Monday, August 14, 2006

Apexindo bukan untuk dijual

Jakarta, Bisnis Indonesia: Pernyataan pembatalan penjualan saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh induknya PT Medco Energi Internasional Tbk pada Kamis lalu, telah menyebabkan harga sahamnya anjlok Rp190 ke posisi Rp1.560 per saham. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 18 Agustus 2005.

Kendati demikian analis PT Danareksa Sekuritas Bonny Setiawan tetap menganggap fundamental Apexindo positif. Dia memperkirakan keputusan Medco itu dilandasi oleh dua hal.

Pertama, Medco menyimpang jauh dari tujuan strategisnya yaitu fokus pada bisnis eksplorasi dan produksi migas. Kedua, tawaran yang masuk terlalu rendah, terlebih tarif sewa rig (alat pengeboran migas) di pasar sekarang ini sudah naik empat hingga lima kali lipat dibandingkan tahun lalu.

"Namun apapun alasannya kami yakin kabar itu akan menjadi sentimen buruk, walaupun kami masih menganggap fundamental Apexindo tetap positif," tulis Bonny dalam laporannya.

Pada 10 Agustus, dia merevisi laba Apexindo pada tahun ini dan tahun depan bakal naik masing-masing sebesar 30,3% dan 8,9%. Ini ditunjang oleh biaya operasi perseroan pada semester I/2006 yang lebih kecil dari ekspektasi.

Bonny menilai biaya ini akan bertahan dalam tiga tahun ke depan, sehingga mengangkat margin EBIT untuk 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 26,7% dan 29,8%.

Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah biaya bunga yang lebih rendah, terutama untuk obligasi sebesar Rp750 miliar yang diterbitkannya. Berkat kesepakatan transaksi swap, biaya bunga bersih menjadi hanya 8%-9% per tahun dibandingkan biaya aslinya yang sebesar 12,25%.

Pada kurun yang sama, perseroan juga mampu mencapai tingkat efisiensi yang lebih besar yang akhirnya memangkas biaya operasi dari tahun ke tahun sekitar 1% menyusul tuntasnya pembangunan gudang rig di Bojonegara.

Sementara itu, pembangunan jack-up rig baru yang dinamai Soehanah sudah mencapai 70% pada Juni. Ini menunjukkan pengirimannya akan sesuai jadwal yakni Januari 2007.

Apexindo berencana untuk memiliki jack-up rig baru lagi pada 2009, dengan harga pasar yang sekarang US$200 juta. "Neraca sepertinya tak mungkin diregangkan untuk itu, mengingat estimasi net gearing untuk 2008 hanya 48,8%," kata Bonny.

Jika perseroan melanjutkan rencananya, tambahan jack-up rig ini diharapkan menambah pemasukan sebesar US$64,8 juta dengan asumsi utilisasi 100% dan EBITDA sebesar US$36,9 juta.

Danareksa kembali memberi peringkat tahan terhadap saham Apexindo. Di saat yang sama target harganya dinaikkan menjadi Rp1.868, dari sebelumnya Rp1.800 per saham.

Sementara itu, analis Kim Eng Securities Andrey Wijaya memangkas estimasi laba bersih perseroan pada tahun ini dari Rp232 miliar menjadi Rp217 miliar. Sedangkan estimasi penjualan diturunkan dari Rp1,4 triliun menjadi Rp1,36 triliun.

Menurut dia, indikasi EBITDA sebesar US$60 juta sejalan dengan ekspektasi. Begitu juga dengan utilisasi rig darat. Namun, utilisasi rig lepas pantai di bawah ekspektasi.

"Kami yakin alasan utama Medco membatalkan penjualan Apexindo karena ingin mengamankan peluang pemasukannya di masa datang," kata dia. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari

Wartawan Bisnis Indonesia

Saturday, August 12, 2006

Nilai Aktiva Apexindo Capai Rp 2,85 T

Jakarta – Nilai aktiva PT Apexindo Pratama Duta Tbk tercatat Rp 2,85 triliun pada semester pertama 2006, bukan sebesar Rp 2,95 triliun seperti diberitakan Investor Daily (11/8).

Pada tabel berita yang sama tertulis perseroan merugi Rp 72,51 miliar pada semester pertama 2006, seharusnya mencetak laba bersih sebesar Rp 190,55 miliar pada semester pertama 2006.

Sebelumnya, pemegang saham PT Medco Energi Internasional Tbk, induk perusahaan Apexindo, membatalkan rencana penjualan 51,88% sahamnya di perseroan kepada investor India dan Cina.

Pada perdagangan kemarin, harga saham Apexindo menguat 40 poin menjadi Rp 1.600 per lembar. Jumlah saham berpindahtangan mencapai 6,11 juta lembar dengan nilai transaksi Rp 9,73 miliar. (hut)

Friday, August 11, 2006

Medco batal jual Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk membatalkan niatnya untuk menjual 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk karena mempertimbangkan aspek strategis perusahaan pengeboran itu.

Padahal, Aban Loyd Chiles Offshore Ltd (ALCO) dari India menawar saham Medco US$550 juta atau Rp3.666 per saham.

China Oilfield Services Limited (COSL) juga sudah terang-terangan menyatakan berminat terhadap Apexindo seiring dengan China National Offshore Oil Corporation Limited (CNOOC).

ALCO telah menyampaikan harga penawaran awal, sedangkan COSL dan CNOOC baru sampai tahap uji tuntas Apexindo.

"Kami sudah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengajukan penawaran. Setelah dievaluasi, pemegang saham Medco sepakat tidak ingin menjual Apexindo dalam jangka panjang," tutur CEO Medco Energi Hilmi Panigoro sesuai Annual Report Award, kemarin.

Menurut dia, pembatalan penjualan saham Apexindo bukan karena soal harga melainkan terkait strategi jangka panjang dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

"Kami sudah menyampaikan kepada calon pembeli bahwa Medco tidak berniat menjual Apexindo, sehingga uji tuntas yang mereka lakukan dihentikan," tutur Hilmi.

Kemarin, harga saham Apexindo ditutup merosot ke Rp1.560 per saham dari penutupan sebelumnya Rp1.750 per saham. Saham Apexindo mencapai titik tertinggi Rp1.910 pada penutupan 2 Agustus.

Dalam riset Apexindo kemarin, Danareksa Sekuritas meyakini dua alasan yang masuk akal terhadap keputusan Medco. Pertama, keputusan itu di luar dari tujuan strategis Medco yang fokus pada bisnis eksplorasi dan produksi.

Kedua, harga penawaran yang terlalu rendah di mana tingkat sewa rig di pasar saat ini naik empat hingga lima kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Apapun alasannya, Danareksa percaya berita itu akan merusak sentimen meskipun fundamental Apexindo masih dipandang positif.

Sekuritas itu telah menaikkan prediksi laba bersih tahun ini dan 2007 masing-masing 30,3% dan 8,9% dengan pertimbangan biaya operasi pada semester pertama tahun ini yang lebih rendah dari estimasi, yang diprediksi dapat dipelihara hingga tiga tahun ke depan, mendongkrak prediksi margin EBIT tahun ini dan 2007 masing-masing menjadi 26,7% dan 29,8%.

Tingkat bunga yang lebih rendah dari prediksi, terutama dari obligasi Rp750 miliar, yang dimasukkan ke transaksi swap menjadi biaya bunga bersih sebesar 8%-9% per tahun dibandingkan bunga sebenarnya 12,25% per tahun. (wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia

Medco Tidak Menjual Apexindo

Jakarta, kompas - PT Medco Energi Internasional Tbk memutuskan untuk tidak menjual anak usahanya PT Apexindo Pratama Duta Tbk, yang beberapa waktu lalu sempat diminati oleh tiga pembeli asing. Alasannya bukan karena harga pembelian yang tidak cocok, melainkan karena alasan strategis dan nasionalisme.

Presdir PT Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro menjelaskan, ke depan jasa pengeboran minyak dan gas akan menjadi hal yang semakin langka.

Jika Apexindo dilepas ke pembeli asing, akan lebih sulit bagi Medco untuk mendapatkan rig-rig dengan harga murah.

"Untuk menjaga suplai migas tetap ada kan memerlukan rig. Nah, keberadaan Apexindo untuk alasan strategis tersebut," kata Hilmi, usai menerima penghargaan laporan keuangan terbaik 2005, Kamis (10/8) di Jakarta.

Apexindo merupakan perusahaan jasa pengeboran yang memiliki peran cukup signifikan di Indonesia. "Kalau perusahaan ini kami jual, Indonesia tidak punya perusahaan pengeboran yang berarti," kata Hilmi.

Hilmi mengatakan, Apexindo tidak dijual bukan karena harga penawaran dari pembeli yang tidak cocok.

"Medco memang tidak pernah niat untuk menjual Apexindo. Namun, sebagai perusahaan publik, jika ada tawaran pembelian seperti itu, harus kami pertimbangkan dan evaluasi. Nah, setelah dievaluasi ternyata tawaran tersebut tidak sesuai dengan strategi perusahaan," kata Hilmi.

Pada akhir Mei 2006, sebuah perusahaan patungan milik India, Aban Loyd Chiles Offshore Ltd (ALCO) menyatakan minatnya untuk membeli Apexindo.

Beberapa perusahaan asing lainnya juga menyatakan minat untuk membeli perusahaan yang 51,78 persen sahamnya dimiliki Medco tersebut.

Tanggal 30 Mei 2006, harga saham Apexindo berada di level Rp 1.350. Pada bulan Juli, harganya terus meningkat, dimana pada 31 Juli mencapai Rp 1.760.

Bahkan pada 2 Agustus lalu, harga saham Apexindo mencapai Rp 1.910, namun hari Kamis kemarin (10/8) harganya terkoreksi menjadi Rp 1.560.

Sementara itu, harga saham Medco cenderung stabil sejak Mei lalu. Namun , harganya turun dari Rp 3.800 pada 9 Agustus jadi Rp 3.575 di tanggal 10 Agustus.

Jabar pusat bisnis

Sementara itu PT ELNUSA memantapkan Jawa Barat sebagai pusat bisnis energi mereka.

Lewat PT Jabar Energy, perusahaan patungan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, ELNUSA membidik pengembangan biofuel, pembangunan kilang elpiji mini, dan pengembangan minyak tanah dari kondensat.

Direktur Operasi dan Marketing ELNUSA Eddy Sjahbuddin mengatakan, proyek-proyek itu diharapkan sudah bisa direalisasikan tahun 2007.

"Potensi energi di Jawa Barat cukup banyak untuk dikembangkan, seperti potensi migas di Pondok Tengah, Bekasi, Subang, Cirebon" ujarnya.

Menurut Eddy, Elnusa akan membangun pabrik elpiji mini dengan nilai investasi 8 juta dollar AS di Subang.

ELNUSA juga akan mencoba memproduksi minyak tanah dari turunan kondensat sehingga harganya bisa lebih murah daripada minyak tanah subsidi.

Selain itu, ELNUSA akan menyiapkan lokasi di sekitar Pelabuhan Bojonegara di Provinsi Banten, untuk membangun kilang minyak berkapasitas 400.000 barrel per hari.

Bojonegara memiliki kelebihan karena pelabuhan alaminya lebih dalam sehingga cocok untuk kapal tanker besar dan dekat dengan sumber gas alam di sekitar Laut Jawa maupun Sumatera Selatan. (TAV/DOT)

Medco jadi juara ARA

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Panitia pemilihan Annual Report Award (ARA) memutuskan PT Medco Internasional Tbk sebagai juara umum setelah pada tahun lalu menyabet gelar yang sama.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemilihan PT Medco Internasional Tbk merupakan gambaran dari kinerja seluruh elemen perusahaan yang ikut terlibat dalam menggerakkan perusahaan.

"Di dalam penilaian tentunya meliputi semua aspek kinerja, perusahaan yang tidak menang mungkin disebabkan karena laporan keuangan yang bagus tetapi waktu wawancara direksinya tidak mengerti. "

Terpilih untuk kategori non keuangan listed adalah PT. Adhi Karya Tbk di peringkat pertama di susul, PT Perkebunan Nusantara V, dan PT Tambang Bukit Asam Tbk.

Selanjutnya untuk kategori, nonkeuangan yang belum terbuka adalah PT Petrokimia Gresik, PT Perkebunan Nusantara XIII, dan PT Rekayasa Industri. Kategori nonkeuangan perusahaan swasta tercatat adalah Medco, PT Indosat Tbk, dan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk.

Lembaga yang terpilih untuk kategori nonkeuangan private nonlisted adalah PT BEJ.

Untuk kategori keuangan BUMN private listed adalah Perum Pegadaian, PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

Oleh M. Munir Haikal & Rahayuningsih

Bisnis Indonesia

Medco Energi Juara Umum ARA

Jakarta (Media Indonesia): PT Medco Energi Internasional Tbk kembali mengantongi juara umum Penghargaan Laporan Tahunan (Annual Report Award/ARA) 2005. Setahun sebelumnya, perusahaan milik keluarga Panigoro ini juga menyabet gelar yang sama.

ARA merupakan kegiatan rutin tahunan. Program ini hasil kerja sama antara Departemen Keuangan (Depkeu), Kementrian BUMN, BI, BEJ, Komnas GCG dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Pemenang lain PT Adhi Karya Tbk, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebagai pemenang untuk kategori nonkeuangan BUMN listed. Kategori nonkeuangan BUMN, non-listed adalah PT Petrokimia Gresik, PTPN XIII, dan PT Rekayasa Industri (Rekin). Kategori nonkeuangan private-listed adalah PT Indosat Tbk dan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk. Sementara kategori nonkeuangan private non-listed adalah Bursa Efek Jakarta.

Kategori keuangan listed adalah Perum Pegadaian, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Sedangkan untuk kategori keuangan private listed adalah PT Bank Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, dan PT Bank Bumiputera Tbk.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyayangkan turunnya jumlah peserta ARA dari 122 pada 2005 menjadi hanya 105 pada 2006. Padahal, menurutnya laporan keuangan seharusnya sudah menjadi kewajiban moral dan etika perusahaan baik yang sudah terdaftar di bursa (listed) maupun yang belum (non-listed).

Apexindo Batal Dijual

Sementara Presdir PT Medco Energi Internasional Tbk, Hilmi Panigoro menyatakan, pihaknya tidak pernah berniat menjual anak perusahaannya PT Apexindo Pratama Duta Tbk meskipun ada penawaran dari sejumlah calon investor.

Hilmi mengungkapkan hal itu terkait dengan minat China Oilfield Services (COSL) untuk membeli Apexindo, perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi (operator rig) ini. Selama ini, 51,7% saham Apexindo dimiliki PT Medco Energi Internasional Tbk. (Mel/Ant/E-3)

Medco Energi Batal Jual Apexindo

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Medco Energi International Tbk. membatalkan rencana penjualan anak usahanya, PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Alasannya, perusahaan pengeboran minyak dan gas itu memiliki nilai strategis bagi Medco. "Alasan strategis," kata Presiden Direktur Medco Hilmi Panigoro di Jakarta kemarin.

Sebagai kontraktor yang sangat ahli menangani pengeboran minyak bumi di darat dan lepas pantai, Apexindo memiliki kemampuan drilling rig yang masih langka di Indonesia. Jadi, bila Apexindo sampai dijual, Medco sebagai perusahaan minyak dan gas bumi bakal kesulitan mencari kontraktor yang ahli dalam pengeboran sumur-sumur minyak.

Hilmi mengatakan Medco akan tetap menggunakan kemampuan teknologi Apexindo dalam dua hingga tiga tahun ke depan. "Sebab, kami melihat kesulitan industri drilling masih berlangsung selama masa itu," katanya. Jadi selama masa waktu itu, keputusan Medco sudah bulat: tak bakal menjual Apexindo.

Hingga kini Medco menguasai 52,4 persen saham Apexindo. Selain perusahaan milik Arifin Panigoro itu, komposisi pemegang saham Apexindo adalah Seadrill Ltd.--melalui Abacus Capital International Ltd.--sebanyak 32,3 persen dan publik 15,3 persen. Selama setahun terakhir ini beredar kabar bahwa Medco bakal menjual Apexindo karena dinilai tidak termasuk dalam bisnis inti perusahaan. Bahkan sekitar sebulan lalu ada tiga perusahaan asal Cina dan India yang menyatakan berminat membeli Apexindo.

Tapi Hilmi membantah jika dinyatakan bahwa Medco pernah berniat menjual Apexindo. "Memang ada yang datang kepada kami untuk membelinya," kata dia. Sebagai perusahaan publik, Medco mengevaluasi penawaran tersebut. "Hasilnya, pemegang saham tidak setuju untuk menjual Apexindo," katanya.

Dia membantah pernyataan bahwa Medco tidak bersedia menjual Apexindo karena tidak tercapai kesepakatan harga dengan calon pembeli. Menurut Hilmi, hingga kini memang belum ada proses penjualan ataupun uji tuntas (due diligence) dari calon pembeli. "Ini bukan soal harga, melainkan karena strategi perusahaan untuk mempertahankan Apexindo," katanya.

Pernyataan Hilmi berbeda dengan pengakuan Investor Relation Medco, Nusky Suyono, sekitar dua pekan yang lalu. Menurut Nusky, tiga investor asal Cina dan India telah memasukkan penawaran untuk membeli Apexindo. "Medco menginginkan harga premium karena sebagai pemilik saham mayoritas," katanya. YULIAWATI | BUDI RIZA

Medco Batal Jual Apexindo

Jakarta, Republika – PT Medco Energi Internasional Tbk mengurungkan niatnya untuk melepas anak usahanya, PT Apexindo Pratama Duta Tbk, kepada investor asing. Manajemen Medco beralasan, para pemegang saham menganggap bisnis penyewaan rig masih sangat prospektif ke depannya.

“Setelah dilakukan kajian, pemegang saham menganggap pelepasan Apexindo bisa mempegaruhi kinerja Medco,” kata Presiden Direktur, Hilmi Panigoro, di Jakarta, Kamis (10/8).

Ia menegaskan Medco sendiri sejak awal tidak pernah berniat untukmenjual Apexindo. Namun, diakuinya, ada beberapa investor asing yang melakukan pendekatan untuk masuk Apexindo.

Pembatalan melepas anak usaha ini, lanjut Hilmi, bukan disebabkan karena harga yang ditawarkan investor asing itu tidak sesuai. Tapi, kilahnya, lebih merupakan strategi jangka panjang perseroan.

Bisnis penyewaan rig baik untuk pengeboran off-shore (laut lepas) maupun on shore (darat) masih sangat prospektif, setidaknya untuk dua tahun mendatang. Pemegang saham menilai jika Medco melepas Apexindo ke investor dikhawatirkan Medco kesulitan mendapat rig.

Apexindo merupakan perusahaan pegeboran yang mayoritas sahamnya dikuasai Medco Energi. Sebanyak 51,7 persen saham Apexindo dimiliki PT Medco Energi Internasional, dan saham keduanya tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Sebelumnya diberitakan, terdapat tiga investor asing, yaitu tiga perusahaan pengeboran asal Cina dan India, bersaing memperebutkan Apexindo, China Oilfield Services (COSL) mempertimbangkan membeli Apexindo. COSL juga disebut-sebut sudah melakukan uji tuntas (due dilligence), namun belum siap menyerahkan penawaran.

Kinerja

Laba bersih Apexindo dalam enam bulan pertama 2006 mencapai Rp 191,5 miliar. Laba tersebut mengalami kenaikan dibanding periode yang sama 2005 yang hanya Rp 72,51 miliar.

Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B Lomboan, sebelumnya mengatakan, pertumbuhan laba bersih dipicu pertumbuhan pendapatan. Juga, ditunjang kemampuan melakukan efisiensi biaya dan menekan distorsi-distorsi pada laporan laba rugi.

Pada semester I 2006, Apexindo membukukan pendapatan sebesar Rp 634,3 miliar. una

Medco Batal Divestasi Saham Apexindo

Jakarta, Investor Daily – PT Medco Energi Internasional Tbk (Medco) membatalkan rencana pelepasan 51,88 persen sahamnya pada PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada investor India dan Cina. Sebab, mayoritas pemegang saham Medco menolak rencana tersebut.

Dirut Medco Hilmi Panigoro mengungkapkan, pembatalan pelepasan saham Apexindo telah diinformasikan kepada investor yang berminat membelinya. “Kami sudah menyampaikan kepada mereka bahwa saham Apexindo tidak jadi dijual. Kami memang tidak pernah berniat melepasnya., Tetapi, karena Apexindo merupakan perusahaan publik, kami harus mengevaluasi setiap penawaran yang masuk,” ujar dia usai acara Annual Report Award di Jakarta, Kamis (10/8).

Apexindo merupakan anak perusahaan Medco yang bergerak pada jasa penyewaan rig pengeboran lepas pantai dan darat.

Sebelumnya, tiga investor asing berminat membeli saham Apexindo, yakni ALCO dari India dan dua BUMN Cina. Salah satunya adalah China Oil National Corporation (CONC). Bahkan, ALCO telah merampungkan due dilligence, sedangkan CONC masih dalam proses.

Perusahaan minyak swasta terbesar di Indonesia tersebut tadinya berpotensi meraup dan segar sekitar tiga triliunan rupiah dari hasil divestasi saham Apexindo.

Menurut Hilmi, hasil evaluasi seluruh tawaran yang dimasukan kepada Medco kurang sejalan dengan strategi perseroan, sehingga pelepasannya dibatalkan. Sebab, drilling offshore saat ini semakin langka. “Kami akan sulit mendapatkan penyewaan rig bila Apexindo dilepas,” tandas dia.

Selain alasan di atas, tegas dia, dari hasil evaluasi seluruh pemegang saham terungkap bahwa Apexindo merupakan perusahaan signifikan di Indonesia.

Dia mengaku, jika Medco melepasnya tentu tidak akan mempunyai drilling company yang besar di Indonesia. “Jadi, pembatalan tersebut merupakan gabungan strategi bisnis Medco dan rasa nasionalisme,” kata dia.

Ketika ditanya apakah rendahnya penawaran asing atas saham Apexindo, dia menegaskan, pembatalan tidak berhubungan soal harga penawaran. Namun, pemegang saham lebih mempertimbangkan bisnis perseroan ke depan.

Namun demikian, lanjut dia, Medco tetap memberikan kesempatan kepada investor yang berniat membelinya. Pasalnya, Apexindo adalah perusuhaan publik, sehingga pihak yang tertarik membeli saham tetap diberikan kesempatan. Tapi langkah tersebut harus dilakukan melalui evaluasi dari seluruh pemegang saham.

Kinerja membaik

Hingga semester I 2006, laba bersih Apexindo mencapai Rp 191,5 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih merugi Rp 72,5 miliar. Kenaikan laba bersih ditopang peningkatan pendapatan menjadi Rp 634,3 miliar dibandingkan periode yang sama 2005 Rp 490,3 miliar.

Belum lama ini Direktur Apexindo Agustinus B Lomboan mengungkapkan, pendapatan dari rig lepas pantai tercatat Rp 440,4 miliar atau naik dibandingkan periode sebelumnya Rp 385,8 miliar. Peningkatan dipicu keberhasilan perseroan mempertahankan tingkat utilisasi rig lepas pantai sebesar 100%. Sedangkan rig darat mengontribusi pendapatan Rp 193,9 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 104,5 miliar.

Pada perdagangan kemarin, harga saham Apexindoditutup terkoreksi Rp 180 menjadi Rp 1.570 per lembar. Jumlah saham yang berpindah tangan tercatat 23,53 juta lembar dengan nilai transaksi Rp 38,46 miliar.

Sementara itu, dalam penganugrahan annual report award yang diselenggarakan bersama sejumlah instansi pemerintahan, Medco terpilih sebagai juara umum dan peringkat pertama untuk kategori bukan keuangan perusahaan swasta publik. (hut)

Ringkasan Kinerja Keuangan Apexindo

(Dalam Miliar Rp)

Semester I 2006

Semester I 2005

Pendapatan usaha

634,25

490,32

Laba usaha

190,55

106,84

Laba (rugi) bersih

-72,51

191,49

Aktiva

3.674,26

2.947,69

Kewajiban

1.894,45

1.773,62

Sumber: Laporan Keuangan Apexindo

Thursday, August 10, 2006

Medco Batal Jual Apexindo

Jakarta, detik.com - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) membatalkan rencana penjualan saham anak usahanya PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX). Pembatalan tersebut dikarenakan alasan strategis perusahaan dan nasionalisme.

"Kita sudah sampaikan ke mereka kita tidak berniat menjual," kata Presdir Medco, Hilmi Panigoro, di sela acara pengumuman pemenang ARA 2005, di Gedung Dhanapala Depkeu, Jakarta, Kamis (10/8/2006).

Hilmi menjelaskan, alasan strategis pembatalan penjualan Apexindo karena Medco perlu menjaga stabilnya suplai dengan tetap memiliki saham di anak usaha ini.

Hal ini karena bisnis pengeboran (drilling) yang digeluti Apexindo, saat ini dianggap semakin sulit dan langka. Jika Medco melepas Apexindo, menurut Hilmi, akan lebih sulit bagi Medco mendapatkan rig dengan harga yang murah.

"Paling tidak kita melihat kesulitan service company untuk oil field 2-3 tahun kedepan masih akan sulit," ujar Hilmi.

Menurut Hilmi, Apexindo merupakan perusahaan pengeboran yang cukup berpengaruh di Indonesia. Sehingga jika Medco menjualnya, Indonesia tidak akan memiliki perusahaan pengeboran yang signifikan.

"Jadi alasannya strategi dan nasionalisme," imbuh Hilmi.

Meski begitu, Medco tetap memberikan kesempatan bagi pihak yang ingin melakukan penawaran karena Apexindo merupakan perusahaan terbuka.

Penawaran tersebut nantinya akan dievaluasi oleh para pemegang saham. "Share holder kita semua memutuskan untuk tidak menjual Apexindo," ujar Hilmi.

Sebelumnya, tiga investor asing menyatakan minatnya membeli saham Apexindo. Dua diantara investor itu berasal dari Cina dan satu dari India.

Medco menguasai 51,87 persen saham di Apexindo. Medco yang bergerak di eksplorasi dan produksi migas, adalah pasangan yang klop dengan Apexindo yang menekuni bisnis jasa pengeboran. (ir)

Friday, August 4, 2006

COSL minati Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: China Oilfield Services Ltd, perusahaan jasa pengeboran milik produsen minyak lepas pantai papan atas di China, sedang mempertimbangkan untuk membeli perusahaan pengeboran PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Seperti dikutip surat kabar setempat South China Morning Post, COSL Chief Executive Yuan Guangyu mengatakan perusahaan itu sedang melakukan uji tuntas terhadap Apexindo. "Kami berminat dan sedang mempelajari rencana itu, tetapi kami tidak akan membuat akuisisi di luar negeri," tutur Yuan. (Yahoo/wiw)

Thursday, August 3, 2006

Chinese Firms May Buy Apexindo Stake

The Jakarta Post --- Chinese companies have made rival bids for Southeast Asia’s biggest oil drilling company after India’s Aban Loyd Chilles Offshore Ltd. offered to buy a stake in PT Apexindo Pratama Duta valued at about US$170 million.

Aban said recently it is in talks for a 32 percent stake in Apexindo from PT Medco Energi Internasional, Indonesia’s largest publicly traded oil company, which controls the oil driller.

China National Offshore Oil Corp. and China Oilfield Services Ltd. have also joined a bid for Apexindo, Bisnis Indonesia reported Wednesday, citing an official it didn’t name.

“Aban Loyd came to us and as the news spread, some Chinese companies then told us, “Hey we want to buy it too,” Rashid Mangunkusumo, Medco’s chief growth officer, said in an interview in Jakarta, without naming the Chinese bidders.

“We won’t be rushing to sell Apexindo. It’s very profitable unit for us. And if we sell it, we want the highest price.”

Indian and Chinese companies are competing to acquire overseas oil exploration assets to meet rising demand at home as crude oil prices surge.

China and India consume 11 percent from the world’s oil, up from 9 percent in 2000, according to BP Plc data. Apexindo, which is partly owned by SeaDrill Ltd., an oil-rig owner controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen, swung to a profit in the first half of the year.

Liu Junshan, a Beijing-based spokesman for China National Offshore Oil Corp., and Helen Wu, a spokeswoman for China Oilfield Services Ltd., both said they had no knowledge of their companies bidding for Apexindo.

Apexindo had net income of Rp 191.5 billion in the first six months, from a loss of Rp 72.5 billion a year earlier. Sales climbed 29 percent to Rp 635.3 billion. The company last posted an annual profit in 2003.

Apexindo Bagi Dividen Interim Rp 15

Jakarta, detik.com - PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) membagikan dividen interim (sementara) Rp 15 per saham atas perolehan laba bersih semester I-2006.

Laba bersih Apexindo pada semester I-2006 mencapai Rp 191,483 miliar, naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang rugi bersih Rp 72,513 miliar.

Dividen akan dibayarkan pada 13 September 2006 dengan batas recording date pada 30 Agustus 2006. Demikian penjelasan direksi Apexindo yang dipublikasikan Kamis (3/8/2006).

Apexindo adalah anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk yang bergerak pada jasa pengeboran minyak (drilling) dengan kepemilikan saham 51,87 persen.

Saat ini diketahui ada tiga investor asing berminat membeli saham Apexindo milik Medco. Dua diantara investor itu berasal dari Cina dan satu dari India.(ir)

Wednesday, August 2, 2006

Investor India dan Cina Bersaing Beli Apexindo

Jakarta, Investor Daily – Investor Cina dan India bersaing ketat untuk membeli 51,78% saham milik PT Medco Energi International Tbk pada PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Medco ditaksir mengantungi dana segar sekitar Rp 2,41 triliun dengan asumsi harga Rp 1.780 per lembar saham.

ALCO dari India telah menyelesaikan proses due diligence atas Apexindo belum lama ini dan merupakan perusahaan publik di bursa India. Sedangkan dua badan usaha milik Negara (BUMN) Cina sedang melakukannya.

“Kami masih harus menunggu rampungnya proses due diligence investor Cina sebelum menentukan siapa pemenang. Sebab, Medco tidak perlu terburu-buru melepas kepemilikan saham Apexindo,” kata Investor Relations Medco Nusky Suyono pada acara presentasi emitmen “Investor Forum 1” di Jakarta, Selasa (1/8).

Menurut Nusky, posisi Medco dalam menjual saham anak perusahaan yang bergerak di bidang penyewaan jasa rig bukan merupakan penjual aktif. Dengan demikian, pihaknya baru bersedia melepas sahamnya bagi penawar tertinggi.

“Pokoknya harus dilepas dengan harga premium dan kami belum bisa menyebutkan harga premium saat ini, mengingat harga saham Apexindo berfluktuasi setiap hari di bursa,” tandas dia.

Ketika ditanya nama investor Cina yang sudah memasukkan penawaran, dia enggan menyebutkannya. Sebab, kedua perusahaan merupakan perusahaan publik. Menurut dia, kedua perusahaan menggunakan induk perusahaan masing-masing dan termasuk BUMN cukup besar di negeri tirai bambu tersebut. Selain itu, mereka merupakan investor jangka panjang dan berniat mengembangkan bisnis terkait lain di migas.

