Thursday, September 29, 2005

Koreksi mengenai jumlah saham Apexindo

Sehubungan dengan artikel tentang HMETD Apexindo 2,43 juta saham yang dimuat Bisnis Indonesia dua hari lalu, terdapat kekeliruan yang menurut kami perlu diperbaiki.

Jumlah saham Apexindo saat ini 1.745.000.000 saham dan jumlah HMETD yang dikeluarkan adalah 837.600.000 saham biasa atas nama.

Dengan demikian, total saham Apexindo setelah HMETD adalah 2.582.600.000.

Frieda Salvantina
Media & Government Relations
PT Apexindo Pratama Duta Tbk
Medco Building lantai 2-3

Jl. Ampera Raya No.20, Jakarta.

*) Berita itu mengacu pada pengumuman BEJ No. PENG-186/BEJ-PSR/09-2005 tertanggal 23 September 2005 mengenai PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Tuesday, September 27, 2005

HMETD Apexindo 2, 43 juta saham

Jakarta, Bisnis Indonesia – PT Apexindo Pratama Duta Tbk telah melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dari hasil penawaran saham terbatas I menjadi 2.436.600 saham.

Berdaskan laporan keterbukaan informasi, saham HMETD itu akan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta pada 26 September 2005. Setelah pelaksanaan HMETD ini, saham Apexindo yang tercatat di BEJ seluruhnya menjadi 1.747.436.600 lembar saham.

Sedangkan sisa saham HMETD perseroan yang masih tercatat di BEJ mencapai 835.163.400 HMETD. (Bisnis/SHM)

Thursday, September 22, 2005

Saham Apexindo Rawan Koreksi

Jakarta, Investor Daily --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan rawan koreksi pada perdagangan jangka pendek. Meskipun demikian, pada perdagangan Selasa (20/9), saham APEX ditutup menguat.

"Arah koreksi itu terbaca dari sisi teknis," kata analis PT Pacific Duaribu Group Felix Sindhunata kepada Investor Daily di Jakarta.

Pada perdagangan kemarin, saham APEX ditutup di level Rp 680 atau naik Rp 10 dari posisi Rp 670. Saham perusahaan minyak dan gas itu ditransaksikan hanya 55 kali, dengan volume transaksi sebanyak 950.500 unit saham senilai Rp 643,51 juta.

Menurut Felix, secara teknis saham Apexindo Pratama terlihat rawan koreksi untuk jangka pendek. "Hal itu terbaca dari indikator relative strength index (RSI) yang overbought," ujar Felix.

Dia mengatakan, arah pelemahan saham APEX terlihat pula dari indikator lain, seperti stochastic oscillator yang juga sudah overbought. "Jadi, saham ini berpeluang terkoreksi setelah menguat," imbuhnya.

Kendati demikian, lanjut Felix, secara fundamental saham Apexindo Pratama masih menjanjikan, karena kinerja perusahaan diperkirakan kembali positif tahun ini. Laba bersih perseroan pada 2005 diprediksi mencapai Rp 3,06 miliar.

Felix menambahkan, pertumbuhan earning per share (EPS) saham APEX diperkirakan juga bergerak positif menjadi Rp 2 dari tahun sebelumnya yang minus Rp 15. Namun, valuasi saham APEX cukup mahal dibanding emiten sejenis, karena price to earning ratio (PER) mencapai 350 kali, dengan price to book value (PBV) 1,9 kali. "Sedangkan PER ENRG (Energi Mega Persada, red) baru 31,74 kali dan PBV 14,04 kali," jelasnya.

Di tempat terpisah, analis PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil juga mengatakan, dari sisi teknis saham APEX berpeluang terkoreksi pada perdagangan jangka pendek, karena indikator stochastic oscillator sudah overbought. "Saham ini berpeluang turun, meskipun volume transaksi dari hari ke hari terus naik," ujarnya.

Mustafa mengatakan, indikator teknis lain seperti RSI untuk 10 hari juga menunjukkan saham Apexindo berpotensi terkoreksi. "Naiknya saham ini kemarin diperkirakan terpicu aksi pemain yang rajin mengumpulkan saham APEX," tambah dia.

Rekomendasi

Felix merekomendasikan wait and see saham APEX bagi pemain yang mengambil jangka pendek, menengah maupun panjang. "Support saham ini di level Rp 680 dan resistance pada Rp 700," ujarnya.

Sedangkan Mustafa merekomendasikan sell on strength saham minyak dan gas tersebut dalam jangka pendek. Tapi untuk jangka menengah dan panjang, dia menyarankan buy on weakness. "Support saham di level Rp 670 dan resistance pada Rp 700," jelasnya. (asp)

Wednesday, September 21, 2005

Fredriksen kuasai 30% saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: John Fredriksen, salah satu orang terkaya di dunia dan pemilik Seadrill Ltd, akhirnya menguasai 30% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk.

