minyak dunia tetap di atas US$ 100 per barel.

Norico menilai, rencana perseroan untuk mencari pinjaman sudah tepat. Dengan begitu, Medco dapat memenuhi pendanaan proyek dan sekaligus meningkatkan kinerja keuangan. “Posisi utangnya memang bertambah, namun ada kompensasi karena dapat meningkatkan kinerja keuangan,” kata dia.

Tawaran Pertamina

Mengenai penawaran PT Pertamina terkait penjualan Apexindo, Dirut Medco Energi Darmoyo Doyoatmojo mengatakan bahwa persoalan itu sudah selesai. Perseroan sudah memberikan penjelasan kepada Pertamina mengenai penjualan Apexindo kepada PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA).

“Persoalan dengan Pertamina sudah selesai dan tidak mengganggu hubungan kami berdua di sejumlah proyek migas. Untuk itu, kami akan mengadakan RUPSLB pada 7 Agustus 2008,” tegas Darmoyo, kemarin.

Menurut dia, penjualan Apexindo kepada Mitra Rajasa merupakan keputusan yang terbaik. Meski dengan harga Rp 2.450 per saham, Mitra Rajasa tidak menyertakan banyak persyaratan sehingga transaksinya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

Sebelumnya, Pertamina menawar Apexindo dengan harga Rp 2.625 per saham. Namun, tawaran itu dianggap belum cukup karena memuat beberapa persyaratan sehingga pemenangnya adalah Mitra Rajasa.

Mitra Rajasa akan membayar tunai sebesar US$ 272,71 juta dalam dua tahap. Sisanya sebesar US$ 68,18 juta akan dibayar dalam bentuk obligasi dengan jaminan berjangka waktu satu tahun. Obligasi itu akan diterbitkan Sabre Systems International Pte Ltd, anak usaha Mitra Rajasa di Singapura.

Mitra Rajasa juga akan mengambil alih 31,7% saham Encore International Ltd milik keluarga Panigoro dengan mekanisme serupa. Dengan demikian, total akuisisi Apexindo oleh Mitra Rajasa menjadi sekitar Rp 5,19 triliun. (c119)

Thursday, July 10, 2008

Bapepam-LK telaah kewajaran harga Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih menelaah kewajaran harga divestasi anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk, yaitu PT Apexindo Pratama Duta Tbk seiring dengan masuknya laporan Medco ke otoritas pasar modal kemarin.

Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil Bapepam-LK Nur Haida mengatakan otoritas pasar modal akan mengkaji harga transaksi divestasi Apexindo kepada PT Mitra Rajasa Tbk yang senilai Rp2.450 per saham.

"Surat edarannya baru kami terima hari ini, meski rapat pemegang saham akan digelar pada 7 Agustus mendatang. Jadi, kami akan mengkaji wajar tidaknya transaksi itu selambat-lambatnya hingga 7 Agustus," ujarnya kepada Bisnis, kemarin .

Berdasarkan keterangan yang dipublikasikan Medco disebutkan bahwa konsultan independen PT Alpro Dinamika menilai berdasarkan pendekatan diskonto arus kas dengan tingkat diskonto 13,7%-16,5%, perhitungan nilai perusahaan (enterprise value) Apexindo per 31 Maret 2008 adalah berkisar US$702,1 juta -US$874,6 juta.

Setelah memperhitungkan utang dan kas serta kas ekuivalen Apexindo per 31 Maret 2008 masing-masing sebesar US$188,5 juta dan US$36,6 juta, maka diperoleh nilai ekuitas Apexindo per 31 Maret 2008 pada kisaran US$549,9 juta-US$722,5 juta.

Selanjutnya, nilai ekuitas dibagi dengan 2,63 miliar total saham yang diterbitkan Apexindo, sehingga diperoleh indikasi harga saham Apexindo pada kisaran US$0,2088-US$0,2743 atau ekuivalen dengan Rp1.925-Rp2.528, dengan kurs I US$=Rp9.217 per 31 Maret 2008.

Terkait dengan penilaian AlproBapepam-LK menyatakan pihaknya akan menelaah hasil penilaian tim penilai independen yang merupakan bagian dari profesi penunjang pasar modal itu.

Harga tinggi

"Kami akan mendalami proses divestasi Apexindo kepada Mitra Rajasa. Apabila semua disclosure dalam surat edaran itu kami nilai sudah terpenuhi, Medco bisa menggelar rapat pemegang saham pada 7 Agustus mendatang," ujar Nur.

Nur mengatakan pihaknya belum bisa berkomentar terkait dengan PT Pertamina (Persero) yang menawar saham Apexindo dengan kisaran harga teratas Rp2.625 per saham atau 7,14% lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual Apexindo kepada Mitra Rajasa.

Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham emiten berkode APEX itu ditutup pada level Rp2.225 atau melonjak 1,14% dibandingkan harga penutupan saham sebelumnya, yaitu Rp2.200.

Oleh Sylviana Pravita R.K.N.

Bisnis Indonesia

Wednesday, July 9, 2008

Pertamina Bidik 27% Saham Medco

Investor Indonesia --- SETELAH gagal mengakuisisi PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), PT Pertamina kini mengkaji pembelian 27% saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Menurut sumber Investor Daily, pemerintah melalui Menneg BUMN telah mengisyaratkan pembelian saham milik keluarga Panigoro tersebut. Rencananya, uji tuntas (due diligence) akan digelar pada Juli ini.

Sumber lain menegaskan, Medco akan menerima kompensasi apabila penjualan saham kepada Pertamina berjalan lancar. Medco akan menjadi salah satu perusahaan yang mengeksplorasi gas bumi di Aceh. Selain itu, Medco juga tengah menjajaki pembelian saham Newmont. Pada perdagangan kemarin, MEDC ditutup melemah Rp 50 (1%) ke level Rp 4.625.

Monday, July 7, 2008

Saham Apexindo Menuju Rp 2.500

Investor Daily --- SALAH satu bank investasi asing akan memborong saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) di pasar sekunder hingga harga Rp 2.500. Soalnya, kata sumber Investor Daily, PT Pertamina menawarkan harga akuisisi Apexindo sebesar Rp 2.900 per saham kepada PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA). Tawaran itu lebih tinggi dari Mitra Rajasa sebesar Rp 2.450.

Pertamina sangat berambisi untuk mengambil alih Apexindo karena saham perusahaan jasa pertambangan migas itu sedang murah. Harga wajar Apexindo seharusnya Rp 3.600 apabila memakai benchmark perusahaan sejenis di regional. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, APEX menguat Rp 100 (4,7%) ke level Rp 2.200. Nilai transaksinya sebesar Rp 37,6 miliar. (jau)

Thursday, July 3, 2008

Kontroversi leveraged buyout Apexindo

Bisnis Indonesia --- Sulit untuk tidak mengernyitkan dahi ketika mencermati transaksi penjualan saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada PT Mitra Rajasa Tbk. Keluarga Panigoro memutuskan melego 80,6% saham perusahaan pengeboran ini di harga Rp2.450 per saham pada 9 Juni senilai Rp5,19 triliun.

Meski harga divestasi itu premium 11,36% dibandingkan dengan harga pasar tertinggi Rp2.200, selisihnya hanya Rp50 per saham atau 2,08% dibandingkan dengan harga pembelian keluarga Panigoro (lewat Encore International Ltd) dari dua pemegang saham sebelumnya Rp2.400.

Bahkan, angka itu melorot 10% (Rp250) dibandingkan dengan penawaran awal tahun senilai Rp2.700, yang membuat Essar Oil (India) dan 3i Group Plc mundur karena menilai harga itu terlalu mahal (Bisnis, 16 Januari).

Lebih unik lagi, Mitra Rajasa dalam transaksi ini ibarat menjadi Daud yang berhasil mencaplok Goliath setelah lebih dulu menyisihkan raksasa lain pesaing terganasnya.

Berdasarkan data Bloomberg, Mitra Rajasa tercatat hanya memiliki aset US$119,98 juta (per Desember 2007), atau empat kali lebih kecil dari aset Apexindo senilai US$489,48 juta.

Mitra Rajasa adalah perusahaan transportasi darat, yang baru mencicipi bisnis migas tahun lalu dengan mengakuisisi Sabre Systems International Pte Ltd (SSI) dan PT Pulau Kencana Raya (PKR). Itupun dengan menggalang dana dari utang pasar modal (emisi obligasi).