Sumber Investor Daily, mengatakan, Grup CITIC kemungkinan besar tertarik membeli saham Apexindo. Karena perseroan bergerak pada bidang penyewaan rig dan migas lewat anak perusahaannya, Citic Resources Ltd. Citic Resources kini tercatat di bursa Hong Kong dan 60% dimiliki Grup Citic. Belum lama ini, Citic Resources mengakuisisi 59% saham blok migas di Pulau Seram, Maluku Tengah dari KUPEC senilai US$ 97 juta. KUPEC merupakan anak perusahaan Kuwait Oil Company Ltd.

Nusky memprediksi, due diligence investor Cina butuh waktu sekitar dua bulan. “Sekiranya harga yang ditawarkan ketiga perusahaan belum juga cocok, transaksi dapat dibatalkan dan kami siap menerima calon investor lain,” tandas dia. Hasil divestasi saham Apexindo akan digunakan Medco untuk memperkuat bisnis inti.

Lebih jauh dia menjelaskan, tender offer divestasi saham Apexindo akan dilakukan sesuai aturan pasar modal.

Pemegang saham Apexindo lain adalah Asian Opportunities Fund I Segregated (15,98%) dan CLSA Ltd (15,99%). Medco merupakan pemegang saham mayoritas (51,78%) atau setara 1,35 miliar lembar saham.

Pada perdagangan kemarin, harga saham Apexindo ditutup menguat Rp 20 menjadi Rp 1.780 per lembar. Jumlah saham yang berpindah tangan mencapai 4,68 juta lembar dengan nilai transaksi Rp 8,22 miliar.

Laba Bersih Medco

Di tempat yang sama, Direktur Keuangan Medco D Cyril Noerhadi mengatakan, produsen minyak swasta terbesar di Indonesia itu berhasil membukukan laba bersih US$ 55,1 juta pada semester pertama 2006 atau nai 15,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Menurut dia, penyebab utama peningkatan laba bersih adalah kenaikan harga rata-rata minyak dan gas bumi sebesar US$ 65,05 per barel dibandingkan periode sebelumnya US$ 50,22. Sedangkan harga gas bumi turun sekitar 1,2% menjadi US$ 2,30 per juta british termal unit (BTU) dari US$ 2,33.

Sementara itu, pendapatan tercatat US$ 372 juta pada semester pertama 2006 atau naik 26,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 294,4 juta. “Pendapatan minyak dan gas bumi meningkat 32,2% menjadi US$ 269,1 juta dibandingkan tahun sebelumnya US$ 199 juta,” kata dia.

Pendapatan lain dari semua anak perusahaan turun 12,1% dari US$ 52,4 juta menjadi 46,15 juta. Beban eksplorasi meningkat drastis menjadi US$ 22,5 dari sebelumnya US$ 2,6 juta. Kenaikan disebabkan adanya provisi sejumlah sumur yang dianggap belum ekonomis.

Sementara itu, harga saham Medco ditutup melemah dari Rp 3.800 per lembar menjadi 3.775 pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi mencapai Rp 25,74 miliar.

Nusky menambahkan, nilai belanja modal perseroan hingga 2009 mencapai US$ 1,5 miliar dan kini mempunyai dana kas sekitar US$ 100 juta hingga US$ 110 juta. (hut/kp)

COSL & CNOOC incar Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Selain Aban Loyd Chiles Offshore Limited (ALCO), China Oilfield Services Limited (COSL) dan China National Offshore Oil Corporation Limited (CNOOC) diketahui berminat membeli 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk.

Satu eksekutif yang mengetahui transaksi itu mengatakan COSL dan CNOOC juga termasuk calon pembeli potensial Apexindo, sehingga perebutan saham perusahaan pengeboran milik Medco itu dengan ALCO kini semakin ketat.

"ALCO telah merampungkan proses uji tuntas terhadap Apexindo dan sudah mengajukan harga penawaran awal, sedangkan COSL dan CNOOC baru menjalani tahap uji tuntas. Jika keduanya selesai, harga penawaran dari ketiga calon pembeli saham Apexindo dapat dilihat siapa yang tertinggi," tuturnya kepada Bisnis, kemarin.

Seperti dilaporkan dari Times India, ALCO berencana membeli saham Apexindo Pratama senilai US$550 juta.

Jika penawaran harga itu untuk membeli 52% saham atau sekitar 1,35 miliar saham Apexindo, berarti ALCO akan membeli perusahaan pengeboran itu Rp3.666 per saham, premium 105,95% dari harga penutupan saham kemarin Rp1.780.

CNOOC merupakan perusahaan publik di Hong Kong yang bergerak di eksplorasi, produksi dan pengembangan minyak mentah dan gas di China. CNOOC merupakan salah satu produsen minyak mentah terbesar di Indonesia.

Hingga 31 Desember tahun lalu, cadangan bersih minyak mentah dan gas CNOOC mencapai 2,36 miliar barel minyak ekuivalen. Volume produksi bersih rata-rata tahun lalu mencapai 424.108 barel minyak ekuivalen per hari.

COSL merupakan perusahaan publik di Hong Kong yang bergerak di bisnis penyedia jasa di daerah penghasil minyak. Jasa yang diberikan COSL meliputi empat bisnis segmen termasuk jasa pengeboran, jasa sumur, pendukung di laut, jasa pengangkutan, dan jasa geophysical.

Hingga 31 Desember 2005, COSL mengoperasikan 14 rig pengeboran termasuk 10 jack-up dan tiga semi yang dapat menyelam, dan satu jack-up yang disewakan. Perusahaan itu juga memiliki dan mengoperasikan 68 kapal, lima tanker minyak, dam satu tanker pengangkut bahan kimia.

Mayoritas bisnis COSL dilakukan di darat dan laut di China, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Utara, Timur Tengah, laut Afrika dan Eropa.

Ketika dikonfirmasi, Investor Relation Medco Energi Nusky Suyono mengatakan tidak dapat memberitahukan identitas dua calon pembeli 52% saham Apexindo

Namun, dia membenarkan bahwa kedua calon investor itu berasal dari China dan sedang menjalani uji tuntas terhadap Apexindo.

