Thursday, December 29, 2005

Saham Apexindo Cenderung Sideways

Jakarta, Investor Daily --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan bergerak mendatar (sideways) pada perdagangan jangka pendek. Saham sektor pertambangan dan energi tersebut kurang likuid di pasar.

Selain kurang likuid, volume transaksi saham Apexindo cenderung sepi sejak awal Oktober 2005, kata analis PT Meridian Capital Indonesia M Habdi kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (27/12). Pada perdagangan kemarin tidak terjadi transaksi pada APEX, sehingga harga saham stagnan pada posisi Rp 720.

Menurut Habdi, secara teknis, indikator Williams%R (W%R) menunjukkan saham Apexindo Pratama mulai oversold, meskipun dari relative strength index (RSI) masih memperlihatkan pola sideways.

Kendati demikian, lanjut Habdi, secara fundamental APEX menjanjikan karena kinerja perusahaan diperkirakan kembali positif tahun ini, terutama setelah adanya restrukturisasi utang. Laba bersih 2004 terbukukan minus Rp 27,1 miliar, sedangkan tahun sebelumnya mencapai Rp 52,7 miliar. Akhir tahun ini, laba bersih bisa mencapai Rp 4,46 miliar, sebab per September 2005 sudah terbukukan Rp 3,3 miliar, ujarnya.

Dia menambahkan, pertumbuhan earning per share (EPS) Apexindo diperkirakan juga bergerak positif menjadi Rp 2-3 per lembar saham untuk tahun ini, setelah tahun sebelumnya minus Rp 16. Namun valuasinya sudah mahal dibanding saham sejenis, karena price to earning ratio (PER) mencapai 360 kali, dengan price to book value (PBV) 1,25 kali. Sedangkan PER ENRG (Energi Mega Persada) hanya 23,87 kali dan PBV 11,94 kali, jelasnya.

Analis PT Aneka Arthanusa Sekurindo Teguh Ramadani juga berpendapat, indikator relative strength index (RSI) memperlihatkan APEX akan melanjutkan pola mendatar. Sebab, posisinya masih di area netral, ujarnya.

Teguh menambahkan, selama ini, investor melirik saham Apexindo ketika saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat. Karena mereka berasumsi, kalau MEDC menguat biasanya APEX juga terangkat, kata dia.

Pendapatan US$ 120 Juta

Sementara itu, manajemen Apexindo Pratama Duta menargetkan pendapatan pada 2006 dapat mencapai sekitar US$ 120 juta. Angka tersebut melebihi target pendapatan perseroan akhir tahun ini sebesar US$ 110 juta.

Saya tidak bisa memberi angka pastinya, tapi diperkirakan di sekitar itu (US$ 120 juta), kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini.

Menurut dia, kenaikan pendapatan itu terutama didorong oleh dua faktor. Pertama, dayrate dua dari empat rig jenis Submersible Swamp Barge Apexindo diperkirakan naik 15-20% pada tahun depan menyusul adanya kontrak baru.

Keduanya dikontrak oleh Total E&P Indonesie untuk pekerjaan pengeboran di Tunu, Kalimantan Timur pada kurun waktu Maret 2006 Maret 2009. Total nilai kedua kontrak itu mencapai US$ 98,9 juta. Terkait dua kontrak itu, saat ini kami masih menunggu keputusan BP Migas, imbuh Agus.

Kedua, rig Raniworo yang beroperasi di Teluk Persia akan memeroleh kontrak baru pada 2006. Perseroan berharap memperoleh harga sewa harian lebih tinggi dibanding harga sewa Statoil sebesar US$ 51 ribu. Perseroan tengah bernegosiasi dengan calon penyewa baru untuk memeroleh harga sewa sesuai harga pasar US$ 80 ribu.

Hingga kuartal III 2005, pendapatan perseroan tercatat Rp 798,93 miliar atau naik 6% dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 755,63 miliar. Akibatnya, perseroan mematok margin pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortasi (EBITDA) tahun 2006 sebesar 44%. Persentase itu di atas target margin EBITDA akhir tahun ini 41%.

Selain kenaikan dayrate di sejumlah rig, posisi margin EBITDA terangkat karena Apexindo telah merevisi sejumlah pos biaya pada tahun depan. Biaya-biaya itu antara lain, biaya angkutan, akuntan, dan kru pengeboran.

Per 30 September tahun ini, EBITDA perseroan naik 27% menjadi Rp 324,53 miliar dari sebelumnya Rp 255,07 miliar. Kenaikan terbesar terjadi di kuartal III dengan sumbangan EBITDA sebesar Rp 129,68 miliar.

Sehingga posisi laba bersih tahun 2006 kami perkirakan di atas US$ 10 juta, ujar Agus. Beban bunga pada tahun depan akan jauh berkurang sebagai akibat pengembalian hasil rights issue perseroan kepada perusahaan induk Medco Energi Internasional.

Rekomendasi

M Habdi menyarankan investor untuk menghindari dulu APEX untuk jangka pendek. Sedangkan pada jangka menengah maupun panjang, dia menyarankan wait and see. Support saham ini di level Rp 700 dan resistance Rp 950, ujarnya. Sedangkan Teguh merekomendasikan hold APEX dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Support di level Rp 720 dan resistance Rp 740, jelasnya. (asp)

Tips APEX

Tren

Jangka pendek: mendatar

Jangka menengah-panjang: menguat

Fundamental

Per September 2005, pendapatan naik 6% Rp 798,93 miliar

PER: 360 kali, PBV: 1,25 kali

Teknis

RSI: sideways

W%R: oversold

Rekomendasi

M Habdi:

Jangka pendek: hindari

Menengah-panjang: wait and see

Support: Rp 700, resistance: Rp 950

Teguh Ramadani:

Jangka pendek: hold

Menengah-panjang: hold

Support: Rp 720, resistance: Rp 740

Tuesday, December 27, 2005

Apexindo teken kontrak US$4,83 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk telah menandatangani kontrak senilai US$4,83 juta untuk jasa pengeboran darat berikut satu paket peralatan pengeboran rig #5 selama satu tahun.

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Jakarta Jumat pekan lalu, Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R. Satari mengatakan penandatanganan kontrak itu dilakukan antara Apexindo dan Job Pertamina-Amerada Hess Jambi Merang terhitung mulai 21 Desember 2005. (Bisnis/wiw)

Wednesday, December 7, 2005

Saham Apexindo Cenderung Mendatar

Jakarta, Bisnis Indonesia --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan bergerak mendatar (sideways) pada perdagangan jangka pendek. Arah mendatar saham Apex ditopang faktor teknis, meskipun secara fundamental masih menjanjikan.

”Beberapa indikator teknis menunjukan trend mendatar pada saham ini, kata Analysis PT Bapindo Bumi sekutaris Harry Kurniawan kepada Investor Daily di Jakarta Senin ( 5/12).

Pada perdagangan kemarin. Saham Apex ditutup terkoreksi Rp 30 ke level Rp 700 saham sektor minyak dan gas itu ditransaksikan hanya empat kali dengan volume transaksi sebanyak 37.500 unit saham senilai Rp 26, 4 juta .

Menurut Harry secara teknis indikator relative strength index (RSI) untuk lima dan sepuluh hari untuk menunjukan saham Apexindo Pratama bergerak dalam trend mendatar untuk jangka pendek. “Arah mendatar juga terbaca dari indikator lain, seperti moving evarage convergence divergence (MACD),“ kata Harry.

Dia mengakui, pergerakan yang cenderung sideways didalam saham APEX juga di dukung volume transaksi yang kecil sejak awal Oktober 2005, apalagi saham APEX juga tidak termasuk likuid setelah kepemilikian publik hanya 5% dari sebelumnya 11,5% akibat right isue. “Namun, kalau melihat trend jangka panjang, saham ini masih menguat, “ujarnya.

Kendati demikian lanjut Harry, secara fundamental saham Apexindo Pratama masih menjanjikan, karena kinerja perusahaan diperkirakan kembali positif tahun ini setelah retrukturisasi utang. Laba bersih perseroan tahun 2004 minus Rp 27,1 miliar, sedangkan tahun sebelumnya mencapai 52,7 miliar. “Hingga kuartal III 2005 laba bersih perseroan sudah terbukukan Rp 3,3 miliar ,“ ujarnya.

Dia menambahkan pertumbuhan earning per share ( EPS ) Apexindo diperkirakan juga bergerak positif mejadi Rp 4-5 per lembar saham untuk tahun ini setelah tahun sebelumnya minus Rp 16. Namun valuasi saham APEX cukup mahal jika di bandingkan dengan emiten sejenis karena price to earning ratio (PER) mencapai 350 kali, dengan price to book value ( PBV ) 1,22 kali. Sedangkan PER Medco Energi (MEDC) hanya 12,2 kali,” jelasnya.

Sedangkan analisis PT Sari Jaya Permana Sekutaris M Alfatih mengatakan sejak pertengahan tahun 2004 saham APEX mulai naik. Namun selama tahun 2005 pergerakannya bergerak fluktuatif antara 550 – 900. “Kalau jangka pendek, saham ini masih tertekan. Tapi untuk jangka panjang berpotensi menguat.” ujarnya.

Pendapatan US$ 120 juta

Sementara itu Manajemen PT Apexindo Pratama Duta menargetkan pendapatan sekitar US$ 120 juta pada tahun 2005. Jumlah tersebut melebihi target pendapatan perseroan akhir tahun ini sebesar US$ 110 juta .

“Saya tidak bisa memberikan yang pastinya, tapi diperkirakan sekitar itu (US$ 120 juta) , kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan kepada Investor di Jakarta belum lama ini.

Menurut dia kenaikan pendapatan ini ditopang oleh dua faktor, pertama, dayrate dari empat rig jenis submersible barge Apexindo diperkirakan naik 15% – 20% di tahun depan adanya kontrak baru. Keduanya dikontrak oleh Total E & P Indonesia untuk pengeboran di Tunu, Kalimantan Timur untuk jangka waktu Maret 2006 – Maret 2009. Total nilai kedua kontrak itu mencapai US$ 98,9 juta.“Terkait dua kontrak itu saat ini kami masih menunggu keputusan BP Migas,” imbuh Agus.

Kedua rig Rani Woro yang beroperasi di Teluk Persia akan memperolah kontrak baru pada tahun 2006. Perseroan berharap dapat memperoleh harga sewa harian lebih tinggi dibandingkan dengan harga sewa Statoil sebesar US$ 51 ribu. Perseroan sedang bernegosiasi dengan calon penyewa yang baru untuk memperoleh harga sewa sesuai harga pasar US$ 80 ribu.

Rig Raniworo dikontrak oleh Statoil sejak Desember 2003 senilai US$ 50 juta. Tapi Statoil belum lama ini memutuskan tidak memperpanjang kontraknya yang akan berakhir pada Januari 2006, karena itu Apexindo berkesempatan untuk mencari kontrak yang baru dengan harga sewa yang sesuai harga pasar yang terus meroket .

Hingga kuratal III 2005, pendapatan perseroan tercatat Rp 798,93 miliar atau naik 6% di banding periode sama tahun lalu sebesar Rp 755, 63 miliar .

Per 30 September tahun ini EBITDA perseroan naik 27% menjadi Rp 324,53 miliar dari sebelumnya Rp 255,07 miliar. Kenaikan terbesar terjadi pada kuartal III dengan sumbangan EBITDA sebesar Rp 129, 68 miliar .

“Sehingga posisi laba bersih tahun 2006 kami diperkirakan di atas US$ 10 juta,“ ujar Agus.

Rekomendasi

Harry merekomendasikan acumulate trading buy saham APEX untuk jangka pendek, namun pada jangka panjang, dia menyarankan hold. “Support saham in di level Rp 700 dan resistance Rp 750 ,” ujarnya .

Sedangkan Alfatih merekomendasikan wait end see saham sektor minyak gas tersebut dalam jangka pendek. Tapi untuk jangka menengah dan panjang dia menyarankan beli support pertama saham APEX di level Rp 700 dan kedua Rp 600. Sedangkan resistanse pertama pada Rp 750 dan kedua Rp 800,“ jelasnya. (asp)

Saturday, December 3, 2005

2006, Pendapatan Apexindo US$ 120 Juta

Jakarta, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk menargetkan pendapatan tahun 2006 sebesar US$ 120 juta. Target itu melebihi target pendapatan perseroan akhir tahun ini sebesar US$ 110 juta.

Demikian pernyataan Direktur Keuangan Agustinus B Lomboan pada paparan publik perseroan di Jakarta, belum lama ini. “Saya tidak bisa memberikan angka pasti, tapi diperkirakan di sekitar itu,” ujarnya.

Menurut dia, kenaikan pendapatan itu terutama didorong dua faktor, pertama dayrate dua dari empat rig jenis submersible swamp barge Apexindo diperkirakan naik 15%-20% menyusul adanya kontrak baru. “Terkait dua kontrak itu, kami masih menunggu keputusan BP Migas,” imbuh Agus.

Selain itu, rig Raniworo yang beroperasi di Teluk Persia akan memperoleh kontrak baru pada tahun 2006. Dengan demikian, Perseroan berharap memperoleh harga sewa lebih tinggi dibandingkan harga sewa Statoil sebesar US$ 15 ribu. Perseroan tengah bernegosiasi dengan calon penyewa baru untuk memperoleh harga sewa sesuai harga pasar US$ 80 ribu.

Rig Raniworo dikontrak oleh Statoil sejak bulan Desember 2003 senilai US$ 50 juta. Tapi, Statoil belum lama ini memutuskan tidak memperpanjang kontraknya yang akan berakhir pada Januari 2006. Karena itu, Apexindo berkesempatan untuk mencari kontrak baru dengan harga sewa sesuai harga pasar yang terus meroket.

“Kami perkirakan, harga sewa yang disepakati lebih tinggi 25% dibandingkan harga sewa Statoil,” jelasnya. Perseroan, kata dia, juga masih mendapapat tambahan pendapatan dari hasil sewa rig-rig darat. Apexindo juga tengah mengusahakan kontrak jangka panjang, baik dari penyewa lama maupun baru.

Hingga kuartal III 2005, pendapatan perseroan tercatat Rp 798,93 miliar atau naik 6% dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 755,63 miliar.

Akibatnya, perseroan mematok margin pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tahun 2006 sebesar 44%. Persentasi itu di atas target marjin EBITDA akhir tahun ini 41%.

Selain kenaikan dayrate di sejumlah rig, posisi marjin EBITDA terangkat karena Apexindo telah merevisi sejumlah pos biaya di tahun depan. Biaya-biaya itu antara lain, biaya angkutan, akuntan, dan kru pengeboran.

Hingga akhir September 2005, EBITDA perseroan naik 27% menjadi Rp 324,53 miliar dari sebelumnya Rp 225,07 miliar. Kenaikan terbesar terjadi di kuartal III dengan sumbangan EBITDA sebesar Rp 129,68 miliar.

“Sehingga posisi laba bersih tahun 2006 kami perkirakan di atas US$ 10 juta,” ujar Agus. (c77)

Friday, December 2, 2005

Apexindo Tambah Satu Rig

JAKARTA, Koran Tempo - PT Apexindo Pratama Duta Tbk. berencana menambah investasi dengan membeli satu rig lepas pantai pada Desember 2006. Perusahaan pengeboran minyak yang terafiliasi dengan Medco Group ini sudah membayar uang muka US$ 24 juta dari total harga US$ 140 juta.

Menurut Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade Satari, dana itu diperoleh dari hasil penerbitan saham baru senilai Rp 750 miliar beberapa waktu lalu. Sisa pembayaran akan dibayarkan tahun depan, yang pendanaannya masih dibahas oleh perseroan. "Mungkin meminjam atau melakukan kerja sama. Yang pasti bukan dari kas internal," katanya kemarin.

Jika tidak mampu membayar tahun depan, pihak produsen yang ada di Singapura memberi keringanan kepada Apexindo untuk mencicil 30 persen dalam tiga tahun dan membayar 75 persen sisanya pada akhir jangka waktu itu. Saat ini, perusahaan penyewa alat pengeboran dan kru itu memiliki sembilan rig darat dan lima rig laut.

Thursday, December 1, 2005

Apexindo patok pendapatan naik 10%

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk mematok pendapatan perseroan pada tahun depan naik 10% menjadi sekitar US$120 juta, dari prediksi sepanjang tahun ini sebesar US$110 juta.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan peningkatan pendapatan ini berasal dari kenaikan nilai kontrak harian pemakaian rig--alat pengebor sumur minyak dan gas bumi--, misalnya, untuk submersible swamp barge yang naik 15%-20%.

Sedangkan untuk rig Raniworo yang kontrak jangka panjangnya di Teluk Persia akan habis pada Januari 2006, diharapkan bisa memperoleh kenaikan nilai kontrak sekitar 25% dari harga kontrak lama.

Menurut dia, nilai kontrak lama rig yang sekelas dengan Raniworo sebesar US$51 ribu, dan kemungkinan bisa naik menjadi US$80 ribu. Saat ini rig Raniworo tengah dikontrak oleh perusahaan minyak Statoil.

"Bila itu berjalan dengan baik tanpa ada kegagalan operasi di lapangan maka patokan pendapatan tahun ini yang sebesar US$110 juta, bisa naik menjadi US$120 juta," tutur Agustinus saat paparan publik perseroan di Jakarta kemarin. (Bisnis/02)

Saturday, November 12, 2005

Apexindo Sukses Bukukan Laba

JAKARTA (Media Indonesia): Perusahaan pengeboran minyak PT Apexindo Pratama Duta Tbk berhasil membukukan laba bersih pada triwulan ketiga 2005 setelah pada tahun sebelumnya merugi Rp27 miliar. Laba bersih sampai 30 September 2005 tercatat Rp3,4 miliar.

Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari dalam siaran persnya, kemarin, mengatakan pada triwulan ketiga tahun ini perseroan mampu menekan beban langsung dan beban usaha dalam rangka efisiensi biaya. Meskipun, total pendapatan perseroan hanya tumbuh 5,7%.

Pada periode triwulan ketiga 2005, perseroan membukukan pendapatan Rp798,9 miliar, sedikit lebih tinggi daripada pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp755,6 miliar. Rendahnya pertumbuhan pendapatan disebabkan kontribusi pendapatan pengeboran darat menurun tahun ini.

Seiring dengan menurunnya tingkat utilisasi rig darat menjadi 46% pada triwulan ketiga tahun ini--dari 54% pada kuartal III tahun sebelumnya--kontribusi pendapatan dari pengeboran darat juga menurun 16,7%, yakni dari Rp227,2 miliar pada triwulan ketiga 2004 menjadi Rp189,3 miliar periode yang sama tahun ini.

''Penurunan utilisasi rig darat ini disebabkan beberapa rig darat perseroan, seperti Rig 5, 8, dan 12 yang masih dalam kondisi stacked (menganggur),'' ungkap Ade.

Sebaliknya, pendapatan dari pengeboran lepas pantai naik 15,4% menjadi Rp609,6 miliar bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp528,4 miliar, dengan tingkat utilisasi 100%. Utilisasi secara penuh itu dicapai karena kontrak-kontrak dengan para klien masih berjalan dengan baik sebagaimana yang direncanakan.

Sebelumnya, Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan menyatakan upaya efisiensi terus dilakukan secara berkesinambungan. Sehingga, walaupun terjadi kenaikan biaya operasional baik di lapangan maupun di kantor pusat akibat dampak kenaikan harga BBM nasional dan dunia serta peningkatan inflasi secara global, pembengkakan biaya dapat ditekan.

Laba bersih positif yang dicapai di triwulan ketiga, tambah Agustinus, selain dipicu keberhasilan perseroan menekan biaya, juga didukung penurunan kerugian selisih kurs sebesar 26,7% dari Rp79,2 miliar pada triwulan ketiga 2004 menjadi Rp58,1 miliar di periode sama tahun ini. Penurunan kerugian kurs disebabkan keberhasilan perseroan memperkecil net open position sehingga mengurangi risiko kerugian kurs dari fluktuasi mata uang.

Pada triwulan ketiga tahun ini Apexindo membukukan net monetary asset sebesar US$9,3 juta berbanding pembukuan net monetary liabilities sebesar US$93,6 juta pada periode sama tahun lalu. Hal itu, kata Agustinus, menunjukkan suksesnya aksi korporasi perseroan sepanjang tahun ini. (Ndy/E-3)

Thursday, November 10, 2005

Harga Minyak Angkat Bisnis Rig Apexindo

Jakarta, Investor Daily --- Meskipun sempat turun, harga minyak mentah saat ini menguntungkan bagi perusahaan minyak karena ada pendapatan extra sebagai dampak harga minyak yang tinggi . Karena itu perusahaan minyak juga baerusaha memacu produksi dengan mengembangkan dan membuka lapangan minyak baru.

Imbasnya perusahaan jasa pengeboran sumur migas pun juga kebanjiran order dan tarif sewa alat pengeboran (rig) juga terdongkrak naik. Salah satu yang beruntung ialah PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) selaku perusahaan pengeboran terbesar di Indonesia. Berikut wawancara wartawan Investor Daily Tri Listiyarini dengan Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro, belum lama ini.

Bagaimana anda melihat kondisi harga minyak terkini ?

Jelas, kenaikan harga minyak saat ini merupakan kesempatan bagi produsen atau perusahaan minyak untuk meraih keuntungan sebesar- besarnya. Mereka bisa memproduksi lapangan atau cadangan minyak yang mereka miliki sebesar –besarnya. Upaya ini tentunya mengharuskan adanya pengeboran. Boleh dibilang, setelah sekian bisnis minyak di bawah tangan, kini berada diatas angin .

Kira–kira fenomena seperti ini akan bertahan sampai kapan ?

Mungkin bukan pada posisi saya bicara harga minyak. Tetapi kalau bicara Medco Group saya bisa sampaikan. Harga yang tercapai pada Agustus pada kisaran di atas US$ 50 per barel dan pada dua bulan penghabisan tahun ini pasti akan naik lagi, tahun 2006 akan naik turun, dan prediksi Medco Group harga minyak tetap di atas US$ 50 per barel sampai 2007.

Lalu apa imbasnya bagi perusahaan pengeboran ?

Sangat menguntugkan. Saat ini biaya mengangkat minyak dari dalam bumi (lifting cost) masih di bawah US$ 10 per barel, jadi kebayang marginnya masih cukuup besar. Jadi ini masih sangat atraktif bagi perushaan minyak untuk tetap melakukan explorasi atau menemukan cadangan yang baru. Dengan harga di atas US$ 50 per barel, jadi satu hal yang menguntungkan .

Apa pengaruhnya bagi Apexindo ?

Kami sekarang sedang memperbaiki rig yang dulu sudah kami anggap mati. Karena kami berpikir dengan haraga minyak di atas US$ 50 per barel, perusahaan jasa pengeboran sangat dicari. Saat ini utilisasi rig perusahaan pengeboran naik karena kebutuhan yang meningkat, selanjutnya hak tarif atau sewa harian rig juga ikut naik. Itu bukan hanya bagi kami, tetapi juga buat perusahaan yang sejenis dengan kami .

Bagaimana kondisi utilisasi rig perseroan saat ini ?

Kalau rig lepas pantai (offshore) sudah 100% terpakai. Sehingga untuk saat ini kami mengandalkan keberadaan rig darat (onshore) saja . Utilisasi darat akan meningkat dari 47 % tahun lalu menjadi 52 % tahun ini, dan akan meningkat lagi menjadi 72 % pada tahun 2006. Rig darat kami yang masih belum terkontrak denga siapa pun yakni masih tiga, yakni rig lima ( 2.000 tenaga kuda ) , rig delapan ( 1.000 tenaga kuda ) dan rig 12 ( 600 tenaga kuda ) . Itupun saat ini juga mengikuti tender didalam maupun diluar negeri.

Apakah Apexindo berniat untuk menambah rig baru ?

Untuk rig darat, sementara kita tidak ada penambahan sampai kami bisa terpakai 100 % tahun 2007 atau 2008 mendatang. Sementara rig lepas pantai akan ada penambahan rig jenis jack up baru pada akhir tahun 2006 mendatang, itu bisa langsung kerja. Kami juga berencana membuat satu rig jack up lagi di Singapura yang diharapkan langsung bisa kerja pada 2008. Untuk membuat rig itu, kami akan menggandengan perusahaan yang sudah memiliki rig tapi bukan operator dengan biaya US$ 140- 160 juta .

Itu berarti perseroan baru akan menambah rig darat setelah 2008 ?

Iya. Atmosfer bisnis rig darat masih belum terlalu kondusif. Itu berbeda dengan rig lepas pantai yang tidak berpikir mengenai pembukaan lahan dan tidak berpikir bagaimana tantangan masyarakat pasca otonomi daerah. Tapi, saat ini bisnis rig darat mulai membaik, meski belum seperti rig lepas pantai. Di sisi lain masuknya rig darat asal Cina yang yang menawarkan harga murah membuat kami kalah bersaing.

Bukankah persaingan persewaan bisa mendongkrak harga sewa rig darat, selain karena faktor harga minyak?

Oh iya. Misalnya sewa rig darat kami untuk Vico Indonesia pada 2 tahun yang lalu sewanya hanya US$ 15.000 per hari, sekarang kami minta naikkan menjadi US$ 25 .000 per hari. Lalu sewa untuk Unocal Indonesia juga naik menjadi US$ 22,000 per hari menjadi 29 .000 per hari . Untuk krig darat yang kan kami tawarkan ke Amerada Hess juga dimungkinkan naik dari US$ 17.000 – 18.000 per hari . Tapi kami juga berprinsip, lebih aman kontrak yang tidak terlalu besar untungnya tapi juga bisa berjangka panjang untuk secure bisnis kami .

Untuk rig lepas pantai, apakah kenaikan sewanya juga signifikan ?

Iya, untuk rig jenis jack up Rani Woro kami sewakan US$ 52.000 per hari baik di Timur Tengah maupun di Teluk Persia, naik hingga 40%- 50 % menjadi US $ 80.000 per hari. Sementara untuk jenis biasa yang bernama Raisis dan Yunani rata – rata naik 20% .

Apakah Apexindo berniat expansi lagi keluar negeri ?

Pasti. Kami mendapat tawaran dari Nigeria dan Sudan untuk rig darat. Tapi kami akan lihat dulu, apakah margin yang kami peroleh akan menyamai ketika rig kami di operasikan di sini , karena mobilisasinya sangat tinggi. Untuk saat ini kami akan expansi ke Asia terutama ke AsiaTenggara, karena kami bisa mengontrol biaya yang harus dikeluarkan. Kami mendapat tawaran dari Petronas, kami juga tengah mengikuti tender di Thailand, Bangladesh, dan India.

Kedepan, apa keinginan dan harapan anda selaku pengusaha jasa pengeboran ?

Kami ingin menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sekarang rig Cina tidak memikirkan pengembalian biaya rig, karena tidak pernah ada pinjaman dan di subsidi pemerintah mereka. Kalau kami harus bersaing dengan cara komersial , sama saja menggali kuburan sendiri. Kami hanya bisa menunjukan prestasi supaya dilihat oleh perushaan – perusahaan minyak besar, yang lebih mencari pengeboran yang handal dan berpengalaman.

Wednesday, November 9, 2005

Apexindo Upayakan Tembus Asia

Jakarta, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) tengah berupaya ekspansi ke wilayah Asia, terutama kawasan Asia Tenggara. Perusahaan ini kini tengah mengikuti sejumlah tender jasa pengeboran di Thailand, Bangladesh dan India, yang sat ini sedang giat memproduksikan ladang-ladang minyaknya.

“Kami tertarik untuk bisa mengebor di Asia terutama Asia Tenggara, karena masih bisa mengontrol biaya yang harus dikeluarkan,” kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro di Jakarta, belum lama ini.

Perseroan, kata dia, saat ini masih memiliki tiga rig darat (on shore) yang tidak dalam kondisi terkontrak, yakni rig lima, delapan dan 12. Hertriono mengatakan, pihaknya memilih Asia terutama Asia Tenggara, karena peluang di wilayah ini secara bisnis masih menguntungkan.

Dia menuturkan, perusahaan minyak di wilayah Asia sat ini sedang mengaktifkan kembali lapangan-lapangan minyaknya, seiring harga minyak yang tinggi di atas US$50 per barrel. “Kemarin kita sudah kalah, tapi kami akan coba lagi,” katanya.

Saat ini, rig lima perseroan yang berkekuatan 2.000 tenaga kuda tengah mengikuti tender di Jabung Jambi yang diadakan Amerada Hess. Rig delapan yang berkekuatan 1.000 tenaga kuda juga sedang mengikuti tender yang diadakan Petronas. Sementara rig 12 yang berkeuatan 600 tenaga kuda masih belum mengikuti tender sama sekali.

Blok Libia

Hertriono mengatakan, pihaknya sama sekali tidak tertarik untuk mengebor di Blok Libia yang telah dimiliki PT Pertamina (Persero), belum lama ini. “Biaya untuk memobilisasi rig darat kami sangat besar. Belum tentu keuntungan (profit) disana bisa menyamai dengan mengoperasikan rig disini,” katanya. (ari)

Penjualan Bersih Apexindo Capai Rp 755, 6 Miliar

Jakarta, Investor Daily - PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX ) membukukan laba bersih sebesar Rp 3,4 Miliar pada triwulan III 2005 atau naik drastis di banding periode sama tahun lalu yang merugi Rp 27 miliar. Hingga akhir tahun ini, laba bersih di perkirakan mencapai Rp 30 miliar.

Penjualan juga meningkat sekitar 5,7% menjadi Rp 755, 6 miliar. Peningkatan laba bersih itu di dukung konsistensi perseroan menekan biaya dan penurunan biaya kerugian akibat selisih kurs. Kerugian akibat selisih kurs berkurang sekitar 26, 7 % dari Rp 79, 2 miliar tahun lalu menjadi Rp 58,1 miliar .

Ditrektur Apex Agustinus B Lomboan mengatakan, penurunan kerugian selisih kurs tersebut di sebabkan keberhasilan perseroan memperkecil net open position sehinggga mengurangi resiko kerugian kurs dari flukturasi mata uang. ”Kami mampu membukukan net monetary asset sebesar US $ 9,3 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 93,6 juta,” ujarnya lewat siaran pers yang diterima Investor Daily di Jakarta,Senin (7/11).

Selain itu, perseroan pada kuartal ketiga tahun ini dapat mengurangi jumlah utang dengan signifikan sehingga beban bunga turun cukup tajam. Agustinus mengatakan, pelunasan utang itu berpengaruh cukup signifikan sehingga beban bugna turun cukup tajam. Hal itu secara signifikan dapat mengangkat laba bersih dan peningkatan pada rasio interest coverage perseroan dimasa mendatang.

Dia menjelaskan, perlunasan sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas (MEFO) dengan menggunakan dana dari right issue sebesar Rp 460, 7 miliar telah menurunkan rasio utang berbunga dengan ekuitas menjadi 0, 69 kali dari sebelumnya 1,06 kali periode sama tahun 2004. Hal itu mengakibatkan neraca keuangan perseroan makin membaik .

Selama kuartal ketiga tahun 2005, perseroan yagn bergerak di bidang penyewaan rig dan kontraktor pemboran minyak berhasil menekan biaya langsung dan beban usaha. Akibatnya, EBITDA perseroan meningkat sekitar 2, 2 menjadi Rp 324, 5 miliar di bandingkan tahun lalu Rp 255, 1 miliar. Margin operasi juga meningkat dari 16, 9% menjadi 23,9 %. “Upaya efisiensi yang dilakukan secara berkesinambungan berhasil meningkatkan profitabilitas yagn makin membaik walaupun terjadi kenaikan biaya oprasional baik di lapangan maupun di kantor pusat yang di sebabkan dampak kenaikan bahan bakar minyak dan peningkatan secara inflasi secara global,” paparnya .

Meski perseroan berhasil membukukan laba bersih, lanjut dia, kontribusi pendapatan dari pemboran darat turun sekitar 16,7 % dari Rp 227,2 miliar menjadi Rp 189,3 miliar. Menurut dia, penurunan ini disebabkan akibat dari utilisasi dari rig darat dalam kondisi stagnan. Sebaliknya pendapatan ini pemboran lepas pantai menigkat sebesar 15,4 % menjadi Rp 609,6 miliar, dari tahun lalu menjadi Rp 528,4 miliar.

Sedangkan likuiditas dari perseroan pada kuartal ketiga dari tahun ini makin membaik, peningkatan rasio lancar menjadi 3,45 kali dari sebelumnya 1,75 kali peningkatan rasio tersebut dipicu peningkatan kas dan setara kas sekitar 260,1% dari 39, 0 miliar menjadi Rp 140, 5 miliar. Faktor penting pemicu peningkatan kas dan setara kas tersebut yakni bebasnya kas idle di rekening penampungan di projet finance. Setelah pelunasan secara penuh sisa outstanding utang ke Fortis Bank US$ 36,8 juta dengan menggunakan dana hasil dari penerbitan obligasi. (c73).

Ikhtisar Keuangan Apexindo (dalam miliar Rp)

Kuartal III 2004

Kuartal III 2005

Pendapatan Bersih

755,63

798,93

Laba Kotor

186,65

240,11

Laba Sebelum Pajak

(30,55)

9,60

EBITDA

255,07

324,53

Laba Bersih

(27,00)

3,35

Laba per Saham

(16)

2

Sunday, November 6, 2005

Apexindo Mulai Bukukan Laba Bersih

Jakarta, Kompas - PT Apexindo Pratama Duta Tbk dalam laporan keuangan periode 30 September 2005 berhasil membukukan laba bersih Rp 3,4 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, Apexindo masih rugi bersih Rp 27,0 miliar karena tingginya kerugian selisih kurs. Berbagai upaya keuangan, seperti pengalihan utang dalam dollar AS ke utang rupiah, upaya memperkecil net open position untuk mengurangi risiko kerugian kurs dari fluktuasi mata uang, serta upaya menekan biaya, telah berhasil membuat perusahaan membukukan laba bersih.

Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B Lomboan di Jakarta, Selasa (1/11), menyatakan, upaya efisiensi secara berkesinambungan berhasil meningkatkan profitabilitas. ”Tingkat keuntungan berhasil kami tingkatkan walaupun terjadi kenaikan biaya operasional sebagai dampak dari kenaikan harga BBM nasional dan dunia, serta peningkatan inflasi secara global.”

Apexindo berhasil menekan rugi kurs sebesar 26,7 persen, dari Rp 79,2 miliar pada kuartal III 2004 menjadi Rp 58,1 miliar pada kuartal III tahun ini. Penurunan rugi kurs ini disebabkan keberhasilan memperkecil net open position. Dengan demikian, perseroan membukukan net monetary asset sebesar 9,3 juta dollar AS dibandingkan pembukuan net monetary liabilities sebesar 93,6 juta dollar AS pada periode yang sama tahun lalu.

Ini semua adalah hasil dari berbagai langkah yang diambil manajemen, yaitu menerbitkan obligasi rupiah untuk melunasi sebagian utang dollar AS serta penggunaan dana hasil penerbitan saham baru (rights issue) untuk melunasi sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas.

Apexindo berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 798,9 miliar, naik tipis sebesar 5,7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Rp 755,6 miliar. Sebaliknya, pendapatan dari pengeboran lepas pantai meningkat 15,4 persen menjadi Rp 609,6 miliar dari sebelumnya yang Rp 528,4 miliar. Saat ini tingkat utilisasi rig lepas pantai telah mencapai 100 persen. (anv)

Thursday, November 3, 2005

Pendapatan Apexindo Naik Tipis

Jakarta, Bisnis Indonesia: Pendapatan PT Apexindo Pratama Duta Tbk mengalami kenaikan tipis sebesar 5,7% menjadi Rp798,9 miliar pada periode triwulan III/2005 dari periode yang sama tahun lalu Rp755,6 miliar.

Dalam siaran pers kemarin disebutkan emiten itu dapat membukukan laba bersih Rp3,4 miliar pada triwulan III tahun ini setelah pada periode yang sama tahun lalu mengalami rugi bersih p27 miliar yang disebabkan tingginya rugi selisih kurs.

Kontribusi pendapatan dari pengeboran darat juga mengalami penurunan sebesar 16,7% dari Rp227,2 miliar pada kuartal III tahun lalu menjadi Rp189,3 miliar pada kuartal III tahun ini.

Pendapatan dari pengeboran lepas pantai meningkat sebesar 15,4% menjadi Rp609,6 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang sebasr Rp528,4 miliar dengan tingkat utilisasi 100% dimana kontrak-kontrak dengan para klien masih berjalan. (Bisnis/wiw)

Saturday, October 29, 2005

Sisa utang Apexindo ke MEFO US$11 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia : Sisa kewajiban PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada perusahaan afiliasi Medco Energi Finance Overseas saat ini tinggal US$11 juta.

Kewajiban ke perusahaan afiliasi ini menurut penjelasan Apexindo kepada Bisnis, berkurang setelah perseroan melunasi sebagian kewajiban menggunakan dana hasil penerbitan saham baru.

Sebelumnya perusahaan memiliki kewajiban sebesar US$55 juta dengan tingkat bunga sekitar 10%.

Selain memiliki kewajiban ke MEFO, perusahaan juga memiliki utang kepada bank senilai US$15 juta dan utang obligasi sebesar Rp750 miliar.

Sementara itu posisi rasio utang perusahaan terhadap ekuitas disebutkan mencapai 131% untuk laporan per 31 Juni 2005. Setelah pelunasan kewajiban ini, rasio utang perusahaan tinggal 69%. (Bisnis/adn)

Friday, October 28, 2005

Sisa utang Apexindo lunas tahun ini

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk sebelum akhir tahun berencana melunasi sisa kewajiban kepada perusahaan terafiliasi Medco Energi Finance Overseas senilai Rp70 miliar.

Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari, dana untuk pelunasan sisa kewajiban ini akan diambil dari kas internal.

"Kewajiban ini harus segera dilunasi karena bunganya relatif tinggi yaitu mencapai 10%. Kalau utang ini dilunasi, beban biaya bunga bisa ditekan," kata dia kepada Bisnis kemarin.

Hingga kini dari total kewajiban sebesar Rp530 miliar, sekira Rp460 miliar di antaranya telah dilunasi. Dana untuk pelunasan kewaiban ini diperoleh dari hasil emisi saham baru.

Setelah perseroan melunasi kewajiban ini rasio utang perusahaan terhadap modal akan turun dari 100% menjadi dibawah 50%.

Dengan pelunasan tersebut, jumlah kewajiban perusahaan tinggal senilai US$90 juta yang terdiri dari utang obligasi US$70 juta dan utang bank US$20 juta.

Terkait soal kinerja, Apexindo mematok perolehan pendapatan sebesar US$110 juta (bukan laba seperti tertulis dalam edisi kemarin di halaman B1) atau sedikit lebih kecil ketimbang perolehan tahun lalu sebesar US$113 juta.

Penurunan pendapatan ini terjadi karena tidak maksimalnya utilisasi rig yang dimiliki pada tahun ini karena sejumlah perbaikan. Tahun lalu utilisasi rig perusahaan mencapai 54% sementara kondisi saat ini hanya 46% dan menjadi 50% pada akhir tahun.

Dari sisi laba, perseroan tahun ini bakal membukukan keuntungan bersih mencapai Rp30 miliar.

Oleh Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

Thursday, October 27, 2005

Apexindo patok laba US$110 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk tahun ini mematok pendapatan mencapai US$110 juta (setara dengan Rp1,1 triliun) atau sedikit lebih kecil ketimbang perolehan tahun lalu sebesar US$113 juta (Rp1,13 triliun, asumsi US$1=Rp10.000).

Direktur Keuangan Apexindo Agus Lomboan mengatakan penurunan laba itu terjadi karena tidak maksimalnya utilisasi rig yang dimiliki pada tahun ini karena sejumlah perbaikan.

"Tahun lalu utilisasi rig perusahaan mencapai 54%. Hingga saat ini diperkirakan hanya 46% dan menjadi 50% pada akhir tahun," katanya.

Namun, dari sisi perolehan keuntungan, perseroan pada tahun ini bakal membukukan laba bersih positif. Hal itu terjadi karena berkurangnya risiko rugi kurs yang diderita perusahaan setelah depresiasi nilai tukar rupiah.

Apexindo memperkirakan laba bersih perseroan pada akhir tahun akan mencapai kisaran Rp30 miliar. Sementara perolehan pada tahun lalu masih rugi bersih sebesar Rp28 miliar.

Menyinggung kinerja hingga Desember, dia memaparkan pendapatan perusahaan diperkirakan mencapai Rp800 miliar atau lebih bagus ketimbang periode yang sama 2004 senilai Rp700 miliar.

Sedangkan perkiraan laba bersih emiten itu diperkirakan mencapai Rp3 miliar hingga Rp4 miliar ketimbang rugi bersih Rp24 miliar.

Guna mengenjot pertumbuhan pendapatan, perusahaan saat ini masih memiliki kontrak kerjasama senilai US$120 juta untuk kategori back up selama tiga tahun.

Baru-baru ini dalam penjelasannya ke BEJ, Apexindo menandatangani kontrak pengeboran baru senilai US$1,99 juta dengan PT Medco E&P Indonesia.

Kontrak pengeboran itu dilakukan untuk pekerjaan pengeboran darat yang dikerjakan oleh Rig 14 yang berlokasi di blok Kaji, Sumatra Selatan.

Saham baru

Menyinggung hasil penerbitan saham baru, dia mengungkapkan prosesnya telah rampung. Perseroan telah mengalokasikan hasil emisi sahambaru itu untuk melunasi kewajiban kepada Medco Energi Finance Overseas.

Menurut Ade Saftari, Sekretaris Perusahaan, kini Apexindo mengalokasikan seluruh dana hasil penerbitan saham baru senilai Rp460 miliar.

Dengan pelunasan utang ini rasio utang perusahaan terhadap modal menjadi berkurang.

"Rasio utang terhadap ekuitas kami kini di bawah 100%. Ini terjadi setelah peningkatan modal dan pelunasan kewajiban kepada perusahaan afiliasi Medco Energi Finance Overseas. Rasio utang kami tinggal 50%," katanya.

Oleh Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

Apexindo Targetkan Laba Bersih Rp 30 Miliar

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Duta Perkasa Tbk menargetkan laba bersih tahun 2005 sebesar Rp 30 miliar, atau naik drastis dibanding tahun lalu yang masih merugi senilai Rp 31,88 miliar.

Direktur Keuangan Apexindo Pratama Duta Agustinus B. Lomboan mengatakan, membaiknya kinerja perusahaan tahun 2005 disebabkan kerugian selisih kurs dolar AS (forex loss) dapat dikurangi. Karena utang perusahaan dalam dolar AS terus turun. "Selain itu, sejak September-hingga Desember 2005, perusahaan sudah mampu menutupi kerugian selisih kurs. Sehingga kinerja perseroan makin membaik," ujarnya saat berbuka puasa di Jakarta, Selasa (25/10).

Agustinus optimisis, target itu bisa tercapai hingga akhir tahun ini sebab laba bersih hingga September 2005 sudah mendekati Rp 5 miliar. Dia menambahkan, total penjualan tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp 800 miliar atau meningkat dibanding Rp 700 miliar tahun sebelumnya.

“Dengan adanya right issue sebesar Rp 460, 68 miliar belum lama, utang kepada induk perusahaan juga berkurang. Dengan demikian, kinerja perusahaan tahun ini dan tahun mendatang akan jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Menurut dia, hingga September 2005, jumlah utang perusahaan mencapai sekitar US$99 juta terdiri atas utang obligasi US$73 juta, pinjaman kredit BCA US$15 juta dan sisa utang kepada MEFO sebesar US$11 juta. Sedangkan total ekuitas mencapai US$180 juta. Sehingga rasio utang terhadap ekuitas (DER) adalah 0,5 kali. Sebelum pembagian utang di atas dibayarkan, DER perseroan tercatat 1,3 kali.

Selain itu, lanjut dia, nilai kontrak dengan perusahaan minyak asing terus meningkat tahun ini dan tahun depan. “Sisa kontrak tahun 2005 masih tersisa US$120 juta dan tahun 2006 sudah diteken senilai US$90 juta. Artinya, untuk dua tahun ke depan, kami cukup aman dan tinggal mencari kontrak baru lagi,” katanya.

Perseroan bergerak di bidang jasa penyewaan rig darat dan lepas pantai. Apexindo memiliki 12 unit rig dan tingkat penggunaannya baru mencapai 50% dan diperkirakan naik menjadi 60% tahun depan.

Jasa kontrak rig lepas pantai memberikan kontribusi sebesar 75% dan sisanya rig darat. Menurut dia, margin keuntungan terbesar berasal dari rig lepas pantai karena semua biaya bisan diperhitungkan. Sebaliknya, biaya penyewaan rig darat sulit diprediksi, apalagi lokasi proyek itu berasal di luar Pulau Jawa. (c77/kp)

Saham Apexindo Bergerak Sideways

Jakarta, Investor Daily --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan bergerak mendatar (sideways) pada perdagangan jangka pendek. Arah mendatar pada saham sektor pertambangan tersebut terbaca dari sisi teknis.

Ini melanjutkan posisi serupa pada penutupan perdagangan kemarin (Selasa, 25/10) yang ditutup stagnan, kata analis PT Danasakti Securities Arief Budisatria kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (25/10).

Pada perdagangan kemarin, saham APEX ditutup stagnan di level Rp 730. Saham perusahaan di sektor minyak dan gas itu ditransaksikan hanya 4 kali, dengan volume transaksi sebanyak 75.000 unit saham senilai Rp 54,75 juta.

Menurut Arief, secara teknis saham Apexindo Pratama masih bergerak pada posisi yang sama untuk jangka pendek dan hal itu terjadi sejak 20 Oktober 2005. Arah mendatar itu terbaca dari indikator stochastic oscillator dan moving average convergence divergence (MACD) kata Arief.

Dia mengatakan, pergerakan sideways saham APEX juga didukung volume transaksi yang relatif kecil sejak awal Oktober. Jadi, hal itu pula yang menyebabkan para investor kesulitan untuk trading pada saham ini,” ujarnya.

Kendati demikian, kata Arief, secara fundamental saham Apexindo Pratama masih menjanjikan, karena kinerja perusahaan diperkirakan kembali positif tahun ini. Laba bersih perseroan selama 2004 tercatat minus Rp 27,1 miliar dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 52,7 miliar. Tahun ini, laba bersih perseroan diprediksi mencapai Rp 3,06 miliar, karena pada semester pertama sudah terbukukan Rp 1,53 miliar, kata dia.

Arief menambahkan, pertumbuhan earning per share (EPS) saham APEX diperkirakan juga bergerak positif menjadi Rp 2 dari tahun sebelumnya yang minus Rp 15. Namun, valuasi saham APEX cukup mahal dibanding emiten sejenis, karena price to earning ratio (PER) mencapai 730 kali, dengan price to book value (PBV) 1,72 kali. Sedangkan PER MEDC (Medco Energi Internasional) hanya 12,6 kali dan PBV 2,35 kali, jelasnya.

Sedangkan analis PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil mengatakan, dari sisi teknis saham APEX berpeluang koreksi pada perdagangan jangka pendek. Sebab, indikator stochastic oscillator belum menunjukkan arah yang positif. Apalagi, saham ini kurang efektif di pasar, ujarnya.

Mustafa menambahkan, indikator teknis lain seperti relative strength index (RSI) untuk 21 hari juga menunjukkan saham Apexindo berpotensi terkoreksi. Market yang cenderung sepi transaksi turut menjadi sentimen negatif untuk saham ini, tambah dia.

Utang Berkurang

Sementara itu, manajemen Apexindo Pratama Duta mengatakan, utang perseroan semakin berkurang dari tahun ke tahun, seiring penerbitan obligasi (bond) dan pelaksanaan penawaran saham terbatas (rights issue).

Jadi, utang kita dari waktu ke waktu semakin mengecil, kata Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (26/10).

Menurut Ade, penerbitan obligasi syariah ijarah Apexindo I tahun 2005 pada awal tahun ini, yaitu obligasi dengan jangka waktu 5 tahun berjumlah sebanyak-banyaknya Rp 750 miliar, dan sebanyak-banyaknya Rp 150 miliar diterbitkan dalam bentuk obligasi syariah ijarah bertujuan untuk melunasi sejumlah utang perseroan. Begitu juga pelaksanaan rights issue I tahun 2005 yang berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 460,68 miliar. Itu kita gunakan pula untuk membayar utang, jelasnya.

Ade menjelaskan, saat ini sisa utang perseroan jasa pengeboran minyak dan gas tersebut tinggal sekitar US$ 99 juta yang statusnya sebagai utang berbunga. Jadi, sisanya itu adalah US$ 73 juta utang obligasi rupiah, US$ 15 juta fasilitas kredit dari BCA, dan US$ 11 juta pada Medco Energi Finance Overseas BV (MEFO), ujarnya.

Dia menegaskan, dengan neraca keuangan yang lebih sehat akan memberikan ruang bagi perseroan untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan baru guna mendukung rencana ekspansi perseroan ke depan. Di samping itu, penurunan utang perseroan yang signifikan akan mengurangi beban bunga yang harus dibayarkan, sehingga akan berdampak positif pada laba bersih perseroan, tambah Ade.

Rekomendasi

Arief merekomendasikan buy on support saham APEX bagi investor jangka pendek, menengah maupun panjang. Support saham ini pada level Rp 700 dan resistance Rp 840, ujarnya.

Sedangkan Mustafa merekomendasikan wait and see pada saham minyak dan gas tersebut dalam jangka pendek. Tapi untuk menengah dan panjang, dia menyarankan buy on weakness. Support-nya di level Rp 625 dan resistance pada Rp 750, jelasnya. (asp)

Apexindo Pratama

Jakarta, Media Indonesia --- Sementara itu, penyedia jasa pertambangan PT Apexindo Pratama Duta Tbk memproyeksikan membukukan laba Rp30 miliar akhir tahun ini setelah tahun lalu mengalami kerugian.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan mengatakan kenaikan harga BBM relatif tidak berdampak terhadap kebutuhan biaya bahan bakar perseroan. Sebab, sebagian besar bahan bakar yang diperlukan perseroan disediakan oleh pengguna jasa Apexindo.

''Dampaknya yang kelihatan adalah pada biaya pengangkutan karena tarif jasa freight (pengangkutan) semua naik. Kalau dihitung, mungkin dampak ke biaya operasional sekitar 5%-10%,'' ungkap Agustinus.

Dia mengatakan dampak naiknya tarif pengangkutan telah diatasi dengan kebijakan Apexindo menaikkan tarif jasa pengeboran dan jasa pertambangan lainnya. Rata-rata kenaikan tarif jasa Apexindo berkisar antara 20%-25%.

Dengan mulai optimalnya penggunaan aset-aset modal kerja, dia optimistis target laba bersih Rp30 miliar tahun ini terpenuhi. Apalagi, mulai tahun ini kerugian yang disebabkan depresiasi rupiah pada 2003-2004 dapat dihentikan. (Ndy/S-3)

Friday, October 14, 2005

Apexindo teken kontrak US$1,99 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk menandatangani kontrak pengeboran senilai US$1,99 juta dengan PT Medco E&P Indonesia.

Menurut Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R. Satari, penandatanganan tersebut direalisasikan pada 7 Oktober 2005.

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Jakarta, penandatanganan tersebut dilakukan karena kedua belah pihak bekerjasama dalam pekerjaan pengeboran darat yang dikerjakan oleh Rig 14 yang berlokasi di blok Kaji, Sumatra Selatan.

"Jenis transaksi tersebut tidak memerlukan persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa," katanya.

Ade juga menambahkan bahwa setelah dilakukan penandatanganan ini, perseroan bersama dengan Medco E&P segera menggarap lokasi pengeboran tersebut. (Bisnis/04)

Sunday, October 9, 2005

Lembaga Keuangan Berebut Danai Cepu

JAKARTA, Republika -- Pertamina mengakui banyak lembaga keuangan -- baik dalam maupun luar negeri -- yang menawarkan diri mendanai pengelolaan Blok Cepu. Lembaga keuangan asing yang telah menyatakan minatnya antara lain Citigroup, JP Morgan, Goldman Sach, UBS, HSBC, dan JBIC. Sementara dari dalam negeri, antara lain Bank Mandiri dan Bank BNI.

''Mereka semua akan mengikuti beauty contest, sehingga didapat sumber pembiayaan yang murah,'' kata Dirut Pertamina, Widya Purnama, di Jakarta, kemarin (7/10).

Untuk tahap awal, lanjut Widya, pengelolaan Blok Cepu membutuhkan 500 juta dolar AS. Dana tersebut akan dipakai antara lain untuk pembebasan lahan, survai, pemasangan pipa dan pembuatan sumur.

Mengenai pembayaran pinjaman, menurut dia, Pertamina akan membayar melakukannya dari hasil minyak yang didapat. ''Pendeknya, kita usahakan mengeluarkan uang seminimal mungkin,'' katanya.

Mengenai joint operation agreement (JOA) dengan ExxonMobil, Widya mengatakan, pihaknya telah merampungkan drafnya, kemudian dinegosiasikan dengan ExxonMobil dan Tim Pemerintah yang direncanakan pada 10 Oktober mendatang.

''Kita berharap Oktober ini JOA-nya selesai. Setelah itu, dibuat POD (plan of development) dan selanjutnya membuat work and programme budget yang akan dibahas BP Migas,'' jelas Widya. Ia memperkirakan, semuanya rampung sesudah Lebaran atau sekitar Nopember 2005.

''Jadi kita bisa ngebor di Blok Cepu paling cepat Desember 2005, atau paling lambat awal tahun 2006,'' katanya. Jika semua rencana berjalan lancar, pertengahan 2008 akan menjadi puncak produksi Blok Cepu.

Menurut Widya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sudah tidak sabar dan telah memerintahkan Pertamina agar segera mengembangkan Blok Cepu. ''Pekan depan, kita dan pemda setempat akan dipanggil Presiden. Setelah itu, kita buat BUMD-nya,'' ujar Widya.

Apexindo
Sementara, Apexindo Pratama Duta (APEX) menyatakan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Petrogas Wira Jatim. Kerja sama antara Apexindo dengan BUMD Provinsi Jatim yang bergerak di bidang minyak dan gas ini, bertujuan untuk ikut mengelola ladang yang berada di wilayah kerja pemerintah di Jatim.

Demikian penjelasan Hertriono Kartowisastro, dirut Apexindo, dalam siaran persnya ke BEJ, Jumat (7/10). Lebih lanjut ia katakan, kerja sama ini memberi peluang bagi Apexindo untuk meningkatkan utilisasi rig (anjungan minyak) miliknya, terutama rig darat, mengingat Provinsi Jatim merupakan daerah penghasil migas terbesar ketiga di Indonesia setelah Kaltim dan Riau. Jatim memiliki ladang minyak dengan cadangan sangat besar seperti di Blok Cepu, Blok Jeruk, dan lain-lain.

Sementar Abdul Muid, dirut Petrogas, menyatakan, sebagai BUMD Jatim, diharapkan dapat melaksanakan fungsi kedaerahannya melalui kegiatan-kegiatan usaha, khususnya di bidang migas. ''Kerja sama ini memberi kesempatan bagi Apexindo untuk memberdayakan armada pengeboran untuk membantu meningkatkan kemampuan perusahaan daerah, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan Pemda Jatim,'' kata Abdul Muid.

Sebelumnya, Apexindo berhasil melaksanakan penawaran saham terbatas I tahun 2005 sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan mengumpulkan dana sebesar Rp 460,6 miliar. Dana tersebut telah digunakan Apexindo untuk melunasi sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas BV (MEFO) sehubungan dengan joint financing dalam rangka pembangunan rig Raissa dan rig Yani.

Pada kuartal II tahun ini, Apexindo mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,5 miliar dibandingkan dengan rugi bersih yang dicatatkan pada 2004 sebesar Rp 31,9 miliar. Sementara dari pendapatan usaha, naik tipis 4,1 persen menjadi Rp 490,3 miliar, dibanding periode yang sama 2004 yaitu Rp 471,0 miliar.

( c25/c22 )

Saturday, October 8, 2005

Apexindo Kerja Sama Dengan Petrogas

Jakarta, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) dengan PT Petrogas Wira Jatim (Petrogas) untuk pengembangan dan pengeboran sumur minyak di wilayah pertambangan Jawa Timur (Jatim). Petrogas adalah perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jatim yang bergerak di bidang minyak dan gas (migas).

“Kerja sama ini akan memberikan peluang yang besar bagi Apexindo untuk meningkatkan utilisasi rig, terutama rig darat. Provinsi Jatim merupakan penghasil migas terbesar ketiga di Indonesia, dengan cadangan sangat besar seperti di Blok Cepu, Blok Jeruk, dan lain-lain,” jelas Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro dalam siaran pers yang diterima Investor Daily, Kamis (6/10). (ari)

Friday, October 7, 2005

SeaDrill kuasai 32,3% saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: SeaDrill Ltd melalui Abacus Capital International Ltd telah resmi menjadi pemegang 32,3% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk melalui mekanisme penerbitan saham baru (rights issue).

Selain SeaDrill, Apexindo kini dimiliki oleh PT Medco Energi Internasional Tbk dengan kepemilikan 52,4% saham, berkurang dari posisi semula sekitar 77%, dan publik 15,3%.

SeaDrill merupakan perusahaan pemboran lepas pantai yang sedang berkembang pesat dengan kapitalisasi pasar saat ini pada bursa over-the-counter di Oslo sebesar sekitar US$1,7 milliar.

Dalam rights issue, Apexindo Pratama mengumpulkan dana sebesar Rp 460,68 miliar yang dimanfaatkan untuk melunasi sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas BV terkait pembiayaan bersama dalam pembangunan rig Raissa dan Yani.

"Minat yang tinggi dari investor, khususnya investor asing, terhadap Apexindo membuktikan bahwa Apexindo dipercaya," ujar Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan. (Bisnis/wiw)

Right Issue Apexindo Capai Rp 460,68 Miliar

Jakarta, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) mengumpulkan dana sebesar Rp 460,68 miliar dari hasil penawaran saham terbatas (right issue) I Tahun 2005.

Dalam pengumumannya kepada Bursa Efek Jakarta Rabu (5/10), Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan mengatakan, perseroan merasa puas karena keseluruhan proses penawaran saham terbatas Apexindo berjalan lancer dan tepat waktu.

“Proses yang sempat terhenti dan seharusnya selesai Juni 2005 telah dilanjutkan kembali dan berjalan sukses,” ujarnya.

Dana yang terkumpul telah digunakan perseroan untuk melunasi sebagian hutang Medco Energi Finance Overseas BV (MEFO) sehubungan dengan joint financing dalam rangka pembangunan rig Raissa dan Rig Yani.

Dengan demikian, total outstanding hutang berbunga Apexindo dalam rupiah turun drastic. Rasio hutang berbunga berbanding ekuitas diharapkan membaik cukup signifikan dari 1,31 kali per 30 Juni 2005 menjadi sekitar 0,61 kali. (c77)

Asing Borong Saham Baru Apexindo

Jakarta, Investor Daily -- Investor asing memborong sebagian besar saham baru (right issue) yang dijual PT Apexindo Pratama Duta Tbk. "Sepuluh institusi dan tiga investor perorangan asing memperoleh 96,6 persen atau sekitar 809,02 juta saham," kata Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R. Sartari dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Jakarta kemarin.

Investor domestik, terdiri atas 18 institusi dan 89 perorangan, hanya memperoleh 3,41 persen atau sekitar 28,55 juta saham. Apexindo melakukan penjualan saham baru sebanyak 837,6 juta lembar yang penjatahannya dilaksanakan pada 28 September lalu. Saham dengan nilai nominal Rp 500 itu ditawarkan pada harga Rp 550 per saham.

Dari penerbitan saham baru itu, Apexindo mengumpulkan dana Rp 460,68 miliar. Dana itu digunakan untuk melunasi utang ke Medco Finance Overseas BV. Utang itu terkait dengan pendanaan bersama dalam pembangunan rig Raissa dan rig Yanni, yang akan jatuh tempo pada 31 Desember 2008.

Pada kesempatan terpisah, direktur keuangan anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk. Agustinus B. Lomboan menambahkan, dengan pembayaran utang itu, total sisa (outstanding) utang berbunga Apexindo dalam rupiah turun drastis. "Kami harap rasio utang berbunga berbanding ekuitas perusahaan akan membaik, dari 1,31 kali per 30 Juni 2005 menjadi sekitar 0,61 kali," kata dia.

Agustinus mengatakan, neraca keuangan yang lebih sehat akan memberi kesempatan lebih besar untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan baru yang akan mendukung rencana ekspansi perseroan ke depan. Penurunan utang yang signifikan akan menurunkan beban bunga yang harus dibayar. "Hal ini akan berdampak positif pada laba bersih," ujarnya.

SeaDrill Ltd., melalui Abacus Capital International Ltd., menjadi salah satu pemegang saham terbesar Apexindo dengan menguasai 32,3 persen saham. PT Medco Energi Internasional Tbk. tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 52,4 persen. Sisanya, sebesar 15,3 persen, berada di publik.

SeaDrill merupakan perusahaan pengeboran lepas pantai dengan kapitalisasi pasar saat ini pada bursa over the counter di Oslo sebesar sekitar US$ 1,7 miliar.

Sebelumnya, pada Juli 2005 telah disepakati kerja sama antara SeaDrill dan Apexindo untuk memasarkan dan mengoperasikan armada pengeboran lepas pantai SeaDrill.

PT Apexindo Pratama Duta Tbk. merupakan kontraktor pengeboran minyak dan gas bumi yang berdiri pada 20 Juni 1984. Apexindo kini memiliki sembilan anjungan pengeboran di daratan setelah bergabung dengan PT Medco Antareja pada Desember 2001.

Apexindo juga memiliki dan mengoperasikan empat submersible swamp barge rig (SSB), bernama Raisis, Maera, Raissa, dan Yani, yang dikontrak oleh Total E&P Indonesie dan satu jack-up rig Rani Woro di Timur Tengah. SULIYANTI PAKPAHAN

Thursday, October 6, 2005

Investasi Indosat Dibiayai Dana Internal

Jakarta, Kompas - Dalam lima tahun ke depan, PT Indosat Tbk tidak membutuhkan pinjaman dana dari luar untuk pengembangan investasi. Sesuai dengan pengelolaan keuangan perusahaan, mulai tahun depan Indosat akan memiliki kelonggaran dana internal sehingga dapat digunakan untuk membiayai investasi. Demikian dikemukakan Direktur Utama Indosat Hasnul Suhaimi di Jakarta, Selasa (4/10)

Saat ini total utang Indosat mencapai Rp 13 triliun. Pada April 2006, salah satu seri obligasi Indosat senilai Rp 1 triliun akan jatuh tempo. Namun, dari jumlah yang jatuh tempo tersebut, sebanyak Rp 48 miliar telah dibeli kembali pada harga 101 ketika harga obligasi sedang jeblok beberapa bulan lalu.

Setiap tahunnya, kami akan mulai melunasi utang sehingga ke depan Indosat akan semakin memiliki kelonggaran dari aliran dana internal, katanya.

Menurut Direktur Pemasaran untuk Korporasi Wahyu Wijayadi, tahun ini adalah puncak kegiatan investasi Indosat, di mana Indosat membangun sistem utama jaringan telekomunikasi, menambah stasiun transmisi, serta meningkatkan jangkauan dan kapasitas. Mulai tahun depan kami tinggal meningkatkan kapasitas jaringan. Kebutuhan investasinya semakin mengecil, katanya.

Apexindo

Secara terpisah, Direktur Keuangan PT Apexindo Pratama Duta Tbk Agustinus B Lomboan mengabarkan bahwa penerbitan saham baru terbatas (right issue) telah terlaksana dengan harga Rp 550 per saham. Dari kegiatan ini, Apexindo mengumpulkan dana sebesar Rp 460,680 miliar.

Dana hasil penerbitan saham tersebut telah digunakan untuk melunasi sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas BV. Utang itu terkait dengan kerja sama pembiayaan dalam pembangunan anjungan pengeboran lepas pantai Raissa dan Yani.

Melalui proses penawaran saham baru secara terbatas tersebut, Sea Drill Ltd, melalui Abacus Capital International Ltd selaku pembeli siaga, telah membeli hak PT Medco Energi Internasional Tbk.

Abacus telah resmi menjadi pemegang saham terbesar kedua Apexindo dengan menguasai 32,3 persen saham. Medco masih menjadi pemegang saham mayoritas, dengan menguasai 52,4 persen. Sisanya dimiliki publik.

Petrosea

PT Petrosea Tbk bekerja sama dengan Renison Consolidated Mines NL melaporkan telah memulai pekerjaan tambang emas Tom̢۪s Gully di Australia. Rencananya, tambang tersebut sudah memproduksi emas pada Maret 2006. Tambang tersebut diperkirakan menghasilkan sekitar 45.000 ons emas setiap tahun dari 250.000 ton are yang diproses tiap tahunnya.

Presiden Direktur PT Petrosea John Sheridan mengatakan, ini merupakan kerja sama pertambangan pertama perseroan di luar Indonesia. (anv/TAV)

SeaDrill buys 32.3% stake in Apexindo

JAKARTA, The Jakarta Post: SeaDrill Ltd., an oil-rig owner controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen, has officially acquired a 32.3 percent stake in oil drilling firm PT Apexindo Pratama Duta through a rights issue for Rp 460.7 billion (about US$45.9 million).

In a release on Tuesday, the publicly listed company, a subsidiary of the country's largest locally controlled oil and gas firm PT Medco Energi Internasional, said the proceeds would be used to repay part of its debts to Medco Energi Finance Overseas BV.

According to the company's website, Apexindo recorded a net income of Rp 1.5 billion in the year's second quarter, a jump from Rp 34.9 billion in net losses it booked in the corresponding period the previous year.

The acquisition mean's the company's parent company Medco still holds the majority of shares, with a 52.4 percent stake, while the public investors control the remaining 15.3 percent. -- JP

Thursday, September 29, 2005

Koreksi mengenai jumlah saham Apexindo

Sehubungan dengan artikel tentang HMETD Apexindo 2,43 juta saham yang dimuat Bisnis Indonesia dua hari lalu, terdapat kekeliruan yang menurut kami perlu diperbaiki.

Jumlah saham Apexindo saat ini 1.745.000.000 saham dan jumlah HMETD yang dikeluarkan adalah 837.600.000 saham biasa atas nama.

Dengan demikian, total saham Apexindo setelah HMETD adalah 2.582.600.000.

Frieda Salvantina
Media & Government Relations
PT Apexindo Pratama Duta Tbk
Medco Building lantai 2-3

Jl. Ampera Raya No.20, Jakarta.

*) Berita itu mengacu pada pengumuman BEJ No. PENG-186/BEJ-PSR/09-2005 tertanggal 23 September 2005 mengenai PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Tuesday, September 27, 2005

HMETD Apexindo 2, 43 juta saham

Jakarta, Bisnis Indonesia – PT Apexindo Pratama Duta Tbk telah melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dari hasil penawaran saham terbatas I menjadi 2.436.600 saham.

Berdaskan laporan keterbukaan informasi, saham HMETD itu akan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta pada 26 September 2005. Setelah pelaksanaan HMETD ini, saham Apexindo yang tercatat di BEJ seluruhnya menjadi 1.747.436.600 lembar saham.

Sedangkan sisa saham HMETD perseroan yang masih tercatat di BEJ mencapai 835.163.400 HMETD. (Bisnis/SHM)

Thursday, September 22, 2005

Saham Apexindo Rawan Koreksi

Jakarta, Investor Daily --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan rawan koreksi pada perdagangan jangka pendek. Meskipun demikian, pada perdagangan Selasa (20/9), saham APEX ditutup menguat.

"Arah koreksi itu terbaca dari sisi teknis," kata analis PT Pacific Duaribu Group Felix Sindhunata kepada Investor Daily di Jakarta.

Pada perdagangan kemarin, saham APEX ditutup di level Rp 680 atau naik Rp 10 dari posisi Rp 670. Saham perusahaan minyak dan gas itu ditransaksikan hanya 55 kali, dengan volume transaksi sebanyak 950.500 unit saham senilai Rp 643,51 juta.

Menurut Felix, secara teknis saham Apexindo Pratama terlihat rawan koreksi untuk jangka pendek. "Hal itu terbaca dari indikator relative strength index (RSI) yang overbought," ujar Felix.

Dia mengatakan, arah pelemahan saham APEX terlihat pula dari indikator lain, seperti stochastic oscillator yang juga sudah overbought. "Jadi, saham ini berpeluang terkoreksi setelah menguat," imbuhnya.

Kendati demikian, lanjut Felix, secara fundamental saham Apexindo Pratama masih menjanjikan, karena kinerja perusahaan diperkirakan kembali positif tahun ini. Laba bersih perseroan pada 2005 diprediksi mencapai Rp 3,06 miliar.

Felix menambahkan, pertumbuhan earning per share (EPS) saham APEX diperkirakan juga bergerak positif menjadi Rp 2 dari tahun sebelumnya yang minus Rp 15. Namun, valuasi saham APEX cukup mahal dibanding emiten sejenis, karena price to earning ratio (PER) mencapai 350 kali, dengan price to book value (PBV) 1,9 kali. "Sedangkan PER ENRG (Energi Mega Persada, red) baru 31,74 kali dan PBV 14,04 kali," jelasnya.

Di tempat terpisah, analis PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil juga mengatakan, dari sisi teknis saham APEX berpeluang terkoreksi pada perdagangan jangka pendek, karena indikator stochastic oscillator sudah overbought. "Saham ini berpeluang turun, meskipun volume transaksi dari hari ke hari terus naik," ujarnya.

Mustafa mengatakan, indikator teknis lain seperti RSI untuk 10 hari juga menunjukkan saham Apexindo berpotensi terkoreksi. "Naiknya saham ini kemarin diperkirakan terpicu aksi pemain yang rajin mengumpulkan saham APEX," tambah dia.

Rekomendasi

Felix merekomendasikan wait and see saham APEX bagi pemain yang mengambil jangka pendek, menengah maupun panjang. "Support saham ini di level Rp 680 dan resistance pada Rp 700," ujarnya.

Sedangkan Mustafa merekomendasikan sell on strength saham minyak dan gas tersebut dalam jangka pendek. Tapi untuk jangka menengah dan panjang, dia menyarankan buy on weakness. "Support saham di level Rp 670 dan resistance pada Rp 700," jelasnya. (asp)

Wednesday, September 21, 2005

Fredriksen kuasai 30% saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: John Fredriksen, salah satu orang terkaya di dunia dan pemilik Seadrill Ltd, akhirnya menguasai 30% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk.

Pekan lalu, sang raja kapal tanker Fredriksen resmi masuk ke Apexindo melalui Abacus Capital Corp yang menjadi pembeli siaga dalam penerbitan saham baru (rights issue) perusahaan itu.

Presdir PT Medco Energi Internasional Tbk Hilmi Panigoro membenarkan hal itu dan memastikan Medco masih memegang mayoritas saham perusahaan pengeboran lepas pantai itu.

"Masuknya John Fredriksen sudah disepakati pekan lalu dan mereka akan menguasai sekitar 30% saham Apexindo," ujarnya singkat akhir pekan lalu kepada Bisnis di sela-sela acara HUT ke-25 Medco .

Kini, Medco masih memiliki 77% saham Apexindo. Selain itu, 11% saham perusahaan pengeboran itu dimiliki publik dan selebihnya masih dipegang oleh perusahaan pendiri.

Sekretaris Perusahaan Medco Andy Karamoy menambahkan pasca masuknya Fredriksen, kepemilikan saham Medco di Apexindo akan merosot menjadi sekitar 52%.

Ade Satari, Sekretaris Perusahaan Apexindo, menjelaskan perseroan tidak mengetahui adanya kesepakatan itu karena proses tersebut terjadi di level pemegang saham.

"Kami hanya entitas yang akan melakukan rights issue dengan hak memesan efek terlebih dulu. Kalau ada kesepakatan, kami tidak mengetahui hal itu," ujarnya.

Pemegang saham Apexindo mempunyai waktu untuk menggunakan haknya dalam membeli saham baru yang akan diterbitkan 22-26 September.

Setelah itu, baru dapat diketahui jumlah pemegang saham yang memakai haknya dan yang tidak sehingga sisa saham baru yang tidak terserap bakal dibeli seluruhnya oleh Abacus Capital.

Perusahaan investasi itu nantinya mencari calon investor yang bersedia menanamkan dana di Apexindo melalui skema rights issue. Apexindo tidak mengetahui kesepakatan yang dibuat antara Seadrill dan Abacus.

"Apakah nanti nama Abacus atau lainnya yang muncul sebagai pemegang saham, kami belum mengetahui karena hal itu tergantung pada perjanjian antara Abacus dan Seadrill. Siapa saja investor yang masuk akan diketahui pada 29 September," tutur Ade.

Emiten pengeboran itu menetapkan harga penerbitan saham baru sebanyak 837,6 juta saham sebesar Rp550 per saham dengan rasio pemegang 25 saham lama berhak membeli12 saham baru. Dana yang bakal diperoleh Apexindo mencapai Rp460,68 miliar.

John Fredriksen adalah salah satu orang terkaya di dunia asal Norwegia yang mengoperasikan jaringan kapal tanker dari rumah mewah seharga 40 juta poundsterling di Chelsea, London.

Dia masuk dalam daftar orang terkaya dunia dengan nomor urut 66 tahun 2003 dan nilai kekayaannya saat itu lebih dari 1 miliar poundsterling.

Fredriksen meraih keberuntungan yang amat besar pada 1980-an ketika terjadi perang Iran-Irak karena armada kapal tankernya berani mengambil risiko tinggi mengangkut minyak dari kedua negara itu namun dengan keuntungan besar.

Pemilik Frontline

Menurut laporan Sunday Times, Fredriksen memiliki saham di Frontline, perusahaan perkapalan yang terdaftar di Bursa New York.

Frontline inilah yang membeli dua kapal tanker Pertamina seharga US$180 juta dalam suatu proses penjualan yang kontroversial tahun lalu.

Fredriksen juga tercatat sebagai Chairman Frontline, perusahaan berbasis di Bermuda yang ikut dihukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) awal tahun ini dalam pembelian dua tanker Pertamina tersebut.

Dalam transaksi Apexindo, Fredriksen menggunakan Abacus Ltd, sebuah perusahaan khusus untuk keperluan akuisisi saham Apexindo. Dalam operasinya, Fredriksen memakai Seadrill, perusahaan berbasis di Bermuda dengan kapitalisasi pasar US$1,2 miliar.

Menurut rencana, dana hasil penerbitan saham baru itu untuk melunasi utang ke Medco Finance Overseas BV terkait dengan pendanaan bersama dalam rangka pembangunan Rig Raissa dan Rig Yanni yang bakal jatuh tempo pada 31 Desember 2008. Total dana yang diraih Apexindo diperkirakan mencapai Rp461 miliar.

Hingga akhir 2004, Apexindo tercatat memiliki total aset senilai Rp2,619 triliun dan nilai ekuitas sebesar Rp1,15 triliun.

Tahun lalu, kendati nilai penjualan mencapai Rp1,02 triliun atau naik signifikan dari Rp823 miliar tahun sebelumnya, perusahaan itu mencatat kerugian Rp27 miliar, sedangkan tahun sebelumnya untung Rp52,69 miliar.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup di Rp680 per saham, naik dari penutupan perdagangan sebelumnya.

Sejak penutupan transaksi pada 12 September, harga saham emiten pengeboran itu terus menanjak ke posisi Rp640 per saham pada penutupan 14 September.

Titik tertinggi harga saham anak perusahaan Medco itu pernah mencapai Rp725 per saham pada penutupan perdagangan 27 Juli setelah pada sesi akhir transaksi pada 20 Juli, saham itu masih di kisaran Rp574 per saham.

Pemegang saham Apexindo menyetujui rencana rights issue dalam rapat umum pemegang saham luar biasa yang digelar 6 September.

Perseroan melakukan rights issue untuk meningkatkan ekuitas dan memperbaiki rasio antara utang dan modal. (yosef.ardi@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Yosef Ardi & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia