Wednesday, April 18, 2007

Ditopang kontrak baru, prospek Apexindo tetap kinclong

Bisnis Indonesia --- Bukan suatu kekeliruan bagi keluarga Panigoro batal melego saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Pasalnya, setelah merugi dua tahun lalu, kinerja perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penyewaan rig (anjungan pengeboran migas) langsung mengilap. Kontraktor pengeboran itu pun mampu menoreh keuntungan yang spektakuler.

Pada akhir tahun lalu, Apexindo membukukan laba bersih Rp380,8 miliar atau Rp146,07 per saham, meroket 982,95% dari rugi Rp43,13 miliar atau Rp21,21 per saham pada 2005. Perolehan laba ini juga merupakan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.

Di saat yang sama, emiten itu juga membukukan kenaikan penjualan 26,5% menjadi Rp1,4 triliun dari sebelumnya Rp1,1 triliun. Dengan kinerja yang demikian PT Danareksa Sekuritas pun mendongkrak target harga saham Apexindo menjadi Rp2.200 dari sebelumnya Rp2.100 dengan tetap merekomendasikan beli.

Namun, kurangnya katalis membuat harga saham berkode APEX ini tertinggal dari pasar. Namun, Danareksa masih yakin fundamental perseroan masih tangguh, terutama ditopang kontrak yang berhasil diraih dari pesaingnya, khususnya rig darat.

"Kami menyesuaikan prediksi kinerja yang mencerminkan angka hasil audit 2006. Berdasarkan valuasi, kami mendapatkan target harga 2007 sebesar Rp2.200," kata analis Danareksa Bonny Setiawan dalam risetnya terbitan 12 April.

Menurut dia, perubahan laba Apexindo menjadi positif terjadi berkat kenaikan tarif sewa rig yang terjadi menyusul kurangnya suplai, serta peningkatan utilisasi rig baik untuk segmen darat dan laut masing-masing sebesar 68% dan 100%.

Sementara itu, margin kotor naik menjadi 34%, sedikit lebih tinggi dari estimasi Danareksa yang sebesar 33%. Perseroan juga mampu mengendalikan biaya secara efektif karena pada sepanjang tahun lalu tidak terjadi gangguan mekanik.

"Di samping itu, dengan penyelesaian pelabuhan Bojonegara, perseroan mempunyai pengelolaan persediaan yang lebih baik yang menurut kami menjadi salah satu faktor penyumbang [kinerja perseroan]."

Selain pendapatan dan laba bersih yang bagus, beban bunga perseroan pada tahun lalu juga rendah. Menyusul pelunasan semua utang kepada bank pada tahun lalu, perseroan hanya mempunyai utang obligasi sebesar US$750 juta. Utang paling anyar baru disepakati pada awal tahun ini US$125 juta. "Hal tersebut menjelaskan rendahnya biaya bunga perseroan pada 2006," kata Bonny.

Di awal tahun, Apexindo langsung menendang dengan lima kontrak baru untuk rig darat di mana dua di antaranya yakni rig 9 dan 10 bernilai kontrak US$13,9 juta untuk masa kerja enam bulan.

Bonny berpendapat nilai kontrak itu dapat ditingkatkan jika masa kerja diperpanjang lagi. Dia yakin hal itu akan terjadi dengan alasan kedua rig tersebut digunakan oleh kontraktor yang sama dalam satu hingga dua tahun yakni perusahaan migas VICO.

Kalau pun diadakan tender ulang, Bonny yakin Apexindo bisa mengalahkan peserta lain karena perseroan mempunyai tarif yang lebih murah.

Tingkat utilisasi

Tiga kontrak lainnya meski nilainya kecil yaitu US$8,6 juta paling tidak bakal mengangkat tingkat utilisasi tahun ini. Bonny pun menggenjot estimasi tingkat utilisasi rig darat dari 58% menjadi 63% pada tahun ini.

Dengan kemungkinan masa kerja kontrak tiga bulan yang dikantongi tiga rig tersebut diperpanjang, serta tarif sewa baru lebih tinggi 8%-22% dibandingkan 2006 membuat Bonny menaikkan pendapatan dari rig segmen darat menjadi US$46 juta pada 2007, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya US$44 juta.

Di sisi lain, keterlambatan pengiriman jack-up rig baru Soehanah dari Januari menjadi Mei memicu Bonny untuk memangkas prediksi pendapatan rig itu 33% menjadi hanya US$40 juta. Kendati demikian, prospek perseroan tetap cerah dengan adanya kontrak US$170 juta dari Total E&P Indonesie untuk 22 bulan masa kerja Soehanah.

Bonny juga memangkas estimasi pendapatan rig segmen laut 11% jadi US$144 juta pada 2007, menyusul penundaan kerja rig Raniworo selama dua bulan. Rig tersebut sedang dilabuhkan sebelum mengebor untuk Crescent dengan nilai kontrak US$5,2 juta.

Mengenai rencana penambahan jack-up rig karena biaya pembangunannya yang selangit, Bonny menilai kemungkinan Apexindo membeli jack-up rig bekas. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari

Wartawan Bisnis Indonesia