"Selain ALCO, memang terdapat dua calon pembeli dari China. Tetapi saya tidak dapat membuka namanya. Yang pasti Medco menginginkan harga premium dari pasar karena kami bukan penjual aktif Apexindo dan bukan mencari pembeli," tuturnya.

Direktur Keuangan Medco Cyril Noerhadi juga mengatakan tidak dapat mengungkapkan identitas calon pembeli Apexindo. Apexindo mempunyai bisnis yang baik, apalagi harga sewa rig melonjak dua kali lipat.

"Medco akan melihat penawaran dari calon pembeli melalui proses yang adil dan mengikuti praktik tata kelola perusahaan yang baik serta peraturan pasar modal," tuturnya.

Apabila pembelian 52% saham Apexindo terjadi, pembeli harus menempuh penawaran tender terhadap sisa saham yang dikuasai publik sesuai dengan ketentuan Bapepam dan bursa.

Kim Eng Securities mengatakan target harga saham Apexindo Rp1.750 per saham telah tercapai. Menurut perhitungan sekuritas itu, nilai wajar Apexindo mencapai Rp1.910 per saham. Kim Eng juga merekomendasikan beli terhadap saham Apexindo. (wisnu.wijaya@ bisnis.co.id)

Oleh Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia

Cina dan India Incar Apexindo

JAKARTA, Koran Tempo -- Dua perusahaan pengeboran asal Cina dan India mengincar PT Apexindo Pratama Duta Tbk., perusahaan pengeboran yang mayoritas sahamnya dikuasai PT Medco Energi Internasional Tbk.

Investor Relation Medco Energi Nusky Suyono mengatakan para investor itutelah memasukkan penawaran untuk membeli kepemilikan saham Medco Energi diperusahaan.

Dia enggan mengungkapkan besaran harga penawaran masing-masing. "Medco menginginkan harga premium karena sebagai pemilik saham mayoritas di sana," kata Nusky kemarin.

Namun, Direktur Keuangan Medco Energi D. Cyril Noerhadi mengatakan Medco tidak berencana menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan jasa pengeboran itu.

Tapi sejumlah perusahaan tertarik untuk membeli perusahaan itu karena prospek bisnis pengeboran sangat baik. "Harganya naik dua kali lipat dibanding tahun lalu," katanya. BUDIRIZA

Anak Usaha Medco Diminati

Jakarta, Kompas - Investor asing banyak yang meminati perusahaan kontraktor pengeboran minyak dan gas PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo), di mana 51,78 persen sahamnya dimiliki PT Medco Energi Internasional Tbk.

Tanpa pernah menawarkan untuk dijual, anak usaha andalan Medco tersebut ingin dibeli sedikitnya oleh dua investor asing, yakni perusahaan patungan milik India, Aban Loyd Chiles Offshore Ltd (ALCO); dan sebuah perusahaan dari China.

"Sebetulnya yang berminat membeli Apexindo ada beberapa. Saya belum bisa paparkan di sini. Tapi, dalam satu bulan ini kami akan memberikan tanggapan terhadap penawaran tersebut," ujar Direktur Keuangan Medco Cyril Noerhadi dalam jumpa pers di Indonesia Investor Forum, Selasa (1/8) di Jakarta.

Dia mengatakan, jika ada yang menawar dengan harga bagus, tidak menutup kemungkinan Medco akan melepas seluruh kepemilikan sahamnya.

"Kami tidak terburu-buru dalam menjual Apexindo sebab bisnis pengeboran saat ini sangat bagus. Jika pada akhirnya kami melepas seluruh saham kami, prosesnya harus melalui tender offer sesuai dengan peraturan," kata Cyril.

Pada semester I tahun 2006 laba bersih Apexindo meningkat 364,1 persen, dari rugi bersih Rp 72,5 miliar pada semester I 2005 menjadi Rp 191,5 miliar.

Cyril memastikan, pelepasan Apexindo tidak akan memengaruhi kinerja Medco ke depan.

Kinerja Medco

Sampai Juni tahun ini Medco berhasil mencatat laba bersih 55,1 juta dollar AS, atau meningkat 15,4 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 47,7 juta dollar AS.

Kenaikan laba bersih itu didorong oleh meningkatnya penjualan dan pendapatan usaha sebesar 26,3 persen, dari 294,416 juta dollar AS pada semester I tahun 2005 menjadi 372,030 juta dollar AS pada semester I tahun 2006.

Beban eksplorasi perseroan meningkat tajam dari 2,6 juta dollar AS pada semester I tahun 2005 menjadi 22,5 juta dollar AS pada semester I tahun 2006.

Peningkatan tersebut akibat adanya provisi untuk beberapa sumur yang dianggap belum ekonomis sehingga menyebabkan pengeluaran sebesar 9,1 juta dollar AS serta pengeluaran akibat sumur kering sebesar 10,45 juta dollar AS.

Selain itu, perseroan juga harus menanggung beban operasi yang naik dari 45,2 juta dollar AS pada semester I tahun 2005 menjadi 59,5 juta dollar AS pada semester I tahun ini.

Meningkatnya beban operasi tersebut akibat adanya kenaikan gaji, biaya kontrak, beban depresiasi, beban perjalanan, dan beban ekspor. (TAV)

Tuesday, August 1, 2006

Tiga Investor Asing Minati Saham Apexindo

Jakarta, detik.com - Tiga investor asing berminat membeli saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), anak usaha milik PT Medco Energi Internasional. Dua diantara investor itu berasal dari Cina dan satu dari India.

"Saat ini sedang menghitung angka penawaran mana yang menarik," kata Investor Relation Medco, Nusky Suyono, disela acara publik ekspose Medco dalam Indonesia Investor Forum di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (1/8/2006).

Medco menguasai 51,87 persen saham di Apexindo, anak usahanya yang bergerak di sektor jasa pengeboran.

Sementara Direktur Keuangan Medco, Cyril Noerhadi mengatakan, jika penjualan seluruh saham Medco di Apexindo jadi dilakukan, maka perseron akan melakukan tender offer karena jumlah transaksi akan sangat material.

Namun menurut Cyril, industri pemboran saat ini sedang bagus-bagusnya, sehingga perseroan tidak terlalu terburu-buru untuk menjualnya sambil menunggu penawaran tertinggi yang masuk.

"Deadline-nya tidak ada, kita tidak ingin jual tapi ada yang mau beli, kalau harganya sangat tinggi kita lepas," ungkap Cyril.

Cyril memastikan, pelepasan anak usaha tersebut tidak akan mempengaruhi kinerja Medco, karena kedua perusahaan memiliki bisnis yang berbeda.

Medco bergerak di eksplorasi dan produksi migas, sedangkan Apexindo di jasa pengeboran (driling).

(ir)

Laba Bersih Gudang Garam Turun

Jakarta, Kompas - Laba bersih PT Gudang Garam Tbk pada semester I tahun ini turun sekitar 50 persen dari Rp 1,070 triliun pada semester I tahun 2005 menjadi Rp 545 miliar.

Anjloknya laba akibat peningkatan biaya pokok penjualan. "Biaya pokok penjualan timbul akibat meningkatnya beban cukai dan pajak pertambahan nilai akibat kenaikan cukai bulan Juli 2005 dan April 2006," kata Direktur yang juga Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman, dalam pemaparan kepada publik di Indonesia Investor Forum, Senin (31/7) di Jakarta.

Secara keseluruhan produksi industri rokok keretek pada paruh pertama tahun 2006 ini mengalami penurunan 12 persen. Ini seiring dengan penurunan penjualan akibat berkurangnya daya beli yang dipicu kenaikan harga jual eceran serta harga bahan bakar minyak.

Pada semester I tahun 2005 volume produksi rokok keretek baik tangan maupun mesin sebesar 108,3 miliar batang. Sementara pada semester I tahun 2006, produksi menjadi 94,8 miliar batang.

"Untuk enam bulan ke depan, kondisi penjualan rokok keretek masih akan sangat bergantung pada membaiknya daya beli masyarakat. Saya harap tidak akan turun sebesar 12 persen lagi. Setidaknya bisa sama dengan angka 2005 sebesar 207 miliar batang," ungkap Heru Budiman.

Menurut Heru, hampir semua produsen rokok mengalami penurunan volume penjualan pada semester pertama ini, kecuali untuk PT HM Sampoerna Tbk.

Semua pangsa pasar perusahaan pada semester I 2006 memang mengalami penurunan, kecuali Sampoerna. Gudang Garam mengalami penurunan pangsa pasar dari 31 persen di semester I 2005 menjadi 29,5 persen pada semester I 2006.

Pangsa pasar Djarum menurun dari 18,7 persen pada semester I 2005 menjadi 17,4 persen pada semester ini. Merek rokok lain turun dari 21,6 persen pada tahun lalu menjadi 21,2 persen. Hanya Sampoerna yang mengalami peningkatan dari 16 persen pada tahun lalu menjadi 18,9 persen.

Sementara itu PT Apexindo Pratama Duta Tbk pada semester I tahun 2006 berhasil membukukan laba bersih yang meningkat 364,1 persen, dari rugi bersih Rp 72,5 miliar pada semester I 2005, menjadi laba bersih Rp 191,5 miliar.

"Peningkatan laba bersih ini terutama dipicu oleh pertumbuhan pendapatan yang meyakinkan, ditunjang dengan kemampuan Apexindo untuk terus melakukan efisiensi biaya serta keberhasilan menekan distorsi pada laporan laba rugi," kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan.

Pendapatan perseroan pada semester I tahun ini naik dari Rp 490,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 634,3 miliar.

Kontribusi pendapatan dari segmen rig darat naik 85,5 persen menjadi Rp 193,9 miliar dibandingkan Rp 104,5 miliar pada tahun sebelumnya.

Peningkatan pendapatan tersebut , ujar Agustinus, dipicu oleh keberhasilan Apexindo dalam mendapatkan beberapa kontrak baru dengan peningkatan harga sewa harian. (TAV/OIN/DAY)

Apexindo optimistis raih laba US$20 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk optimistis dapat mencapai laba bersih US$20 juta hingga akhir tahun ini dengan kenaikan pendapatan sebesar 20% dibandingkan tahun lalu.

Pertumbuhan kinerja Apexindo itu akan berlanjut karena beberapa rig seperti rig lima, delapan, dan dua akan memberikan tambahan pendapatan pada semester kedua.

"Pendapatan Apexindo tahun ini diperkirakan mencapai US$125 juta-US$130 juta dibandingkan tahun lalu US$116 juta," tutur Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan, kemarin.

Pada semester pertama tahun ini, laba bersih Apexindo mencapai Rp191,48 miliar dibandingkan dengan rugi bersih Rp72,51 miliar.

Tanpa menyertakan adanya transaksi swap, katanya, laba bersih dari operasi Apexindo mencapai sekitar Rp121 miliar. "Kalau angka itu disetahunkan, paling tidak kami membukukan laba bersih Rp242 miliar tahun ini."

Pada semester satu 2006, anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk itu membukukan kenaikan pendapatan 29,4% menjadi Rp634,25 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp490,32 miliar.

Kenaikan itu disebabkan peningkatan sumbangan pendapatan dari segmen rig darat sebesar 85,5% menjadi Rp193,9 miliar dibandingkan Rp104,5 miliar.

Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi emiten pengeboran itu juga meningkat 42,8% menjadi Rp278,28 miliar pada semester pertama 2006 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp194,85 miliar.

Laba usaha Apexindo meroket 78,4% menjadi Rp190,55 miliar pada semester pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp106,83 miliar.

Tahun ini, tutur Agustinus, Apexindo menganggarkan belanja modal US$142 juta di mana US$22 juta untuk pemeliharaan rig dan selebihnya untuk membayar pembangunan rig Soehanah yang sebagian sudah dilunasi sebesar US$30 juta.

Pinjaman sindikasi

Apexindo mendapatkan pinjaman sindikasi US$120 juta dari Natexis, Standard Chartered Bank, UOB Singapura, Goldman Sachs, dan PMA, manager investasi Hong Kong.

"Mudah-mudahan kesepakatan pinjaman itu dapat ditandatangani bulan ini sehingga Januari tahun depan dapat digunakan oleh Apexindo," tuturnya.

Rasio utang berbunga bersih dibandingkan ekuitas Apexindo menurun menjadi 0,3 kali. Perusahaan itu dapat meningkatkan likuiditas seiring dengan peningkatan kas dan setara kas secara signifikan sebesar 134,6% menjadi Rp292,4 miliar karena kenaikan kinerja.

Kemampuan Apexindo dapat membayar bunga juga meningkat yang tercermin pada interest coverage menjadi 10,8 kali.

Oleh Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia