Friday, September 14, 2007

Medco Hires Credit Suisse to Sell Service Unit Stake (Update1)

By Leony Aurora

Sept. 14 (Bloomberg) -- PT Medco Energi Internasional, Indonesia's biggest publicly traded oil company, has appointed Credit Suisse to help sell its 52 percent stake in a drilling service unit, President Hilmi Panigoro said.

The unit, PT Apexindo Pratama Duta, may post net income of $75 million next year and should be valued at 12 times its future earnings, Panigoro said in a telephone interview today. That values the company at $900 million, or a 51 percent premium to Apexindo's market value as of yesterday.

Medco is ``open'' to offer the stake as rig rates have peaked, Panigoro said on July 19. Rig rates have more than tripled since 2004 as explorers step up efforts to find oil and benefit from record crude prices. Medco in August last year scrapped talks to sell the stake with companies including India's Aban Offshore Ltd. and China Oilfield Services Ltd.

``At the right price, everything is for sale,'' Panigoro said. Medco expects to complete the stake sale by the end of the first quarter of next year, Panigoro said.

Apexindo rose 2.4 percent to 2,175 rupiah at 10.a.m. on the Jakarta Stock Exchange today. The company is traded at 9.4 times next year's earnings, according to Bloomberg data.

The Bisnis Indonesia newspaper today reported that the stake in Apexindo has been offered to as many as 30 potential investors, including TPG Inc., a U.S. private equity firm, and Ashmore Group Plc.

``Credit Suisse is always in talks with TPG, as it's a client,'' Panigoro said. ``It's too early to say with whom we may be speaking to.''

Apexindo is 32-percent owned by SeaDrill Ltd., a company controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen.

To contact the reporter on this story: Leony Aurora in Jakarta at laurora@bloomberg.net

Last Updated: September 13, 2007 23:10 EDT

Apexindo raih kontrak US$7 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) mendapatkan kontrak senilai US$7 juta untuk beberapa pekerjaan pengeboran darat dari tiga klien berbeda.

Apexindo mendapat kontrak untuk Rig 8 dari EMP Kangean Limited di Blok Kangean, Jawa Timur selama tiga bulan denan nilai US$2,1 juta. Dari Rig 2, Apexindo meneken kontrak empat bulan senilai US$2,8 juta dengan JOB Pertamina-Medco Simenggaris Pty. Ltd.

Sementara itu, Rig 14, Apexindo digandeng Vico Indonesia untuk mengebor di Lapangan Mutiara, Kaltim selama enam bulan dengan nilai US$2,1 juta. (Bisnis/raf)

Calon pemodal masukan surat minat dan indikasi harga hari ini, TPG & Ashmore ditawari saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Perusahaan yang dikendalikan keluarga Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk, menawarkan 52% saham PT Apexindo Pratama Tbk kepada 20-30 pemodal strategis dari domestik maupun luar negeri.

Sejumlah perusahaan yang ditawari untuk membeli saham Apexindo di antaranya adalah perusahaan raksasa private equity Texas Pacific Group (TPG), Grup 3I, Ashmore, Recapital, dan sejumlah institusi keuangan luar negeri seperti di Timur Tengah. Dalam proses penjualan saham itu, Medco dibantu oleh bank investasi asing Credit Suisse sebagai penasihat.

Seorang eksekutif yang terlibat dalam transaksi ini mengatakan sebagian besar investor yang ditawari Medco untuk membeli Apexindo berasal dari luar negeri.

"Valuasi saham yang ditawarkan oleh Medco cukup tinggi bisa mencapai enam kali nilai bukunya. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan antara Medco dan calon pembeli karena ini juga baru penawaran awal," ujarnya kemarin.

Calon pembeli diminta memasukkan surat minat terhadap Apexindo hari ini, sekaligus mencantumkan indikasi harga awal.

Medco, katanya, ingin menjual saham Apexindo di posisi Rp2.400 per saham, premium dari harga penutupan kemarin Rp2.125, naik dari penutupan sebelumnya Rp2.050.

Selain Medco, 32% saham Apexindo dipegang oleh SeaDrill Ltd yang dikendalikan oleh konglomerat Norwegia John Fredriksen.

Bisnis meminta konfirmasi kepada Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro, tetapi yang bersangkutan tidak menjawab panggilan telepon selulernya. Bahkan, hingga berita ini diturunkan, Hilmi belum merespons pertanyaan yang disampaikan melalui layanan pesan singkat.

Pada Agustus tahun lalu, Medco menolak tawaran dari perusahaan asal India dan China untuk membeli 52% kepemilikannya di Apexindo. Saat itu, manajemen Medco beralasan jika penjualan dilakukan, Medco akan sulit untuk mengamankan rig di masa datang, tatkala persaingan menaikkan tingkat penyewaan alat pengeboran itu.

Dalam risetnya pada 7 Agustus, CIMB-GK Securities menyatakan Apexindo merampungkan studi perbandingan terhadap 14 perusahaan penyedia jasa terkait serupa dengannya, di mana valuasi terendah 1,7 kali price to book value (rasio harga saham dibandingkan nilai buku per saham/PBV). Selain itu, 50% dari perusahaan tersebut diperdagangkan dengan kisaran P/BV antara dua kali hingga tiga kali.

Analis CIMB-GK Securities Indonesia Robert Adair mengatakan dengan menerapkan P/BV 1,7 kali yang dikalikan revaluasi aset akan memberikan target harga Apexindo yang konservatif Rp2.700 per saham, di atas valuasi Rp1.900 per saham saat Medco menolak calon pembeli anak usahanya itu tahun lalu.

Kontribusi naik

Apexindo menyumbang 15% pendapatan Medco. Adair memperkirakan kontribusi itu naik 21% pada 2008. Sumbangan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earning before interest, tax, depreciation, and amortization/EBITDA) juga diharapkan juga lebih tinggi yakni 27% pada tahun ini dan 2008.

Apexindo membukukan laba bersih semester I/2007 US$15 juta, turun 7,4% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu US$16,2 juta, menyusul penurunan keuntungan nonkas akibat transaksi swap.

Selain itu, perseroan membukukan EBITDA US$38,6 juta, naik 28,7% dibandingkan US$30 juta pada triwulan II/2006. Dalam kurun enam bulan pertama tahun ini Apexindo tercatat memiliki kas setara dengan US$41 juta, utang US$201 juta, dan ekuitas pemegang saham US$218 juta.

Hal ini menjadikan net gearing perseroan berada di level 74%, meningkat dibandingkan per Maret 2007 yang sebesar 28%. Peningkatan ini mencerminkan beban biaya perseroan pascapenerimaan jack-up rig Soehanah. (munir.haikal@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia