Tuesday, July 15, 2008

Mitra gandeng Goldman kuasai Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Mitra Rajasa Tbk kemungkinan besar menggandeng Goldman Sachs (Asia) L.L.C sebagai mitra strategis untuk mengakuisisi 80,6% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk senilai US$562 juta atau Rp5,19 triliun.

Direktur Utama Mitra Rajasa Beni Prananto mengatakan pada beauty contest untuk mencari mitra strategis itu, perseroan kemungkinan memilih mitra strategis yang selama ini menjadi lead arranger dan financial advisor yaitu Goldman. Mereka lebih mengetahui kondisi Apexindo dan Mitra Rajasa.

"Ya, memang kami condong memilih Goldman sebagai mitra strategis dalam kepemilikan Apexindo," ujarnya kepada Bisnis pada akhir pekan lalu.

Perseroan, lanjutnya, tengah bergerak cepat guna memenuhi kebutuhan pendanaan akuisisi Apexindo yang harus dipenuhi akhir Agustus nanti.

Mitra Rajasa membentuk Bidco yang merupakan anak perusahaan Sabre Systems International Pte Ltd. Sabre merupakan anak perusahaan Mitra Rajasa yang berkedudukan di Singapura. Bidco juga akan berdiri di Singapura.

Beni menuturkan Mitra Rajasa tengah memastikan persentase kepemilikan antara Mitra Rajasa dan Goldman Sachs pada Apexindo.

Tiga pihak

Komisaris Utama Mitra Rajasa Tito Sulistio mengatakan seleksi mitra strategis dalam akuisisi itu digelar dan diikuti oleh tiga pihak, yaitu bank investasi, perusahaan migas dan fund manager. Meski demikian, lanjutnya, Mitra Rajasa akan mengambil 80,57% saham Apexindo pada tahap awal akuisisi.

Emiten pengeboran migas itu mengambil alih 48,72% saham Apexindo dari PT Medco Energi Internasional Tbk dan 31,61% saham dari Encore International Ltd seharga Rp2.450 per saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi Medco disebutkan bahwa konsultan independen PT Alpro Dinamika menilai berdasarkan pendekatan diskonto arus kas dengan tingkat diskonto 13,7%-16,5%, perhitungan nilai perusahaan (enterprise value) Apexindo per 31 Maret 2008 berkisar US$702,1 juta-US$874,6 juta.

Setelah memperhitungkan utang dan kas serta kas Apexindo per 31 Maret 2008 sebesar US$188,5 juta dan US$36,6 juta, ekuitas Apexindo mencapai pada kisaran US$549,9 juta-US$722,5 juta.

Selanjutnya, ekuitas dibagi dengan 2,63 miliar total saham yang diterbitkan Apexindo, sehingga diperoleh indikasi harga saham Apexindo pada kisaran US$0,2088-US$0,2743 atau ekuivalen dengan Rp1.925-Rp2.528, dengan kurs US$1=Rp9.217 per 31 Maret 2008.

Oleh Sylviana Pravita R.K.N.

Bisnis Indonesia

Akuisisi Apexindo Pratama, Pertamina Tunggu Bapepam-LK

Jurnal Nasional -- PT Pertamina masih menunggu keputusan Bapepam-LK terkait rencana akuisisi PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) yang dinilai berjalan secara tidak adil (fair). Hal ini diungkapkan Direktur Utama (Dirut) Pertamina Ari Soemarno di Magelang pada Jurnal Nasional, beberapa waktu lalu. "Tinggal tunggu keputusan Bapepam-LK aja," katanya.

Ari mengakui, bahwa sampai sekarang Pertamina masih berharap dapat mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengeboran tersebut. Ketika disinggung apa langkah Pertamina, jika diputuskan MIRA yang memang harus mengakuisisi anak perusahaan Medco Energi International (Medco) tersebut, Ari hanya menjawab bahwa tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Dia mengatakan, bahwa pihaknya sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan tersebut. "Lha, kami mau usaha apa lagi? Kalau ternyata nantinya MIRA yang diputuskan berhak mengakuisisi Apexindo dan dianggap sesuai ketentuan di pasar modal ya mau bagaimana lagi?" katanya dengan nada kecewa.

Ari hanya menyesalkan sikap Medco yang tidak memberi kesempatan yang adil buat Pertamina. Dia menyebutkan, hingga saat ini surat keberatan ke Medco atas transaksi akuisisi tersebut belum mendapat balasan sama sekali.

Sebelumnya, Pertamina sudah mengirimkan surat yang menyatakan minat membeli. Surat itu ditandatangani Dirut Pertamina bernomor 841/ C0000/2008-80 tertanggal 17 Juni 2008, kepada Dirut PT Medco Energi International Tbk Darmoyo Doyoatmojo. Surat itu berisi, Pertamina siap mengajukan harga penawaran yang lebih baik dibandingkan MIRA, dengan mengajukan penawaran harga penjualan 80,6 persen saham Apexindo dengan harga maksimal Rp2.625 per saham atau lebih tinggi dari harga jual kepada Mitra Rajasa sebesar Rp2.450 per saham.

Artinya, dalam ketentuan tender seharusnya Pertamina yang memenangkan tender pembelian Apexindo tersebut karena menawarkan harga beli yang lebih tinggi dibanding MIRA. Namun, pada kenyataannya, MIRA dan Medco menandatangani kesepakatan jual beli Apexindo pada harga hanya Rp2.450 per saham. Sedangkan surat keinginan Pertamina membeli Apexindo hanya dianggap angin lalu. "Setelah kami masukan penawaran yang lebih tinggi, malah kemudian diputuskan pemenangnya. Ini tidak adil," katanya.

Oleh karena itu, dia berharap Bapepam-LK dapat melihat kejanggalan dalam transaksi ini dan segera memberikan keputusan. Mengingat, MIRA juga selama ini bukan perusahaan yang bergerak sejalan dengan kor bisnis Apexindo, tapi perusahaan di sektor transportasi.


by : Antarini Vellandrie

Friday, July 11, 2008

Medco Cari Pinjaman US$ 1 Miliar

JAKARTA, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) akan mencari total pinjaman sebesar US$ 1 miliar untuk investasi pada tujuh proyek utama di Indonesia dan Libya.