Harga saham Mitra Rajasa sejak 2006 hingga Agustus 2007 tergolong anteng. Waktu itu, saham Mitra Rajasa juga termasuk tak likuid. Harga rata-rata saham Mitra Rajasa hanya berkisar Rp28,35 per saham. Pemain pasar juga jarang menyebut nama Mitra Rajasa.

Namun, saham kurang likuid itu menggeliat sejak 28 Agustus tahun lalu yang masih di posisi Rp44,95. Setelah itu, saham Mitra Rajasa terbang secara perlahan hingga mencapai level Rp300 per saham pada penutupan 26 September tahun lalu.

Penjualan Apexindo kepada Mitra Rajasa, membuat manajemen PT Pertamina mencak-mencak karena merasa diperlakukan tidak adil. BUMN penguasa minyak nasional ini dikabarkan menawar saham Apexindo maksimal Rp2.625 per saham, senasib dengan Northern Offshore Drilling asal Norwegia yang juga terpental dari divestasi.

Transaksi yang terlihat aneh ini mengundang perhatian berbagai pihak mulai dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Ditjen Pajak, hingga Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Namun, pelaku pasar merespons transaksi tersebut secara wajar, sehingga harga saham ketiga emiten itu bergerak proporsional.

Pemodal mengapresiasi saham berkode Mitra Rajasa yang dalam transaksi itu berposisi sebagai pemenang. Saham mereka di pasar (MIRA) harganya ditutup pada level Rp740 atau menguat 76,2% (Rp320) dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun Rp420.

Di sisi lain, saham Apexindo (APEX) yang dalam transaksi itu hanya menjadi obyek, sahamnya ditransaksikan secara datar di level Rp2.100, tidak beranjak dari posisi penutupan akhir 2007.

Pada umumnya, saham yang menjadi objek akuisisi dan berpotensi di-serap oleh pembeli baru dalam pe- nawaran tender biasanya langsung melonjak ketika kesepakatan akuisisi diumumkan ke publik.

Namun, pada penjualan Apexindo, harga sahamnya justru tak melonjak. Harga saham Mitra Rajasa yang justru terbang.

Sebaliknya, saham Medco (MEDC) justru dibanting, sehingga harganya kemarin ditutup di level Rp4.750 atau melemah 8,2% (Rp400) dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu Rp5.150.

Leveraged buyout

Analis PT Optima Karya Capital Securities Ikhsan Binarto menilai Mitra Rajasa memiliki kekuatan pendanaan akuisisi dengan mengoptimalkan leverage yang masih rendah, atau biasa dikenal dengan akuisisi melalui utang dengan menjaminkan objek perusahaan yang dibeli (leveraged buyout).

Perseroan, katanya, kemungkinan menerbitkan obligasi tukar senilai US$50 juta-US$75 juta, yang akan dialihkan menjadi saham Mitra Rajasa pada akhir 2008.

"Kami juga percaya Mitra Rajasa akan menerbitkan saham baru dengan rasio 3:4 untuk menggalang dana US$60 juta," tuturnya dalam laporan riset terbarunya.

Sampai sekarang, perseroan menerima US$450 juta melalui komitmen utang dan akan menerbitkan obligasi berjaminan senilai US$115 juta melalui anak usahanya Sabre System International (SSI).

Akibat ekspansi utang tersebut, perseroan akan memasuki periode gearing ratio tinggi sepanjang 2008-2009, menyusul proses pembiayaan akuisisi senilai US$565 juta itu akibat beban utang, obligasi tukar, dan obligasi jaminan.

"Kami memperkirakan gearing bersih yang berada di posisi 0,5 kali pada 2007, akan meningkat menjadi 2,5 kali pada 2008, dan turun lagi menjadi 0,9 kali pada 2009," ujar Ikhsan.

Biaya pendanaan Mitra Rajasa sepanjang 2008- 2010 diperkirakan meningkat menjadi 22 kali. "Namun, pendapatan Mitra dalam bentuk dolar AS akan memberikan hedging [lindung nilai]."

Ikhsan memperkirakan pendapatan Apexindo akan mendongkrak pendapatan konsolidasi Mitra Rajasa sebesar sepuluh kali lipat hingga 2009.

Dia menetapkan target harga MIRA senilai Rp1.375 per saham yang merefleksikan dampak akuisisi dan merekomendasikan beli dengan potensi kenaikan 94%.(arif.gunawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S.

Wartawan Bisnis Indonesia

Kontroversi leveraged buyout Apexindo

Bisnis Indonesia --- Sulit untuk tidak mengernyitkan dahi ketika mencermati transaksi penjualan saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada PT Mitra Rajasa Tbk. Keluarga Panigoro memutuskan melego 80,6% saham perusahaan pengeboran ini di harga Rp2.450 per saham pada 9 Juni senilai Rp5,19 triliun.

Meski harga divestasi itu premium 11,36% dibandingkan dengan harga pasar tertinggi Rp2.200, selisihnya hanya Rp50 per saham atau 2,08% dibandingkan dengan harga pembelian keluarga Panigoro (lewat Encore International Ltd) dari dua pemegang saham sebelumnya Rp2.400.

Bahkan, angka itu melorot 10% (Rp250) dibandingkan dengan penawaran awal tahun senilai Rp2.700, yang membuat Essar Oil (India) dan 3i Group Plc mundur karena menilai harga itu terlalu mahal (Bisnis, 16 Januari).

Lebih unik lagi, Mitra Rajasa dalam transaksi ini ibarat menjadi Daud yang berhasil mencaplok Goliath setelah lebih dulu menyisihkan raksasa lain pesaing terganasnya.

Berdasarkan data Bloomberg, Mitra Rajasa tercatat hanya memiliki aset US$119,98 juta (per Desember 2007), atau empat kali lebih kecil dari aset Apexindo senilai US$489,48 juta.

Mitra Rajasa adalah perusahaan transportasi darat, yang baru mencicipi bisnis migas tahun lalu dengan mengakuisisi Sabre Systems International Pte Ltd (SSI) dan PT Pulau Kencana Raya (PKR). Itupun dengan menggalang dana dari utang pasar modal (emisi obligasi).

Harga saham Mitra Rajasa sejak 2006 hingga Agustus 2007 tergolong anteng. Waktu itu, saham Mitra Rajasa juga termasuk tak likuid. Harga rata-rata saham Mitra Rajasa hanya berkisar Rp28,35 per saham. Pemain pasar juga jarang menyebut nama Mitra Rajasa.

Namun, saham kurang likuid itu menggeliat sejak 28 Agustus tahun lalu yang masih di posisi Rp44,95. Setelah itu, saham Mitra Rajasa terbang secara perlahan hingga mencapai level Rp300 per saham pada penutupan 26 September tahun lalu.

Penjualan Apexindo kepada Mitra Rajasa, membuat manajemen PT Pertamina mencak-mencak karena merasa diperlakukan tidak adil. BUMN penguasa minyak nasional ini dikabarkan menawar saham Apexindo maksimal Rp2.625 per saham, senasib dengan Northern Offshore Drilling asal Norwegia yang juga terpental dari divestasi.

Transaksi yang terlihat aneh ini mengundang perhatian berbagai pihak mulai dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Ditjen Pajak, hingga Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Namun, pelaku pasar merespons transaksi tersebut secara wajar, sehingga harga saham ketiga emiten itu bergerak proporsional.

Pemodal mengapresiasi saham berkode Mitra Rajasa yang dalam transaksi itu berposisi sebagai pemenang. Saham mereka di pasar (MIRA) harganya ditutup pada level Rp740 atau menguat 76,2% (Rp320) dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun Rp420.

Di sisi lain, saham Apexindo (APEX) yang dalam transaksi itu hanya menjadi obyek, sahamnya ditransaksikan secara datar di level Rp2.100, tidak beranjak dari posisi penutupan akhir 2007.

Pada umumnya, saham yang menjadi objek akuisisi dan berpotensi di-serap oleh pembeli baru dalam pe- nawaran tender biasanya langsung melonjak ketika kesepakatan akuisisi diumumkan ke publik.

Namun, pada penjualan Apexindo, harga sahamnya justru tak melonjak. Harga saham Mitra Rajasa yang justru terbang.

Sebaliknya, saham Medco (MEDC) justru dibanting, sehingga harganya kemarin ditutup di level Rp4.750 atau melemah 8,2% (Rp400) dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu Rp5.150.

Leveraged buyout

Analis PT Optima Karya Capital Securities Ikhsan Binarto menilai Mitra Rajasa memiliki kekuatan pendanaan akuisisi dengan mengoptimalkan leverage yang masih rendah, atau biasa dikenal dengan akuisisi melalui utang dengan menjaminkan objek perusahaan yang dibeli (leveraged buyout).

Perseroan, katanya, kemungkinan menerbitkan obligasi tukar senilai US$50 juta-US$75 juta, yang akan dialihkan menjadi saham Mitra Rajasa pada akhir 2008.

"Kami juga percaya Mitra Rajasa akan menerbitkan saham baru dengan rasio 3:4 untuk menggalang dana US$60 juta," tuturnya dalam laporan riset terbarunya.

Sampai sekarang, perseroan menerima US$450 juta melalui komitmen utang dan akan menerbitkan obligasi berjaminan senilai US$115 juta melalui anak usahanya Sabre System International (SSI).

Akibat ekspansi utang tersebut, perseroan akan memasuki periode gearing ratio tinggi sepanjang 2008-2009, menyusul proses pembiayaan akuisisi senilai US$565 juta itu akibat beban utang, obligasi tukar, dan obligasi jaminan.

"Kami memperkirakan gearing bersih yang berada di posisi 0,5 kali pada 2007, akan meningkat menjadi 2,5 kali pada 2008, dan turun lagi menjadi 0,9 kali pada 2009," ujar Ikhsan.

Biaya pendanaan Mitra Rajasa sepanjang 2008- 2010 diperkirakan meningkat menjadi 22 kali. "Namun, pendapatan Mitra dalam bentuk dolar AS akan memberikan hedging [lindung nilai]."

Ikhsan memperkirakan pendapatan Apexindo akan mendongkrak pendapatan konsolidasi Mitra Rajasa sebesar sepuluh kali lipat hingga 2009.

Dia menetapkan target harga MIRA senilai Rp1.375 per saham yang merefleksikan dampak akuisisi dan merekomendasikan beli dengan potensi kenaikan 94%.(arif.gunawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S.

Wartawan Bisnis Indonesia

Oil firm rebuilds school in remote area

Nurni Sulaiman, The Jakarta Post/Kutai Kartanegara --- Pupils ran and played happily around their new school building at SDN 1 elementary school, which is located in remote Saliki village in Kutai Kartanegara regency, East Kalimantan.

To arrive at the school, one must turn off the paved road and travel along a 20-kilometer dirt road, which takes about 30 to 40 minutes by car. If it rains, only four-wheeldrive

vehicles can traverse the road to reach the village.

The school is located around 100 kilometers from Tenggarong, Kutai Kartanegara's capital.

Most of the 232 registered students stay at home when it rains due to the long distances they have to travel and the lack of transportation. They usually get to school by hitching a ride on palm oil company trucks.

"I always go to school by hitching a ride on a truck. My family as well as the others are poor. Most of us stay home and cannot go to school when it rains," said sixth grader Sandy.

The school, which was fomerly built of wood, has just been rebuilt by oil and gas company PT Apexindo Pratama Duta.

"It was far from appropriate for students as well as teachers before. Thanks to the company, our spirits have been uplifted by the new building," school principal Ari Wiyono told The Jakarta Post recently.

Construction work on the school was completed .in February and it was officially handed over to the local administration by the company's president, Hetriono Kartowisastro,

on June 12.

"The construction of SDN 1 Saliki is part of Apexindo's corporate social responsibility program which is expected to contribute to the improvement of education for a wider community," Hetriono said.

"With proper facilities in place, we expect students' enthusiasm to study and learn to increase. We hope SDN 1 Saliki will be able to produce skilled manpower in the future," he said.

Kutai Kartanegara regency administration assistant Edi Damansyah talked about the benefits the building would bring in his inaugural speech.

"Apexindo is one of the companies operating in Kutai Kartanegara. We welcome any positive cooperation with the business community and hope that the finn's initiative

could encourage others to do the same," Damansyah said.

Apexindo spent about Rp 670 million (approximately US$74,400) to rebuild the school. Students have been able to learn in a much better atmosphere since last February.

The school building consists of seven classrooms, a teachers' room and four bathrooms. The company has also equipped the school with learning equipment and desks and chairs for students.