Pekan lalu, sang raja kapal tanker Fredriksen resmi masuk ke Apexindo melalui Abacus Capital Corp yang menjadi pembeli siaga dalam penerbitan saham baru (rights issue) perusahaan itu.

Presdir PT Medco Energi Internasional Tbk Hilmi Panigoro membenarkan hal itu dan memastikan Medco masih memegang mayoritas saham perusahaan pengeboran lepas pantai itu.

"Masuknya John Fredriksen sudah disepakati pekan lalu dan mereka akan menguasai sekitar 30% saham Apexindo," ujarnya singkat akhir pekan lalu kepada Bisnis di sela-sela acara HUT ke-25 Medco .

Kini, Medco masih memiliki 77% saham Apexindo. Selain itu, 11% saham perusahaan pengeboran itu dimiliki publik dan selebihnya masih dipegang oleh perusahaan pendiri.

Sekretaris Perusahaan Medco Andy Karamoy menambahkan pasca masuknya Fredriksen, kepemilikan saham Medco di Apexindo akan merosot menjadi sekitar 52%.

Ade Satari, Sekretaris Perusahaan Apexindo, menjelaskan perseroan tidak mengetahui adanya kesepakatan itu karena proses tersebut terjadi di level pemegang saham.

"Kami hanya entitas yang akan melakukan rights issue dengan hak memesan efek terlebih dulu. Kalau ada kesepakatan, kami tidak mengetahui hal itu," ujarnya.

Pemegang saham Apexindo mempunyai waktu untuk menggunakan haknya dalam membeli saham baru yang akan diterbitkan 22-26 September.

Setelah itu, baru dapat diketahui jumlah pemegang saham yang memakai haknya dan yang tidak sehingga sisa saham baru yang tidak terserap bakal dibeli seluruhnya oleh Abacus Capital.

Perusahaan investasi itu nantinya mencari calon investor yang bersedia menanamkan dana di Apexindo melalui skema rights issue. Apexindo tidak mengetahui kesepakatan yang dibuat antara Seadrill dan Abacus.

"Apakah nanti nama Abacus atau lainnya yang muncul sebagai pemegang saham, kami belum mengetahui karena hal itu tergantung pada perjanjian antara Abacus dan Seadrill. Siapa saja investor yang masuk akan diketahui pada 29 September," tutur Ade.

Emiten pengeboran itu menetapkan harga penerbitan saham baru sebanyak 837,6 juta saham sebesar Rp550 per saham dengan rasio pemegang 25 saham lama berhak membeli12 saham baru. Dana yang bakal diperoleh Apexindo mencapai Rp460,68 miliar.

John Fredriksen adalah salah satu orang terkaya di dunia asal Norwegia yang mengoperasikan jaringan kapal tanker dari rumah mewah seharga 40 juta poundsterling di Chelsea, London.

Dia masuk dalam daftar orang terkaya dunia dengan nomor urut 66 tahun 2003 dan nilai kekayaannya saat itu lebih dari 1 miliar poundsterling.

Fredriksen meraih keberuntungan yang amat besar pada 1980-an ketika terjadi perang Iran-Irak karena armada kapal tankernya berani mengambil risiko tinggi mengangkut minyak dari kedua negara itu namun dengan keuntungan besar.

Pemilik Frontline

Menurut laporan Sunday Times, Fredriksen memiliki saham di Frontline, perusahaan perkapalan yang terdaftar di Bursa New York.

Frontline inilah yang membeli dua kapal tanker Pertamina seharga US$180 juta dalam suatu proses penjualan yang kontroversial tahun lalu.

Fredriksen juga tercatat sebagai Chairman Frontline, perusahaan berbasis di Bermuda yang ikut dihukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) awal tahun ini dalam pembelian dua tanker Pertamina tersebut.

Dalam transaksi Apexindo, Fredriksen menggunakan Abacus Ltd, sebuah perusahaan khusus untuk keperluan akuisisi saham Apexindo. Dalam operasinya, Fredriksen memakai Seadrill, perusahaan berbasis di Bermuda dengan kapitalisasi pasar US$1,2 miliar.

Menurut rencana, dana hasil penerbitan saham baru itu untuk melunasi utang ke Medco Finance Overseas BV terkait dengan pendanaan bersama dalam rangka pembangunan Rig Raissa dan Rig Yanni yang bakal jatuh tempo pada 31 Desember 2008. Total dana yang diraih Apexindo diperkirakan mencapai Rp461 miliar.

Hingga akhir 2004, Apexindo tercatat memiliki total aset senilai Rp2,619 triliun dan nilai ekuitas sebesar Rp1,15 triliun.

Tahun lalu, kendati nilai penjualan mencapai Rp1,02 triliun atau naik signifikan dari Rp823 miliar tahun sebelumnya, perusahaan itu mencatat kerugian Rp27 miliar, sedangkan tahun sebelumnya untung Rp52,69 miliar.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup di Rp680 per saham, naik dari penutupan perdagangan sebelumnya.

Sejak penutupan transaksi pada 12 September, harga saham emiten pengeboran itu terus menanjak ke posisi Rp640 per saham pada penutupan 14 September.

Titik tertinggi harga saham anak perusahaan Medco itu pernah mencapai Rp725 per saham pada penutupan perdagangan 27 Juli setelah pada sesi akhir transaksi pada 20 Juli, saham itu masih di kisaran Rp574 per saham.

Pemegang saham Apexindo menyetujui rencana rights issue dalam rapat umum pemegang saham luar biasa yang digelar 6 September.

Perseroan melakukan rights issue untuk meningkatkan ekuitas dan memperbaiki rasio antara utang dan modal. (yosef.ardi@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Yosef Ardi & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Wednesday, September 14, 2005

Apexindo Jajaki Penawaran Saham Kedua

Jakarta, Koran Tempo – PT Medco Energi Internasional Tbk ingin agar anak usahanya, yaitu PT Apexindo Pratama Duta Tbk., melepas tambahan saham ke publik. Saham Apexindo akan dijual lewat penawaran saham kedua (secondary offering).

Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro mengungkapkan, pola penjualan saham Apexindo kepada publik mirip dengan penjualan saham Medco kepada publik belum lama ini. “Jumlah saham yang akan dijual masih kami kaji,” kata Hilmi kepada pers di Jakarta belum lama ini.

Pada Agustus, Medco menjual sekitar 31 persen saham dalam bentuk global depository share (GDS) – setara dengan 50 lembar saham biasa – di bursa efek Luksemburg. Dengan aksi korporasi itu, selain diperdagangkan di Luksemburg dan Bursa Efek Jakarta, saham Medco bisa diperdagangkan di bursa efek London dan bursa efek Nasdaq di New York.

Mayoritas saham Apexindo dikuasai Medco Energi sebanyak 77,53 persen. Sekitar 10,8 persen dimiliki perusahaan lain, dan publik 11,54 persen.

Jumlah saham yang dimiliki Medco akan berkurang 32-37 persen, karena Apexindo menerbitkan saham baru (right issue) senilai Rp 460 miliar. Perusahaan pengeboran berbasis di Bermuda, yaitu SeaDrill Ltd., akan membeli saham baru Apexindo itu.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan, penjualan kedua saham Apexindo di luar negeri masih menjadi wacana. “Idealnya sih kami bisa seperti Medco,” kata Agustinus.

Menurut dia, Apexindo masih kesulitan menawarkan saham di luar negeri. Sebab, dari segi ukuran perusahaan, Apexindo sangat kecil dibandingkan Medco Energi. Kapitalisasi saham Apexindo hanya US$ 120-130 juta. Sedangkan kapitalisasi Medco mencapai US$ 1 miliar. “Apexindo harus meningkatkan ukuran perusahaan dan memperluas basis investor strategis terlebih dulu.”

Analis saham Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, menilai bahwa langkah Medco menjual saham Apexindo ke publik, termasuk menjual di luar negeri, tidak akan serta-merta memberi dukungan positif bagi kinerja saham Apexindo di pasar modal Jakarta. “Keuntungan yang ada hanya meningkatkan likuiditas perdagangan saham Apexindo,” kata dia, “Selain hanya mempermudah perusahaan mencari dana asing di luar negeri.”

padjar iswara/muchtar (PDAT)

Saturday, September 10, 2005

Rights issue Apexindo disetujui

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Pemegang saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk menyetujui rencana penawaran umum terbatas I dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue).

Persetujuan itu merupakan hasil rapat umum pemegang saham luar biasa yang digelar 6 September.

Emiten itu akan menerbitkan 837.600.000 saham biasa yang ditawarkan dengan harga Rp550 per saham sehingga seluruhnya berjumlah Rp460,68 miliar (bukan Rp4,61 miliar seperti dalam berita rights issue Apexindo di harga Rp550 edisi 7 September).

Apexindo bakal memanfaatkan dana hasil penerbitan saham baru itu untuk melunasi utang ke Medco Finance Overseas BV terkait dengan pendanaan bersama dalam rangka pembangunan Rig Raissa dan Rig Yani yang bakal jatuh tempo pada 31 Desember 2008.

"Perseroan melakukan rights issue untuk meningkatkan ekuitas dan memperbaiki leverage utang. Kami yakin dengan modal yang kuat, Apexindo berpeluang untuk ekspansi usaha lebih besar," katanya dalam siaran pers. (Bisnis/wiw)

Apexindo Akan Right Issue

Jakarta, Investor Daily – Pemegang saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk menyetujui rencana perseroan untuk menerbitkan saham baru (right issue) sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Apexindo, 6 September 2005.

Corporate Secretary Apexindo Pratama Duta Ade R Satari mengatakan, perseroan akan menerbitkan saham biasa atas nama sebanyak 837.600.000 lembar dengan harga Rp 550 per saham. Keseluruhan saham itu berjumlah Rp 460,68 miliar.

“Dana hasil right issue akan digunakan untuk melunasi utang perseroan kepada Medco Finance Overseas BV sehubungan dana pendanaan bersama untuk pembangunan Rig Raisa dan Rig Yani yang jatuh tempo 31 Desember 2008,” ujarnya dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Jakarta, Rabu (8/9). (c87).

Thursday, September 8, 2005

Harga Right Issue Saham Apexindo Rp550

Jakarta, Bisnis Indonesia – PT Apexindo Pratama Duta Tbk menetapkan harga penerbitan saham baru (right issue) sebanyak 837,6 juta saham sebesar Rp550 per saham dengan rasio pemegang 25 saham lama berhak membeli 12 saham baru.

Dana segar yang diperoleh dari hasil penerbitan saham ini diperkirakan mencapai Rp4,61 miliat dan akan dipergunakan untukmembayar utang afiliasi kepada PT Medco Energi Overseas B.V senilai lebih dari US$35 juta.

“Kami alokasikan 100% dari dana hasil penerbitan saham baru ini untuk membayar utang afiliasi karena untuk membangun rig baru, kami akan gunakan sumber dana lain,” kata Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B Lomboan, kepada Bisnis, kemarin.

Semula, hasil dari penerbitan saham baru itu nantinya untuk membangun rig ketiga ini. Namun, rencana itu dibatalkan karena perseroan belum memberikan penjelasan soal dana hasil right issue kepada Badan Pengawas Pasar Modal.

Dia mengatakan sejauh ini perseroan belum menentukan jumlah belanja modal yang akan dimanfaatkan untuk membangun rig. Dana untuk biaya pembangunan proyek ini berkisar antara US$145 juta sampai dengan US$150 juta.

Manajemen Apexindo berencana membagikan deviden pada akhir tahun ini sebesar 30% dari laba setelah pajak. Saldo laba bersih perseroan diprediksi meningkat pada semester II tahun ini. Hingga Juni 2005, laba bersih perseroan telah mencapai Rp1,2 miliar.

“Saat ini penghematan bunga perseroan mencapai US$4,9 juta setiap tahun,” kata Agus.

Terkait rencana penerbitan saham baru itu, Abacus Capital Corp bertindak sebagai pembeli siaga. Sejauh ini belum ada kepastian rencana pembelian 32% sampai dengan 37% saham baru Apexindo oleh SeaDrill Ltd.

Mengenai pembangunan rig lepas pantai jenis jack up yang ketiga, Agus menjelaskan bahwa pembangunan dimulai pada Januari tahun depan seraya menunggu rig lepas pantai jenis jack up kedua di Singapura yang akan selesai pada Desember 2006.

Sekretaris Perusahaan Apexindo, Ade R. Satari, mengatakan Apexindo memutuskan akan menempuh penerbitan saham baru karena tren harga saham perusahaan pengeboran di dunia mengalami peningkatan seiring peningkatan permintaan bahan baker.

Apexindo adalah anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk yang bergerak di bisnis kontraktor pengeboran minyak, gas dan panas bumi dengan jumlah armada rig terbesar.

Kini emiten itu mengadakan perjanjian kerja sama dengan SeaDrill untuk memasarkan dan mengoperasikan armada rig lepas pantai yang dimiliki SeaDrill di Timur Tengah dan Asia dengan focus utama pasar Indonesia.

Tahun lalu, Apexindo membukukan kenaikan laba usaha 2004 sebesar 51,8% menjadi Rp160,2 miliar dari periode yang sama sebelumnya Rp105,5 miliar. Kenaikan itu karena penerapan strategi efisiensi.

Marjin laba usaha perseroan meningkat 15,7% tahun lalu dari 2003 yang hanya mencapai 12,8%.

Apexindo tahun lalu memperoleh kenaikan pendapatan usaha sebesar 24% menjadi Rp 1 triliun dari periode yang sama sebelumnya Rp823,2 miliar. Pendapatan 2004, merupakan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai perseroan.

Kenaikan pendapatan usaha itu, ditopang oleh peningkatan pendapatan jasa pengeboran lepas pantai yang signifikan sebesar 34,4% menjadi Rp729,5 miliar 2004 dari periode yang sama 2003 yang hanya mencapai Rp542,7 miliar. (04) (redaksi@bisnis.co.id)