Direktur Medco Energi Internasional D Cyril Noerhadi mengatakan, ketujuh proyek itu adalah Senoro LNG, Rimau EOR, Blok A Aceh, Lematang Gas, Sarulla, Blok 47 Libya, dan pembangunan pabrik ethanol di Lampung. Total investasinya mencapai US$ 3 miliar.

Perusahaan energi milik keluarga Panigoro itu harus menyiapkan dana sekitar US$ 1,5 miliar secara bertahap hingga 2012. Sisanya sebesar US$ 1,5 miliar dari anggota konsorsium lainnya. “Dari porsi Medco yang US$ 1,5 miliar itu, kami akan mengeluarkan kas internal sebesar US$ 500 juta. Sedangkan US$ 1 miliar lagi dari pinjaman bank atau emisi obligasi,” kata Cyril di Jakarta, Kamis (10/7).

Cyril mengakui, perseroan tengah menjajaki fasilitas pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Asian Development Bank (ADB). Perseroan optimistis, fasilitas itu dapat diperoleh pada 2008. Namun, dananya belum tentu digunakan tahun ini. Sebab, Medco akan memanfaatkan penjualan 48,87% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) senilai US$ 340,89 juta.

Selain itu, Medco akan menggunakan dana hasil penjualan saham minoritas pada tujuh blok minyak dan gas bumi. Namun, Cyril mengaku belum bisa mengungkapkan nilai penjualan tersebut karena masih dalam proses tender. “Yang pasti, dana sangat cukup untuk membiayai ekuitas tujuh proyek utama yang sebesar US$ 500 juta karena dari Apexindo sebesar US$ 340,8 juta dan sisanya hanya sekitar US$ 159 juta,” ujar dia.

Medco kini menerima tawaran dari 30 perusahaan yang ingin memiliki saham perseroan pada tujuh blok migas. Namun, menurut Cyril, peminat yang kini serius hanya sekitar dua-tiga perusahaan. Dengan demikian, Medco menargetkan penjualan sahamnya itu bakal selesai pada September 2008.

Produksi Naik

Medco optimistis, kapasitas produksinya nanti dapat meningkat menjadi 120-180 ribu barel oil equivalent (BOE) per hari apabila tujuh proyek utama sudah beroperasi. Saat ini, produksi perseroan hanya sekitar 72 ribu BOE per hari.

Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman memperkirakan, laba bersih perseroan setiap tahun diprediksi naik hingga 38% dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Kenaikan itu seiring dengan pengerjaan tujuh proyek utama. Bahkan, kata dia, kenaikan itu mencapi 40% jika harga minyak dunia tetap di atas US$ 100 per barel.

Norico menilai, rencana perseroan untuk mencari pinjaman sudah tepat. Dengan begitu, Medco dapat memenuhi pendanaan proyek dan sekaligus meningkatkan kinerja keuangan. “Posisi utangnya memang bertambah, namun ada kompensasi karena dapat meningkatkan kinerja keuangan,” kata dia.

Tawaran Pertamina

Mengenai penawaran PT Pertamina terkait penjualan Apexindo, Dirut Medco Energi Darmoyo Doyoatmojo mengatakan bahwa persoalan itu sudah selesai. Perseroan sudah memberikan penjelasan kepada Pertamina mengenai penjualan Apexindo kepada PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA).

“Persoalan dengan Pertamina sudah selesai dan tidak mengganggu hubungan kami berdua di sejumlah proyek migas. Untuk itu, kami akan mengadakan RUPSLB pada 7 Agustus 2008,” tegas Darmoyo, kemarin.

Menurut dia, penjualan Apexindo kepada Mitra Rajasa merupakan keputusan yang terbaik. Meski dengan harga Rp 2.450 per saham, Mitra Rajasa tidak menyertakan banyak persyaratan sehingga transaksinya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

Sebelumnya, Pertamina menawar Apexindo dengan harga Rp 2.625 per saham. Namun, tawaran itu dianggap belum cukup karena memuat beberapa persyaratan sehingga pemenangnya adalah Mitra Rajasa.

Mitra Rajasa akan membayar tunai sebesar US$ 272,71 juta dalam dua tahap. Sisanya sebesar US$ 68,18 juta akan dibayar dalam bentuk obligasi dengan jaminan berjangka waktu satu tahun. Obligasi itu akan diterbitkan Sabre Systems International Pte Ltd, anak usaha Mitra Rajasa di Singapura.

Mitra Rajasa juga akan mengambil alih 31,7% saham Encore International Ltd milik keluarga Panigoro dengan mekanisme serupa. Dengan demikian, total akuisisi Apexindo oleh Mitra Rajasa menjadi sekitar Rp 5,19 triliun. (c119)

Thursday, July 10, 2008

Bapepam-LK telaah kewajaran harga Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih menelaah kewajaran harga divestasi anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk, yaitu PT Apexindo Pratama Duta Tbk seiring dengan masuknya laporan Medco ke otoritas pasar modal kemarin.

Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil Bapepam-LK Nur Haida mengatakan otoritas pasar modal akan mengkaji harga transaksi divestasi Apexindo kepada PT Mitra Rajasa Tbk yang senilai Rp2.450 per saham.

"Surat edarannya baru kami terima hari ini, meski rapat pemegang saham akan digelar pada 7 Agustus mendatang. Jadi, kami akan mengkaji wajar tidaknya transaksi itu selambat-lambatnya hingga 7 Agustus," ujarnya kepada Bisnis, kemarin .

Berdasarkan keterangan yang dipublikasikan Medco disebutkan bahwa konsultan independen PT Alpro Dinamika menilai berdasarkan pendekatan diskonto arus kas dengan tingkat diskonto 13,7%-16,5%, perhitungan nilai perusahaan (enterprise value) Apexindo per 31 Maret 2008 adalah berkisar US$702,1 juta -US$874,6 juta.

Setelah memperhitungkan utang dan kas serta kas ekuivalen Apexindo per 31 Maret 2008 masing-masing sebesar US$188,5 juta dan US$36,6 juta, maka diperoleh nilai ekuitas Apexindo per 31 Maret 2008 pada kisaran US$549,9 juta-US$722,5 juta.

Selanjutnya, nilai ekuitas dibagi dengan 2,63 miliar total saham yang diterbitkan Apexindo, sehingga diperoleh indikasi harga saham Apexindo pada kisaran US$0,2088-US$0,2743 atau ekuivalen dengan Rp1.925-Rp2.528, dengan kurs I US$=Rp9.217 per 31 Maret 2008.

Terkait dengan penilaian AlproBapepam-LK menyatakan pihaknya akan menelaah hasil penilaian tim penilai independen yang merupakan bagian dari profesi penunjang pasar modal itu.

Harga tinggi

"Kami akan mendalami proses divestasi Apexindo kepada Mitra Rajasa. Apabila semua disclosure dalam surat edaran itu kami nilai sudah terpenuhi, Medco bisa menggelar rapat pemegang saham pada 7 Agustus mendatang," ujar Nur.

Nur mengatakan pihaknya belum bisa berkomentar terkait dengan PT Pertamina (Persero) yang menawar saham Apexindo dengan kisaran harga teratas Rp2.625 per saham atau 7,14% lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual Apexindo kepada Mitra Rajasa.

Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham emiten berkode APEX itu ditutup pada level Rp2.225 atau melonjak 1,14% dibandingkan harga penutupan saham sebelumnya, yaitu Rp2.200.

Oleh Sylviana Pravita R.K.N.

Bisnis Indonesia

Wednesday, July 9, 2008

Pertamina Bidik 27% Saham Medco

Investor Indonesia --- SETELAH gagal mengakuisisi PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), PT Pertamina kini mengkaji pembelian 27% saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Menurut sumber Investor Daily, pemerintah melalui Menneg BUMN telah mengisyaratkan pembelian saham milik keluarga Panigoro tersebut. Rencananya, uji tuntas (due diligence) akan digelar pada Juli ini.

Sumber lain menegaskan, Medco akan menerima kompensasi apabila penjualan saham kepada Pertamina berjalan lancar. Medco akan menjadi salah satu perusahaan yang mengeksplorasi gas bumi di Aceh. Selain itu, Medco juga tengah menjajaki pembelian saham Newmont. Pada perdagangan kemarin, MEDC ditutup melemah Rp 50 (1%) ke level Rp 4.625.

Monday, July 7, 2008

Saham Apexindo Menuju Rp 2.500

Investor Daily --- SALAH satu bank investasi asing akan memborong saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) di pasar sekunder hingga harga Rp 2.500. Soalnya, kata sumber Investor Daily, PT Pertamina menawarkan harga akuisisi Apexindo sebesar Rp 2.900 per saham kepada PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA). Tawaran itu lebih tinggi dari Mitra Rajasa sebesar Rp 2.450.

Pertamina sangat berambisi untuk mengambil alih Apexindo karena saham perusahaan jasa pertambangan migas itu sedang murah. Harga wajar Apexindo seharusnya Rp 3.600 apabila memakai benchmark perusahaan sejenis di regional. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, APEX menguat Rp 100 (4,7%) ke level Rp 2.200. Nilai transaksinya sebesar Rp 37,6 miliar. (jau)

Thursday, July 3, 2008

Kontroversi leveraged buyout Apexindo

Bisnis Indonesia --- Sulit untuk tidak mengernyitkan dahi ketika mencermati transaksi penjualan saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada PT Mitra Rajasa Tbk. Keluarga Panigoro memutuskan melego 80,6% saham perusahaan pengeboran ini di harga Rp2.450 per saham pada 9 Juni senilai Rp5,19 triliun.

Meski harga divestasi itu premium 11,36% dibandingkan dengan harga pasar tertinggi Rp2.200, selisihnya hanya Rp50 per saham atau 2,08% dibandingkan dengan harga pembelian keluarga Panigoro (lewat Encore International Ltd) dari dua pemegang saham sebelumnya Rp2.400.

Bahkan, angka itu melorot 10% (Rp250) dibandingkan dengan penawaran awal tahun senilai Rp2.700, yang membuat Essar Oil (India) dan 3i Group Plc mundur karena menilai harga itu terlalu mahal (Bisnis, 16 Januari).

Lebih unik lagi, Mitra Rajasa dalam transaksi ini ibarat menjadi Daud yang berhasil mencaplok Goliath setelah lebih dulu menyisihkan raksasa lain pesaing terganasnya.

Berdasarkan data Bloomberg, Mitra Rajasa tercatat hanya memiliki aset US$119,98 juta (per Desember 2007), atau empat kali lebih kecil dari aset Apexindo senilai US$489,48 juta.

Mitra Rajasa adalah perusahaan transportasi darat, yang baru mencicipi bisnis migas tahun lalu dengan mengakuisisi Sabre Systems International Pte Ltd (SSI) dan PT Pulau Kencana Raya (PKR). Itupun dengan menggalang dana dari utang pasar modal (emisi obligasi).

Harga saham Mitra Rajasa sejak 2006 hingga Agustus 2007 tergolong anteng. Waktu itu, saham Mitra Rajasa juga termasuk tak likuid. Harga rata-rata saham Mitra Rajasa hanya berkisar Rp28,35 per saham. Pemain pasar juga jarang menyebut nama Mitra Rajasa.

Namun, saham kurang likuid itu menggeliat sejak 28 Agustus tahun lalu yang masih di posisi Rp44,95. Setelah itu, saham Mitra Rajasa terbang secara perlahan hingga mencapai level Rp300 per saham pada penutupan 26 September tahun lalu.

Penjualan Apexindo kepada Mitra Rajasa, membuat manajemen PT Pertamina mencak-mencak karena merasa diperlakukan tidak adil. BUMN penguasa minyak nasional ini dikabarkan menawar saham Apexindo maksimal Rp2.625 per saham, senasib dengan Northern Offshore Drilling asal Norwegia yang juga terpental dari divestasi.

Transaksi yang terlihat aneh ini mengundang perhatian berbagai pihak mulai dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Ditjen Pajak, hingga Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Namun, pelaku pasar merespons transaksi tersebut secara wajar, sehingga harga saham ketiga emiten itu bergerak proporsional.

Pemodal mengapresiasi saham berkode Mitra Rajasa yang dalam transaksi itu berposisi sebagai pemenang. Saham mereka di pasar (MIRA) harganya ditutup pada level Rp740 atau menguat 76,2% (Rp320) dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun Rp420.

Di sisi lain, saham Apexindo (APEX) yang dalam transaksi itu hanya menjadi obyek, sahamnya ditransaksikan secara datar di level Rp2.100, tidak beranjak dari posisi penutupan akhir 2007.

Pada umumnya, saham yang menjadi objek akuisisi dan berpotensi di-serap oleh pembeli baru dalam pe- nawaran tender biasanya langsung melonjak ketika kesepakatan akuisisi diumumkan ke publik.

Namun, pada penjualan Apexindo, harga sahamnya justru tak melonjak. Harga saham Mitra Rajasa yang justru terbang.

Sebaliknya, saham Medco (MEDC) justru dibanting, sehingga harganya kemarin ditutup di level Rp4.750 atau melemah 8,2% (Rp400) dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu Rp5.150.

Leveraged buyout

Analis PT Optima Karya Capital Securities Ikhsan Binarto menilai Mitra Rajasa memiliki kekuatan pendanaan akuisisi dengan mengoptimalkan leverage yang masih rendah, atau biasa dikenal dengan akuisisi melalui utang dengan menjaminkan objek perusahaan yang dibeli (leveraged buyout).

Perseroan, katanya, kemungkinan menerbitkan obligasi tukar senilai US$50 juta-US$75 juta, yang akan dialihkan menjadi saham Mitra Rajasa pada akhir 2008.

"Kami juga percaya Mitra Rajasa akan menerbitkan saham baru dengan rasio 3:4 untuk menggalang dana US$60 juta," tuturnya dalam laporan riset terbarunya.

Sampai sekarang, perseroan menerima US$450 juta melalui komitmen utang dan akan menerbitkan obligasi berjaminan senilai US$115 juta melalui anak usahanya Sabre System International (SSI).

Akibat ekspansi utang tersebut, perseroan akan memasuki periode gearing ratio tinggi sepanjang 2008-2009, menyusul proses pembiayaan akuisisi senilai US$565 juta itu akibat beban utang, obligasi tukar, dan obligasi jaminan.

"Kami memperkirakan gearing bersih yang berada di posisi 0,5 kali pada 2007, akan meningkat menjadi 2,5 kali pada 2008, dan turun lagi menjadi 0,9 kali pada 2009," ujar Ikhsan.

Biaya pendanaan Mitra Rajasa sepanjang 2008- 2010 diperkirakan meningkat menjadi 22 kali. "Namun, pendapatan Mitra dalam bentuk dolar AS akan memberikan hedging [lindung nilai]."

Ikhsan memperkirakan pendapatan Apexindo akan mendongkrak pendapatan konsolidasi Mitra Rajasa sebesar sepuluh kali lipat hingga 2009.

Dia menetapkan target harga MIRA senilai Rp1.375 per saham yang merefleksikan dampak akuisisi dan merekomendasikan beli dengan potensi kenaikan 94%.(arif.gunawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S.

Wartawan Bisnis Indonesia

Kontroversi leveraged buyout Apexindo

Bisnis Indonesia --- Sulit untuk tidak mengernyitkan dahi ketika mencermati transaksi penjualan saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada PT Mitra Rajasa Tbk. Keluarga Panigoro memutuskan melego 80,6% saham perusahaan pengeboran ini di harga Rp2.450 per saham pada 9 Juni senilai Rp5,19 triliun.

Meski harga divestasi itu premium 11,36% dibandingkan dengan harga pasar tertinggi Rp2.200, selisihnya hanya Rp50 per saham atau 2,08% dibandingkan dengan harga pembelian keluarga Panigoro (lewat Encore International Ltd) dari dua pemegang saham sebelumnya Rp2.400.

Bahkan, angka itu melorot 10% (Rp250) dibandingkan dengan penawaran awal tahun senilai Rp2.700, yang membuat Essar Oil (India) dan 3i Group Plc mundur karena menilai harga itu terlalu mahal (Bisnis, 16 Januari).

Lebih unik lagi, Mitra Rajasa dalam transaksi ini ibarat menjadi Daud yang berhasil mencaplok Goliath setelah lebih dulu menyisihkan raksasa lain pesaing terganasnya.

Berdasarkan data Bloomberg, Mitra Rajasa tercatat hanya memiliki aset US$119,98 juta (per Desember 2007), atau empat kali lebih kecil dari aset Apexindo senilai US$489,48 juta.

Mitra Rajasa adalah perusahaan transportasi darat, yang baru mencicipi bisnis migas tahun lalu dengan mengakuisisi Sabre Systems International Pte Ltd (SSI) dan PT Pulau Kencana Raya (PKR). Itupun dengan menggalang dana dari utang pasar modal (emisi obligasi).

Harga saham Mitra Rajasa sejak 2006 hingga Agustus 2007 tergolong anteng. Waktu itu, saham Mitra Rajasa juga termasuk tak likuid. Harga rata-rata saham Mitra Rajasa hanya berkisar Rp28,35 per saham. Pemain pasar juga jarang menyebut nama Mitra Rajasa.

Namun, saham kurang likuid itu menggeliat sejak 28 Agustus tahun lalu yang masih di posisi Rp44,95. Setelah itu, saham Mitra Rajasa terbang secara perlahan hingga mencapai level Rp300 per saham pada penutupan 26 September tahun lalu.

Penjualan Apexindo kepada Mitra Rajasa, membuat manajemen PT Pertamina mencak-mencak karena merasa diperlakukan tidak adil. BUMN penguasa minyak nasional ini dikabarkan menawar saham Apexindo maksimal Rp2.625 per saham, senasib dengan Northern Offshore Drilling asal Norwegia yang juga terpental dari divestasi.

Transaksi yang terlihat aneh ini mengundang perhatian berbagai pihak mulai dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Ditjen Pajak, hingga Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Namun, pelaku pasar merespons transaksi tersebut secara wajar, sehingga harga saham ketiga emiten itu bergerak proporsional.

Pemodal mengapresiasi saham berkode Mitra Rajasa yang dalam transaksi itu berposisi sebagai pemenang. Saham mereka di pasar (MIRA) harganya ditutup pada level Rp740 atau menguat 76,2% (Rp320) dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun Rp420.

Di sisi lain, saham Apexindo (APEX) yang dalam transaksi itu hanya menjadi obyek, sahamnya ditransaksikan secara datar di level Rp2.100, tidak beranjak dari posisi penutupan akhir 2007.

Pada umumnya, saham yang menjadi objek akuisisi dan berpotensi di-serap oleh pembeli baru dalam pe- nawaran tender biasanya langsung melonjak ketika kesepakatan akuisisi diumumkan ke publik.

Namun, pada penjualan Apexindo, harga sahamnya justru tak melonjak. Harga saham Mitra Rajasa yang justru terbang.

Sebaliknya, saham Medco (MEDC) justru dibanting, sehingga harganya kemarin ditutup di level Rp4.750 atau melemah 8,2% (Rp400) dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu Rp5.150.

Leveraged buyout

Analis PT Optima Karya Capital Securities Ikhsan Binarto menilai Mitra Rajasa memiliki kekuatan pendanaan akuisisi dengan mengoptimalkan leverage yang masih rendah, atau biasa dikenal dengan akuisisi melalui utang dengan menjaminkan objek perusahaan yang dibeli (leveraged buyout).

Perseroan, katanya, kemungkinan menerbitkan obligasi tukar senilai US$50 juta-US$75 juta, yang akan dialihkan menjadi saham Mitra Rajasa pada akhir 2008.

"Kami juga percaya Mitra Rajasa akan menerbitkan saham baru dengan rasio 3:4 untuk menggalang dana US$60 juta," tuturnya dalam laporan riset terbarunya.

Sampai sekarang, perseroan menerima US$450 juta melalui komitmen utang dan akan menerbitkan obligasi berjaminan senilai US$115 juta melalui anak usahanya Sabre System International (SSI).

Akibat ekspansi utang tersebut, perseroan akan memasuki periode gearing ratio tinggi sepanjang 2008-2009, menyusul proses pembiayaan akuisisi senilai US$565 juta itu akibat beban utang, obligasi tukar, dan obligasi jaminan.

"Kami memperkirakan gearing bersih yang berada di posisi 0,5 kali pada 2007, akan meningkat menjadi 2,5 kali pada 2008, dan turun lagi menjadi 0,9 kali pada 2009," ujar Ikhsan.

Biaya pendanaan Mitra Rajasa sepanjang 2008- 2010 diperkirakan meningkat menjadi 22 kali. "Namun, pendapatan Mitra dalam bentuk dolar AS akan memberikan hedging [lindung nilai]."

Ikhsan memperkirakan pendapatan Apexindo akan mendongkrak pendapatan konsolidasi Mitra Rajasa sebesar sepuluh kali lipat hingga 2009.

Dia menetapkan target harga MIRA senilai Rp1.375 per saham yang merefleksikan dampak akuisisi dan merekomendasikan beli dengan potensi kenaikan 94%.(arif.gunawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S.

Wartawan Bisnis Indonesia

Oil firm rebuilds school in remote area

Nurni Sulaiman, The Jakarta Post/Kutai Kartanegara --- Pupils ran and played happily around their new school building at SDN 1 elementary school, which is located in remote Saliki village in Kutai Kartanegara regency, East Kalimantan.

To arrive at the school, one must turn off the paved road and travel along a 20-kilometer dirt road, which takes about 30 to 40 minutes by car. If it rains, only four-wheeldrive

vehicles can traverse the road to reach the village.

The school is located around 100 kilometers from Tenggarong, Kutai Kartanegara's capital.

Most of the 232 registered students stay at home when it rains due to the long distances they have to travel and the lack of transportation. They usually get to school by hitching a ride on palm oil company trucks.

"I always go to school by hitching a ride on a truck. My family as well as the others are poor. Most of us stay home and cannot go to school when it rains," said sixth grader Sandy.

The school, which was fomerly built of wood, has just been rebuilt by oil and gas company PT Apexindo Pratama Duta.

"It was far from appropriate for students as well as teachers before. Thanks to the company, our spirits have been uplifted by the new building," school principal Ari Wiyono told The Jakarta Post recently.

Construction work on the school was completed .in February and it was officially handed over to the local administration by the company's president, Hetriono Kartowisastro,

on June 12.

"The construction of SDN 1 Saliki is part of Apexindo's corporate social responsibility program which is expected to contribute to the improvement of education for a wider community," Hetriono said.

"With proper facilities in place, we expect students' enthusiasm to study and learn to increase. We hope SDN 1 Saliki will be able to produce skilled manpower in the future," he said.

Kutai Kartanegara regency administration assistant Edi Damansyah talked about the benefits the building would bring in his inaugural speech.

"Apexindo is one of the companies operating in Kutai Kartanegara. We welcome any positive cooperation with the business community and hope that the finn's initiative

could encourage others to do the same," Damansyah said.

Apexindo spent about Rp 670 million (approximately US$74,400) to rebuild the school. Students have been able to learn in a much better atmosphere since last February.

The school building consists of seven classrooms, a teachers' room and four bathrooms. The company has also equipped the school with learning equipment and desks and chairs for students.

LBO Apexindo Dipertanyakan

JAKARTA, Okezone - Hingga saat ini belum ada kejelasan pasti mengenai transaksi leveraged buyout (peminjaman dana dari utang) atau yang dikenal dengan LBO. Transaksi tersebut terjadi pada pelepasan saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) kepada PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA).

"MIRA memiliki kekuatan pendanaan akuisisi dengan mengoptimalkan leverage yang masih rendah, atau biasa dikenal dengan akuisisi melalui utang dengan menjaminkan objek perusahaan yang dibeli (leveraged buyout)," ujar analis PT Optima Karya Capital Securities Ikhsan Binarto, saat dihubungi okezone di Jakarta, Kamis (3/7/2008).

Apexindo kemungkinan menerbitkan obligasi tukar senilai USD50-75 juta, yang akan dialihkan menjadi saham MIRA pada akhir 2008. "Kami juga percaya Mitra Rajasa akan menerbitkan saham baru dengan rasio 3:4 untuk menggalang dana USD60 juta," tuturnya.

Sampai sekarang, perseroan menerima USD450 juta melalui komitmen utang dan akan menerbitkan obligasi berjaminan senilai USD115 juta melalui anak usahanya Sabre System International (SSI). Adapun biaya pendanaan MIRA sepanjang 2008-2010 diperkirakan meningkat menjadi 22 kali. "Namun, pendapatan MIRA dalam bentuk USD akan memberikan hedging (lindung nilai)," tambahnya.

Ikhsan memperkirakan pendapatan Apexindo akan mendongkrak pendapatan konsolidasi MIRA sebesar sepuluh kali lipat hingga 2009 mendatang. Ia menetapkan target harga MIRA senilai Rp1.375 per saham yang merefleksikan dampak akuisisi dan merekomendasikan beli dengan potensi kenaikan 94 persen.

Seperti diketahui, transaksi antara Apexindo dengan MIRA dilakukan pada 9 Juni 2008 lalu di Graha Niaga pukul 13.00-15.00. Di mana telah terjadi kesepakatan transaksi penjualan saham APEX kepada MIRA. Adapun keluarga Panigoro memutuskan melepaskan 80,6 persen saham perusahaan ini di harga Rp2.450 per saham senilai Rp5,19 triliun.(ade) (jri)

Wednesday, July 2, 2008

Danareksa bantu rights issue Mitra Rajasa

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Mitra Rajasa Tbk mengisyaratkan menunjuk PT Danareksa Sekuritas sebagai penjamin emisi (underwriter) penawaran umum terbatas (rights issue) untuk meraup dana segar US$75 juta atau Rp693,75 miliar.

Hasil dari penjualan saham baru itu nantinya digunakan oleh Mitra Rajasa untuk melunasi utang kepada Goldman Sachs yang sebelumnya dipakai untuk membiayai akuisisi 80,6% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Direktur Utama Mitra Rajasa Beni Prananto mengatakan rights issue itu kemungkinan besar dilaksanakan pada tahun depan.

"Kami akan bertemu dengan Danareksa dalam waktu dekat. Mereka menyatakan berminat dan yang pasti kami welcome terhadap Danareksa," ujarnya kepada Bisnis kemarin.

Beni mengatakan Mitra Rajasa lebih mengutamakan penjamin emisi lokal meskipun terdapat lima calon yang tengah diseleksi.

Seleksi itu, lanjutnya, tidak hanya dilakukan oleh Mitra Rajasa, tetapi juga oleh Goldman Sachs sebagai lead arranger. "Keputusan pemilihan penjamin emisi lainnya berada di tangan Goldman Sachs."

Marciano Herman, Head of Investment Banking Danareksa Sekuritas, mengakui adanya pembicaraan dengan manajemen Mitra Rajasa. "Kami belum bisa berkomentar lebih jauh."

Berdasarkan riset Mitra Rajasa yang dirilis oleh PT Optima Securities pada 25 Juni disebutkan emiten berkode MIRA itu menandatangani perjanjian akuisisi saham Apexindo senilai US$565 juta atau setara dengan Rp5,19 triliun pada 9 Juni 2008. Mitra Rajasa akan membeli 49% saham Apexindo milik Medco Energi dan 32% saham Apexindo milik Encore International Ltd. Akuisisi itu dibiayai dengan tunai sebesar 80% dan selebihnya dari penerbitan surat utang berjaminan yang akan diterbitkan oleh Sabre System International Pte Ltd dengan jaminan saham Apexindo.

Mayoritas pembiayaan akuisisi itu berupa pinjaman yang berasal dari bank investasi asing Goldman Sachs. Penyelesaian transaksi pengambilalihan saham itu akan dilakukan selambat-lambatnya akhir Agustus 2008.

Obligasi konversi

Dalam enam hingga 18 bulan, manajemen MIRA ingin membiayai kembali biaya US$565 juta sekaligus surat utang yang akan diterbitkan Sabre System. "Di level MIRA [sebagai perusahaan induk], kami memperkirakan perusahaan itu akan menerbitkan obligasi tukar senilai US$50 juta-US$75 juta yang akan dikonversi menjadi saham Mitra Rajasa pada akhir tahun ini," ungkap riset itu.

Riset itu juga menjelaskan rasio rights issue Mitra Rajasa 3:4 di mana tiga saham baru untuk pemegang empat saham lama.

Sekuritas itu memprediksi Mitra Rajasa bisa mencapai laba bersih yang kuat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata campuran 32% pada tiga tahun ke depan (2008-2011). Optima mengestimasi laba konsolidasi Apexindo sepanjang Agustus-Desember tahun ini akan mendorong 10 kali lipat pertumbuhan laba bersih Mitra Rajasa.

"Kami memprediksi kondisi itu akan berlanjut pada 2009 dan ke depan di mana MIRA mulai mengonsolidasikan laba bersih Apexindo secara penuh," ungkap riset tersebut.

Setelah konsolidasi, pendapatan MIRA akan membesar. Sebanyak 82% dari pendapatan berasal dari jasa pengeboran Apexindo sekaligus menjadi motor penggerak laba bersih.

Harga saham Mitra Rajasa kemarin ditutup ke level Rp740 atau naik 1,37% dibandingkan dengan penutupan perdagangan 30 Juni 2008. Apabila mengacu pada harga saham itu, kapitalisasi pasarnya Rp2,02 triliun. (sylviana.pravita@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Sylviana Pravita R.K.N. & Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia

Tuesday, July 1, 2008

Apexindo raih kontrak dari VICO

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Anjungan pengeboran Rig 8 milik PT Apexindo Pratama Duta Tbk meraih kontrak baru dari VICO Indonesia di Semberah, Kalimantan Timur senilai US$2,8 juta untuk mengebor lima sumur lebih dari 230 hari.

Dalam siaran pers dari Apexindo kemarin disebutkan Rig 8 akan memperoleh kenaikan harga sewa harian dibandingkan dengan harga sewa sebelumnya.

"Peningkatan aktivitas di bisnis pengeboran darat di Indonesia menciptakan dampak positif untuk Apexindo. Permintaan yang tinggi akan rig darat secara langsung memengaruhi harga sewa harian," tutur Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro, kemarin. (Bisnis/wiw)

Apexindo Raih Kontrak US$ 2,8 Juta

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Apexindo Pratama Duta Tbk meraih kontrak baru dari Vico Indonesia senilai US$ 2,8 juta (sekitar Rp 26 miliar). Melalui kontrak itu, perseroan akan menggunakan rig 8 untuk mengerjakan lima sumur pengeboran di Semberah, Kalimantan Timur, selama 230 hari.

Peningkatan aktivitas bisnis pengeboran darat di Indonesia, kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro dalam siaran persnya kemarin, berdampak positif bagi Apexindo. "Permintaan rig darat meningkat dan secara langsung mempengaruhi harga sewa harian," ujar dia. SORTA TOBING

Apexindo Raih Kontrak Baru VICO

JAKARTA,SELASA, Kompas Cyber Media - Rig 8 milik PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak baru dari VICO Indonesia di Semberah, Kalimantan Timur untuk pengerjaan 5 buah sumur pemboran atau selama kurang lebih 230 (dua ratus tiga puluh) hari.

Kontrak itu, bernilai sekitar 2,8 juta dollar AS dimana Rig 8 mendapatkan peningkatan harga sewa harian dibandingkan dengan kontrak sebelumnya. "Peningkatan aktivitas di bisnis pemboran darat di Indonesia menciptakan dampak yang positif bagi Apexindo dimana tingginya tingkat permintaan terhadap rig darat secara langsung mempengaruhi harga sewa harian," ujar Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro dalam menurut siaran pers yang diterima Kompas.com.

Rig 8 adalah salah satu dari rig-rig darat Apexindo berkekuatan besar dengan tingkat daya kuda mencapai 1.000 HP sehingga praktis dapat bekerja secara efisien dan cepat. “Keuntungan kompetitif kami dengan memiliki rig-rig darat bertenaga kuda besar didukung oleh catatan kerja yang luar biasa memungkinkan kami untuk mendapatkan proyek-proyek menarik bagi segmen darat," tambah Direktur Keuangan Perseroan Agustinus Lomboan.

Menurutnya, pencapaian kontrak untuk Rig 8 sejalan dengan strategi Perseroan untuk fokus pada klien-klien yang memiliki sumber daya besar sehingga akan juga menciptakan dampak positif bagi utilisasi rig darat Apexindo. "Lebih jauh, didorong oleh kedisiplinan untuk menerapkan efisiensi dan konsistensi kami untuk menyokong pertumbuhan tidak hanya dari segmen lepas pantai namun juga dari segmen darat, tingkat keuntungan yang lebih tinggi akan segera dapat diraih di masa depan. Karenanya, hal ini sejalan dengan tujuan kami yaitu untuk memberikan pengembalian setinggi mungkin bagi para pemegang saham," jelasnya.

Apexindo yang merupakan kontraktor pemboran minyak, gas, dan panas bumi nasional, telah mendukung program pemboran VICO selama lebih dari dua dekade.

EDJ

PEMEGANG SAHAM SETUJUI AKUISISI APEXINDO, Mitra Rajasa Rights Issue Rp 690 M

JAKARTA, Investor Daily --- PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) akan menerbitkan saham baru (rights issue) senilai US$ 75 juta atau setara Rp 690 miliar tahun ini. Dananya untuk membayar sebagian utang menyusul akuisisi 80,57% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX).

Direktur Mitra Rajasa Inu Dewanto Koentjaraningrat mengatakan, rights issue akan dilakukan pada akhir 2008. “Selain membayar utang, kami juga akan menggunakannya untuk pengembangan bisnis perseroan,” kata dia, usai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta, Senin (30/6).

Pada kesempatan itu, dia juga menyampaikan bahwa pemegang saham Mitra Rajasa telah menyetujui akuisisi Apexindo senilai Rp 5,19 triliun. Dengan demikian, aksi korporasi itu berjalan mulus, meskipun sempat diprotes keras oleh berbagai pihak.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) telah mengirimkan surat klarifikasi kepada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan Encore International Pte Ltd selaku penjual 80,57% saham Apexindo. BUMN migas itu mempertanyakan keputusan Medco yang menolak penawarannya. Padahal, harga yang diajukan Pertamina sebesar Rp 2.625 per saham, lebih tinggi dari Mitra Rajasa Rp 2.450. Pertamina juga sanggup melunasi transaksi akuisisi senilai Rp 5,57 triliun secara tunai selama 60 hari.

Namun, melalui Dirut Medco Energi Darmoyo Doyoatmojo, Medco tetap memilih Mitra Rajasa karena alasan kemudahan dan kecepatan dalam pembayaran. Meski demikian, keputusan itu masih menunggu persetujuan pemegang saham yang akan diambil dalam RUPSLB Medco Energi pada Juli 2008.

Setelah persetujuan pemegang saham, Medco dan Mitra Rajasa akan merampungkan transaksi akuisisi Apexindo yang dijadwalkan pada Agustus tahun ini. Selain rights issue, Mitra Rajasa juga berencana menghimpun dana dari sejumlah bank asing dan lokal. Perseroan dibantu oleh Goldman Sachs Asia.

Analis PT Citi Pacific Securities Hendri Effendi menilai, rencana right issue Mitra Rajasa merupakan pilihan terbaik untuk membayar pinjaman bank. “Utang bank yang akan diterima Mitra Rajasa cukup besar, sehingga dapat membebani keuangan perusahaan,” ujar dia.

Menurut Hendri, Mitra Rajasa seharusnya memperbesar target dana hasil rights issue supaya berdampak positif terhadap kas perusahaan. Selain itu, Mitra Rajasa juga dapat mengoptimalkan pendapatan dari usaha barunya di bidang kontraktor pertambangan migas untuk memperkuat pembiayaan akuisisi Apexindo.

Obligasi US$ 112 Juta

Mitra Rajasa melalui anak usahanya di Singapura, Sabre System International Pte Ltd (SSI) juga berencana menerbitkan obligasi senilai US$ 112,4 juta untuk mengakuisisi Apexindo. Surat utang itu bertenor satu tahun. Bunganya mengacu London Interbank Offered Rate (LIBOR) + 6%. Obligasi tersebut akan diambil oleh Medco Energi senilai US$ 68,19 juta dan Encore International sebesar US$ 44,23 juta.

Komut Mitra Rajasa Tito Sulistio mengakui, perseroan saat ini masih menghimpun dana akuisisi dari berbagai sumber seperti kas internal, ekuitas, dan pinjaman. “Pelunasan akan dibayar dari hasil kinerja Apexindo,” kata dia.

Tito menegaskan, keputusan perseroan untuk menarik pinjaman bank akan dilakukan selama tidak memberatkan kinerja perusahaan. Namun, dia optimistis, utang tersebut tidak membebani keuangan karena aset SSI mencapai US$ 80-100 juta. Sedangkan total utang anak usahanya itu sebesar US$ 30 juta.

Oleh Syahid Latif

Medco: Dana Penjualan Apexindo untuk Pengembangan 7 Proyek

JAKARTA (SINDO) – PT Medco Energy International Tbk (MEDC) akan menggunakan dana hasil penjualan PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) untuk pengembangan tujuh proyek minyak dan gas.

”Hasil penjualan APEX akan kami gunakan untuk pengembangan tujuh proyek kami,” ujar Komisaris Utama Medco Energy Hilmi Panigoro di Jakarta kemarin. Menurut Hilmi, perseroan tengah menggarap tujuh proyek besar senilai USD2 miliar dalam tiga tahun ke depan.

Proyek besar tersebut, antara lain proyek gas di Lapangan Singa, kemudian di lapangan Senoro, lapangan minyak di Libya, dan pengembangan pembangkit geotermal di Sarula dan proyek etanol di Lampung. Seperti diketahui, Medco sepakat menjual 1.287.045.106 lembar saham Apexindo kepada PT Mitra Rajasa Tbk dengan harga Rp2.450 per saham.

Dengan begitu, Medco meraup dana sekitar Rp3,153 triliun Sementara itu, hasil penjualan saham Apexindo yang dimiliki Encore International, menurut Direktur Utama Encore Yani Panigoro, akan digunakan untuk pengembangan energi alternatif.

Encore memiliki 830 juta saham Apexindo. Dengan harga jual Rp2.450 per saham, total dana yang diraup Encore berkisar Rp2,045 triliun. (juni triyanto)

Apexindo Raih Kontrak Baru US$2,8 juta

JAKARTA—Media Indonesia: Sebanyak delapan rig PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) mendapatkan kontrak baru pengerjaan 5 buah sumur pemboran atau selama kurang lebih 230 (dua ratus tiga puluh) hari dari VICO Indonesia (VICO) di Semberah Kalimantan Timur.

Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro menyatakan, kontrak baru tersebut bernilai sekitar US$2,8 juta. Dalam hal ini Rig 8 mendapatkan peningkatan harga sewa harian dibandingkan dengan kontrak sebelumnya.

Rig 8 adalah salah satu dari rig-rig darat Apexindo berkekuatan besar dengan tingkat daya kuda (horse power) mencapai 1.000 HP sehingga praktis dapat bekerja secara efisien dan cepat.

"kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan. Peningkatan aktivitas di bisnis pemboran darat di Indonesia menciptakan dampak yang positif bagi Apexindo. Dimana tingginya tingkat permintaan terhadap rig darat secara langsung mempengaruhi harga sewa harian," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (1/7).

Pihaknya gembira melihat kinerja yang mengesankan di segmen darat melalui pencapaian kontrak baru tersebut. Pasalnya, meski kompetisi di pasar pemboran darat sangat ketat, Apexindo tetap dapat memposisikan diri sebagai yang terdepan di segmen pemboran darat di Indonesia.

Dalam sejarahnya, Apexindo telah memiliki hubungan jangka panjang yang sangat baik dengan VICO. Perseroan juga telah mendukung program pemboran VICO selama lebih dari dua dekade.

Apexindo merupakan kontraktor pemboran minyak, gas, dan panas bumi nasional dengan armada-armada terbesar. Apexindo menyediakan jasa pemboran darat maupun lepas pantai melalui 8 rig darat dan 6 rig lepas pantainya yang terdiri dari 4 rig submersible swamp barge: Maera, Raisis, Raissa and Yani. Serta dan dua rig jack ups Raniworo and Soehanah. Apexindo juga menjadi kontraktor pemboran pertama di bidang minyak, gas, dan panas bumi yang terdaftar dalam papan Bursa Efek Indonesia. (DW/OL-2)

Penulis : Dwi Tupani