Friday, November 30, 2007

Bormindo berpeluang kuasai Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Bormindo Nusantara berpeluang menang dalam tender penjualan 51,4% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk meskipun memberikan harga penawaran Rp2.425 per saham.

Harga penawaran ini lebih kecil dibandingkan penawaran Abacus Capital Rp2.450 per saham yang diajukan kepada pemilik 51,4%. Penutupan transaksi penjualan 51,4% saham Apexindo direncanakan selesai pada awal tahun depan.

Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan harga bukan satu-satunya pertimbangan dalam penentuan pemenang.

"Dalam proses negosiasi penjualan saham Apexindo, harga merupakan faktor penting, tetapi poin-poin persyaratan pembelian [sale and purchase agreement/SPA] tentu harus dipertimbangkan. Kalau harganya tinggi, tetapi uangnya baru diterima dua tahun kemudian, siapa yang mau apalagi persyaratannya bukan main," ujarnya kemarin.

Dia menuturkan perusahaan migas yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro itu menyatakan keinginannya untuk menerima pembayaran secara tunai dalam transaksi penjualan saham perusahaan? pengeboran. Harga saham Apexindo kemarin ditutup stagnan pada level Rp2.325 per saham.

Dengan nilai Rp2.325 per saham berarti kapitalisasi pasar Apexindo mencapai Rp6,12 triliun.

Tidak lolos

Hertriono menjelaskan dua pemodal lain yaitu Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG) sudah dipastikan tidak lolos dalam proses finalisasi pemenang. "Dari awal dalam proses uji teknis, mereka sudah tidak masuk."

Dia menjelaskan Medco menginginkan penyelesaian transaksi penjualan saham itu dilaksanakan secepatnya. "Hilmi Panigoro [Dirut Medco] sudah mengatakan supaya proses ini selesai secepatnya. Mudah-mudahan saja pekan ini bisa terwujud."

Sumber Bisnis menambahkan apabila Bormindo berhasil membeli Apexindo, perusahaan itu kemungkinan dibeli oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk.

Beberapa waktu lalu, Komut Bormindo dan Dirut Nusantara dipegang oleh eksekutif yang sama yakni M. Ramdani Basri. Namun, kemungkinan itu dibantah oleh Ramdani.

"Tak ada hubungan antara Nusantara Infrastructure dan Bomindo Nusantara. Saya dulu kebetulan pernah dipercaya menjadi Komisaris Utama Bormindo," tuturnya.

Nusantara Infrastructure tetap fokus untuk mengembangkan proyek semen, pengolahan air, dan pembangkit listrik. Bahkan, emiten itu juga berencana melebarkan ke bisnis pengeboran minyak.

Sementara itu, Medco menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) disebabkan oleh belum tercapainya kesepakatan antara perseroan dengan calon pembeli Apexindo.

Semula perseroan ingin menggelar RUPSLB pada 27 Desember dengan agenda meminta persetujuan pemegang saham atas rencana perseroan melakukan divestasi 51,4% saham perseroan di Apexindo. Perseroan mengubah pelaksanaan RUPSLB menjadi 31 Desember.

Sebelum persaingan mengerucut pada Abacus dan Bormindo, empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Dia juga menuturkan pemegang saham baru Apexindo diharapkan menyuntik dana segar untuk tambahan belanja modal perseroan.

Perusahaan pengeboran itu memperkirakan pendapatan perseroan tahun ini diperkirakan US$200 juta.

Estimasi pendapatan itu berdasarkan pertimbangan perpanjangan proyek baru dengan kenaikan tarif.

Apexindo diperkirakan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan.

Harga saham Medco pada perdagangan kemarin ditutup melemah 3,64% menjadi Rp5.300 per saham dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya Rp5.500. Harga saham tertinggi Medco diraih pada 11 September 2007 yaitu Rp6.100. (munir.haikal@bisnis.co.id/ wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia