Wednesday, August 2, 2006

Investor India dan Cina Bersaing Beli Apexindo

Jakarta, Investor Daily – Investor Cina dan India bersaing ketat untuk membeli 51,78% saham milik PT Medco Energi International Tbk pada PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Medco ditaksir mengantungi dana segar sekitar Rp 2,41 triliun dengan asumsi harga Rp 1.780 per lembar saham.

ALCO dari India telah menyelesaikan proses due diligence atas Apexindo belum lama ini dan merupakan perusahaan publik di bursa India. Sedangkan dua badan usaha milik Negara (BUMN) Cina sedang melakukannya.

“Kami masih harus menunggu rampungnya proses due diligence investor Cina sebelum menentukan siapa pemenang. Sebab, Medco tidak perlu terburu-buru melepas kepemilikan saham Apexindo,” kata Investor Relations Medco Nusky Suyono pada acara presentasi emitmen “Investor Forum 1” di Jakarta, Selasa (1/8).

Menurut Nusky, posisi Medco dalam menjual saham anak perusahaan yang bergerak di bidang penyewaan jasa rig bukan merupakan penjual aktif. Dengan demikian, pihaknya baru bersedia melepas sahamnya bagi penawar tertinggi.

“Pokoknya harus dilepas dengan harga premium dan kami belum bisa menyebutkan harga premium saat ini, mengingat harga saham Apexindo berfluktuasi setiap hari di bursa,” tandas dia.

Ketika ditanya nama investor Cina yang sudah memasukkan penawaran, dia enggan menyebutkannya. Sebab, kedua perusahaan merupakan perusahaan publik. Menurut dia, kedua perusahaan menggunakan induk perusahaan masing-masing dan termasuk BUMN cukup besar di negeri tirai bambu tersebut. Selain itu, mereka merupakan investor jangka panjang dan berniat mengembangkan bisnis terkait lain di migas.

Sumber Investor Daily, mengatakan, Grup CITIC kemungkinan besar tertarik membeli saham Apexindo. Karena perseroan bergerak pada bidang penyewaan rig dan migas lewat anak perusahaannya, Citic Resources Ltd. Citic Resources kini tercatat di bursa Hong Kong dan 60% dimiliki Grup Citic. Belum lama ini, Citic Resources mengakuisisi 59% saham blok migas di Pulau Seram, Maluku Tengah dari KUPEC senilai US$ 97 juta. KUPEC merupakan anak perusahaan Kuwait Oil Company Ltd.

Nusky memprediksi, due diligence investor Cina butuh waktu sekitar dua bulan. “Sekiranya harga yang ditawarkan ketiga perusahaan belum juga cocok, transaksi dapat dibatalkan dan kami siap menerima calon investor lain,” tandas dia. Hasil divestasi saham Apexindo akan digunakan Medco untuk memperkuat bisnis inti.

Lebih jauh dia menjelaskan, tender offer divestasi saham Apexindo akan dilakukan sesuai aturan pasar modal.

Pemegang saham Apexindo lain adalah Asian Opportunities Fund I Segregated (15,98%) dan CLSA Ltd (15,99%). Medco merupakan pemegang saham mayoritas (51,78%) atau setara 1,35 miliar lembar saham.

Pada perdagangan kemarin, harga saham Apexindo ditutup menguat Rp 20 menjadi Rp 1.780 per lembar. Jumlah saham yang berpindah tangan mencapai 4,68 juta lembar dengan nilai transaksi Rp 8,22 miliar.

Laba Bersih Medco

Di tempat yang sama, Direktur Keuangan Medco D Cyril Noerhadi mengatakan, produsen minyak swasta terbesar di Indonesia itu berhasil membukukan laba bersih US$ 55,1 juta pada semester pertama 2006 atau nai 15,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Menurut dia, penyebab utama peningkatan laba bersih adalah kenaikan harga rata-rata minyak dan gas bumi sebesar US$ 65,05 per barel dibandingkan periode sebelumnya US$ 50,22. Sedangkan harga gas bumi turun sekitar 1,2% menjadi US$ 2,30 per juta british termal unit (BTU) dari US$ 2,33.

Sementara itu, pendapatan tercatat US$ 372 juta pada semester pertama 2006 atau naik 26,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 294,4 juta. “Pendapatan minyak dan gas bumi meningkat 32,2% menjadi US$ 269,1 juta dibandingkan tahun sebelumnya US$ 199 juta,” kata dia.

Pendapatan lain dari semua anak perusahaan turun 12,1% dari US$ 52,4 juta menjadi 46,15 juta. Beban eksplorasi meningkat drastis menjadi US$ 22,5 dari sebelumnya US$ 2,6 juta. Kenaikan disebabkan adanya provisi sejumlah sumur yang dianggap belum ekonomis.

Sementara itu, harga saham Medco ditutup melemah dari Rp 3.800 per lembar menjadi 3.775 pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi mencapai Rp 25,74 miliar.

Nusky menambahkan, nilai belanja modal perseroan hingga 2009 mencapai US$ 1,5 miliar dan kini mempunyai dana kas sekitar US$ 100 juta hingga US$ 110 juta. (hut/kp)