Friday, October 26, 2007

3i mundur dari divestasi Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Belum tuntas menjalankan uji tuntas (due diligence) lanjutan, perusahaan investasi pengelola portofolio (private equity firm) 3i kemungkinan besar mengundurkan diri dari proses pembelian 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Penyebab utama mundurnya investor institusi itu karena Medco meminta harga jual Apexindo yang terlampau mahal.

"Meski harga saham Apexindo di pasar kemarin ditutup naik ke level Rp2.500, tetapi permintaan harga Apexindo Rp2.700 per saham sangat mahal, sedangkan 3i menawar Rp2.400 per saham," tutur satu eksekutif yang mengetahui transaksi itu kepada Bisnis, kemarin.

Padahal, 3i merupakan salah satu calon pembeli saham perusahaan pengeboran milik PT Medco Energi Internasional Tbk yang telah ditetapkan masuk daftar pendek (shortlisted) bersama lima institusi lainnya yakni Essar Oil India, Texas Pacific Group, PT Bormindo Nusantara, Abacus Capital, dan Recapital Investment Bank.

3i merupakan salah satu raksasa perusahaan investasi pengelola portofolio dan penyedia sumber pembiayaan untuk menghidupkan kembali suatu perseroan (venture capital).

Setiap tahun, 3i berinvestasi US$2 miliar di berbagai portofolio di Eropa, Asia, dan AS. Perusahaan itu juga berkomitmen bekerja sama dan bermitra dengan pemegang saham mayoritas.

3i baru saja membeli 6,6% kepemilikan saham produsen pipa minyak dan gas Welspun Gujarat Rohren Ltd senilai US$80 juta melalui penawaran kedua.

Ketika dikonfirmasi, Presdir Medco Energi Hilmi Panigoro tidak menjawab panggilan di telepon selulernya.

Bahkan, dia tidak merespons pesan singkat yang dikirimkan Bisnis.

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Dia berharap kandidat pembeli Apexindo sekaligus transaksi sudah dapat ditetapkan sebelum awal Desember. "Kalau sebelum akhir tahun, berarti paling tidak sebelum Natal."

Medco akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup menguat ke level Rp2.500 dari penutupan sebelumnya Rp2.400 per saham.

Mengacu harga penutupan kemarin, rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio/PER) Apexindo mencapai 22,13 kali dan estimasi setahun ke depan 11,76 kali.

Dibandingkan dengan estimasi PER setahun ke depan Northern Offshore 4,14 kali, perusahaan pengeboran yang tercatat di bursa saham Norwegia, estimasi PER Apexindo sangat mahal.

Namun, dibandingkan dengan PER Seadrill Ltd, berkapitalisasi pasar US$9,47 miliar, yang kini mencapai 39,11 kali, PER Apexindo, yang mempunyai kapitalisasi pasar hanya US$688,59 juta, jauh lebih murah.

Ikhsan Binarto, analis saham PT Optima Investama, mengatakan dengan permintaan harga Rp2.700 per saham, seharusnya harga Apexindo ditarik ke atas mendekati level itu. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Friday, October 19, 2007

Six firms may bid for Medco's stake in unit

The Jakarta Post, Jakarta --- Six potential investors have been short-listed to bid for the 51.3 percent stake of oil and gas firm PT Medco Energi International in its subsidiary PT Apexindo Pratama Duta -- one of the country's top drilling contractors.

One of the six bidders is PT Bormindo Nusantara, also a drilling contractor, according to an online report.

"There are six companies that have been short-listed and we are one of them," M. Ramdani Basri, a Bormindo commissioner, told Detik.com news portal on Thursday.

When contacted by The Jakarta Post, Apexindo president director Hertriono Kartowisastro refused either to confirm or deny the report.

Ramdani said Bormindo is in the preliminary stages of a due diligence and will soon submit its price valuation.

Asked about the source of the funds, he said the company planned to seek loans from banks and other financial institutions.

"We are indeed seeking the funding, but most likely not from domestic sources," he said.

Medco, the country's largest publicly listed oil and gas company, wants to sell its stake in Apexindo so it can focus on its core business.

Acting as the divestment financial adviser is Credit Suisse Global.

Previously, Medco offered the stake to around 50 potential investors.

Established in 1984, Apexindo offers drilling services to oil, gas and geothermal companies. In July 2002, it became the first drilling contractor listed on the Jakarta Stock Exchange. (JP/Astrid Wibisono)

Recapital dan Bormindo Incar Saham Apexindo

JAKARTA, Investor Daily --- Recapital Advisor Group dan PT Bormindo Nusantara bersaing ketat dengan sejumlah investor asing untuk membeli 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk melalui proses tender.

“Kami memang ikut dalam proses tender divestasi saham Apexindo. Saat ini Recapital sudah masuk seleksi tahap ketiga,” kata pendiri Recapital Advisor Sandiaga S Uno kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (18/10).

Namun, Sandiaga yang juga Ketua Umum Hipmi belum bersedia menyebutkan total dana yang disiapkan guna mengakuisisi Apexindo, termasuk alasan ekspansi ke bisnis energi. Pesaing lokal lainnya yakni PT Bormindo Nusantara. Sedangkan sisanya merupakan investor asing.

Bormindo dikabarkan tengah melakukan proses uji tuntas (due diligence) dan segera memasukan harga valuasi. Di sisi lain, perseroan menjajaki pinjaman bank lokal dan asing untuk mendanai rencana akuisisi tersebut.

Ketika dikonfirmasikan kepada Dirut Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengenai keterlibatan kedua perusahaan itu dalam seleksi tahap ketiga, ia enggan menjawabnya. “Peserta yang masuk cukup berimbang antara perusahaan lokal dan asing. Yang jelas saat ini calon pembeli tinggal enam,” kata Hilmi.

Dia mengatakan, proses seleksi peserta tender divestasi saham Apexindo itu melibatkan penasihat keuangan Credit Suisse. Hasil seleksi terakhir baru diumumkan pekan kedua November 2007.

Sejak awal proses tender digelar, terdapat sekitar 50 perusahaan peserta. Namun yang ikut dalam seleksi berikutnya tinggal 20. Seleksi berikutnya tinggal menyisahkan enam calon pembeli.

Medco Energi dikabarkan bersedia melepas 51,39% saham Apexindo seharga Rp 2.400 per lembar. Sedangkan pada perdagangan Kamis (18/10), harga saham Apexindo ditutup pada posisi Rp 2.475 per lembar.

Apexindo menyumbang sekitar 15% terhadap pendapatan Medco. Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 21% pada 2008. Laba bersih pada semester pertama 2007 mencapai sebesar US$ 15 juta atau turun 7,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 16,2 juta. Hal itu disebabkan penurunan keuntungan nonkas yang dipicu transaksi share swap.

Sumbangan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tercatat US$ 38,6 juta pada Juni 2007 atau naik 28,7% dari Juni 2006 US$ 30 juta.

Menurut dia, penjualan saham Apexindo tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah aset tetap. Namun, bersamaan dengan itu, perseroan akan menerima uang tunai.

Hilmi mengatakan, divestasi saham ini berdampak terhadap rasio utang terhadap ekuitas. Soalnya, hasil divestasi akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan, termasuk investasi pada usaha hulu minyak dan gas bumi.

Apexindo baru-baru ini memperoleh tiga kontrak kerja pemboran darat senilai US$ 7 juta. Kontrak pertama adalah onshore driling rigs service dengan EMP Kangean Limited senilai US$ 2,11 juta. (rad)

Pembeli Apexindo mayoritas institusi keuangan

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Empat lembaga keuangan asing dan lokal mendominasi calon pembeli 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Perusahaan pengeboran itu kini masih dikuasai oleh perusahaan yang dikendalikan Keluarga Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk

Empat institusi keuangan itu adalah perusahaan pengelola dana raksasa Texas Pacific Group (TPG), 3i Group, Abacus Capital, Recapital Investment Bank, sedangkan dua lainnya adalah perusahaan pengeboran yakni PT Bormindo Nusantara dan Essar Oil dari India.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

"Valuasi saham yang ditawarkan oleh Medco cukup tinggi bisa mencapai enam kali nilai bukunya. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan antara Medco dengan calon pembeli karena ini juga baru penawaran awal," ujar eksekutif yang mengetahui transaksi itu, kemarin.

Medco, katanya, ingin menjual saham Apexindo di posisi Rp2.400 per saham. Keinginan itu terlihat masuk akal, mengingat harga saham Apexindo kini berangsur melonjak ke posisi 2.400-an. Saham itu kemarin ditutup naik ke level Rp2.475 dari penutupan perdagangan sebelumnya Rp2.450.

Harga saham Medco kemarin justru ditutup melemah ke Rp4.900 dari penutupan hari sebelumnya Rp5.050 per saham.

Dengan harga Rp2.475, itu mencerminkan rasio harga saham terhadap laba bersih per saham Apexindo (price to earning ratio/PER) 22,79 kali dan estimasi setahun ke depan 12,14 kali.

Mengacu rasio itu, saham Apexindo jauh lebih murah dibandingkan dengan harga saham Seadrill Ltd, sebelumnya memiliki 32% saham perusahaan pengeboran itu, yang kini mencapai 40,98 kali. Namun, saham Apexindo jauh lebih mahal ketimbang saham perusahaan sejenis Nabors Industrial Ltd sebesar 8,09 kali yang sahamnya tercatat di bursa efek AS.

Presdir Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan daftar pendek calon pembeli terdiri dari enam perusahaan. Namun, dia menolak merincinya. "Saya mengetahui hal itu, tetapi saya tidak mau menyebutkan karena terkait kerahasiaan."

Sebelum Natal

Dia menjelaskan keenam calon pembeli kini berhak mendapatkan ulasan data dari manajemen Apexindo, yang merupakan tahap lanjutan dari uji tuntas. Dia berharap kandidat pembeli Apexindo sekaligus transaksi sudah dapat ditetapkan sebelum awal Desember. "Kalau sebelum akhir tahun, berarti paling tidak sebelum Natal."

Hilmi juga mengatakan akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis.

Hilmi Panigoro, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Norico Gaman, Head of Research BNI Securities, menambahkan calon pembeli Apexindo lebih baik bergerak di bidang yang sama, mengingat hal itu menentukan kelanjutan usaha pengeboran.

"Kalau perusahaan sejenis, mereka tentu perhatikan pertumbuhan Apexindo. Tetapi, di sisi lain Medco juga menginginkan harga penjualan yang terbaik," tuturnya.

Sebagai jalan tengah, perusahaan sejenis yang kini berminat terhadap Apexindo dapat mengajukan harga penawaran yang lebih baik.

Jika pemenangnya institusi keuangan seperti TPG, mereka hanya menyertakan modal di Apexindo. "Tentu saja mereka dapat menjual lagi saham Apexindo kalau sudah untung."

Grup Essar kini juga mengincar saham PT Krakatau Steel dan akan membangun pabrik baja di Kalimantan. TPG sedang dalam proses akuisisi 71,61% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dari Recapital dan sedang membidik saham mayoritas di Garuda Indonesia. (Pudji Lestari) (arif.gunawan@bisnis.co.id/munir.haikal@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S., M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Wednesday, October 17, 2007

Diumumkan Pertengahan November, Tinggal Enam Calon Pembeli Saham Apexindo

JAKARTA, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk sedang menyeleksi enam calon pembeli saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk guna mengikuti tahapan ketiga berikutnya. Proses seleksi tersebut akan melibatkan Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

“Hasilnya akan diumumkan pekan kedua November 2007. Kami sedang me-review enam perusahaan yang sudah lolos seleksi baru-baru ini,” kata Dirut Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (16/10).

Menurut Hilmi, keenam perusahaan itu terdiri atas investor lokal dan asing. Namun, dia bersedia menyebutkan identitas masing-masing investor.

Sejak proses tender dibuka, jumlah investor yang tertarik mengakuisisi saham anak usaha Medco itu mencapai 50 perusahaan. Seleksi tahap pertama menyisahkan 20 perusahaan dan kedua tinggal enam.

Mengenai nilai akuisisinya, kata dia, juga belum dapat diungkapkan karena terkait kesepakatan dan proses tender masih berlangsung. Dia belum bisa memaparkan kisaran dana yang ingin diraup Medco lewat hasil pelepasan Apexindo.

Sebelumnya, perseroan pernah dikabarkan bersedia melepas sekitar 51,39% sahamnya di Apexindo seharga Rp 2.400 per lembar. Sedangkan pada perdagangan Kamis (11/10), saham Apexindo ditutup pada posisi Rp 2.450.

Apexindo menyumbang sekitar 15% terhadap pendapatan Medco. Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 21% pada 2008. Laba bersih pada semester I-2007 mencapai sebesar US$ 15 juta atau turun 7,4% dibandingkan pada periode sama tahun sebelumnya US$ 16,2 juta. Penurunan keuntungan nonkas disebabkan transaksi swap share.

Sedangkan konstribusi laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (earning before interest, tax, depreciation, and amortization/EBITDA) senilai US$ 38,6 juta pada akhir Juni 2007, naik 28,7% dari Juni 2006 sebesar US$ 30 juta.

Menurut Hilmi, penjualan saham perseroan pada Apexindo berdampak terhadap penurunan jumlah aset tetap. Namun, bersamaan dengan itu, perseroan akan menerima uang tunai.

Lebih jauh dia mengatakan, divestasi saham Apexindo tersebut berdampak terhadap rasio utang ekuitas perseroan. Soalnya, hasilnya itu akan digunakan memperkuat keuangan perseroan termasuk rencana investasi pada usaha hulu minyak dan gas bumi.

Sebelumnya, Corporate Growth Director Apexindo Rashid I Mangunkusumo mengatakan, perseroan akan memproduksi secara komersial bioetanol dari kanji (strach) tepung singkong dan tebu pada kuartal pertama 2008. “Konstruksi kilang etanol pertama itu dibangun pada Oktober 2006 di Kotabumi, Lampung dan diharapkan selesai akhir tahun,” kata Rashid.

Terkait bisnis terbarukan tersebut, lanjut dia, pihaknya sudah memasukkannya dalam laporan keuangan laporan tahunan. Selanjutnya, kata dia, perseroan akan melakukan berbagai studi kelayakan dengan beberapa pihak di beberapa wilayah untuk proyek kilang etanol lainnya.

Proyek pertama etanol menelan investasi sebesar US$ 46 juta. Sebanyak 70% dana berasal dari pinjaman. (rad)

Thursday, October 11, 2007

Total temukan sumur gas di Kaltim

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Total E&P Indonesie kembali menemukan dua sumur gas di Selatan Blok, lepas pantai Mahakam, sekitar 45 kilometer dari Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) dan merupakan bagian dari pengembangan lapangan Stupa.

Vice President Government & Media Relations Total E&P Indonesie Ananda Idris mengatakan kedua sumur dibor di kedalaman air sekitar 60 meter. Sumur East Mandu dan West Stupa-1 telah ditemukan lapisan sedimen dengan ketebalan 164 dan 72 meter dengan kandungan gas berkualitas baik.

"Tentunya ini kabar baik. Berapa persis potensi sumur itu, kami belum bisa informasikan. sampaikan," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Namun, akhirnya Ananda bersedia menyebutkan potensi sumur itu. Menurut dia, dengan penemuan sumur gas baru itu akan memperpanjang produksi 2,5 miliar hingga 2,6 miliar kaki kubik per hari. "Artinya, kami bisa memproduksi hingga awal masa dasawarsa mendatang."

Dia menambahkan penemuan kedua sumur itu diharapkan segera dikembangkan seiring rencana pengembangan Lapangan Stupa. Validasi bisa dimulai dalam waktu dekat dan mulai produksi 2012. Total sendiri telah menyerahkan rencana pengembangan lapangan itu ke BP Migas Juli 2007.

Produsen gas

Pengeboran sumur di East Mandu-1 ini agak sensitif mengingat kesulitan yang dihadapi untuk mengawasi tekanan dan cairan sumur tersebut. "Keberhasilan operasi ini adalah berkat kemampuan teknis tinggi yang dimiliki Total dan pengalaman beroperasi di Blok Mahakam selama 36 tahun," tukas Ananda.

Dia menjelaskan, pekerjaan pengeboran ini dilakukan oleh PT Apexido Pratama Duta Tbk, yang juga sedang mengoperasikan lima rig untuk Total. Hadir di Indonesia sejak 1968, Total E&P Indonesie saat ini menjadi produsen gas terbesar di Indonesia.

Gas yang dihasilkan oleh Total rata-rata mencapai 2,6 miliar kaki kubik per hari pada paruh 2007 dan diharapkan dapat bertahan hingga awal dasawarsa mendatang. Blok Mahakam juga memproduksi minyak mentah dan kondensat dengan kisaran rata-rata 90.000 barrel per hari pada paruh pertama 2007.

Sejak 1999, produksi Total terus berkembang pesat. Pada saat ini, Total memproduksi 80% gas yang dialirkan ke kilang pencairan gas di Bontang yang kesemuanya bersumber dari lapangan Tambora, Tunu dan Peciko di areal Mahakam. (09)

Total Temukan Gas di Blok Mahakam

JAKARTA, Investor Daily --- PT Total EP Indonesie menemukan gas di dua sumur yang terletak di selatan lepas pantai Blok Mahakam atau sekitar 45 km dari Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Penemuan gas masuk dalam areal pengembangan Lapangan Stupa dan akan meningkatkan potensi cadangan lapangan tersebut.

Manajer Komunikasi Perusahaan Total EP Indonesie Ananda Idris dalam siaran pers di Jakarta, Rabu mengatakan, rencana pengembangan Lapangan Stupa telah diajukan pada Juli 2007 lalu ke Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas).

Kedua sumur yang dinamakan East Mandu-1 dan West Stupa-1 dibor dalam kedalaman air sekitar 60 meter.

Gas sumur East Mandu-1 dan West Stupa-1 yang ditemukan berkualitas baik di masing masing lapisan sedimen dengan ketebalan 164 dan 72 meter.

Ia mengatakan, kedua sumur akan dikembangkan seiring rencana pengembangan Lapangan Stupa yang akan divalidasi dalam bulan-bulan mendatang agar dapat mulai berproduksi tahun 2012.

Pekerjaan pengeboran itu dilaksanakan PT Apexindo Pramata Duta Tbk, yang juga sedang mengoperasikan lima rig Total di Indonesia.

Blok Mahakam memproduksi gas sebesar 2,6 miliar juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Gas yang bersumber dari Lapangan Tambora, Tunu, dan Peciko itu merupakan 80% dari total gas yang dialirkan ke Kilang LNG Bontang, Kaltim.

Blok Mahakam juga memproduksi minyak mentah dan kondensat sebesar rata-rata 90.000 barel per hari pada semester pertama tahun 2007. (ant/gor)

Wednesday, October 10, 2007

Medco membeli 32% saham Apexindo dari Seadrill, Short list pembeli ditetapkan pekan ini

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk dan penasihat keuangannya Credit Suisse bakal menetapkan daftar pendek (short list) calon pembeli 52% saham perusahaan pengeboran PT Apexindo Pratama Duta Tbk pada 11 Oktober.

Sumber Bisnis yang mengetahui transaksi itu mengatakan awal pekan ini, calon pembeli Apexindo memasukkan dokumen penawaran.

"Rencananya, daftar pendek calon pembeli saham Apexindo yang dianggap layak ditetapkan pada 11 Oktober," tuturnya, kemarin.

Ketika dikonfirmasi, Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro membenarkan soal penentuan daftar pendek calon pembeli Apexindo pekan ini.

Anehnya, di tengah proses penjualan saham Apexindo kepada sejumlah investor, Director of Corporate Growth Medco Rashid Mangunkusumo, seperti dikutip Bloomberg, tiba-tiba mengatakan Medco membeli 32% saham Apexindo dari Seadrill, sehingga kepemilikannya kini menjadi 84%.

"Kami ingin mengombinasikan saham [yang sudah kami miliki dengan yang dari Seadrill] untuk kemudian menjualnya sebagai satu paket," kata Rashid, kemarin. Hilmi Panigoro justru membantah berita soal pembelian saham Apexindo. "Tidak benar itu. Bloomberg yang salah kutip. Rashid juga sudah membantahnya."

Medco ingin menjual kepemilikannya di Apexindo karena akan fokus pada pengembangan hulu minyak dan gas.

Perusahaan yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro itu menawarkan saham perusahaan pengeboran tersebut kepada kurang dari 50 calon pembeli strategis berbasis internasional. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Sejumlah perusahaan yang ditawari untuk membeli saham Apexindo di antaranya adalah perusahaan raksasa private equity Texas Pacific Group (TPG), Grup 3I, Ashmore, Recapital, dan sejumlah institusi keuangan luar negeri seperti di Timur Tengah.

Sementara itu, dalam pengumuman resmi, Seadrill menyatakan menjual saham Apexindo US$220 juta. Dengan menjual 32% saham atau 835 juta saham Apexindo, perusahaan itu bakal membukukan keuntungan US$150 juta pada kuartal keempat.

Namun, dalam pernyataannya kepada bursa saham Oslo, manajemen Seadrill sama sekali tidak menyebutkan identitas pembeli tersebut.

Chief Financial Officer Seadrill Trond Brandsrud juga menolak menyebutkan identitas pembeli dengan alasan kerahasiaan perjanjian.

Penjualan dilakukan Seadrill setelah menilai kepemilikannya di Apexindo bukan lagi strategis. Seadrill membeli saham Apexindo pada 2005 ketika perusahaan itu didirikan oleh miliuner perkapalan kelahiran Norwegia John Fredriksen. Perusahaan berbasis di Bermuda dengan pengoperasian usaha dijalankan dari Stavanger, Norwegia.

Kala itu, kata Brandsrud, Seadrill memang tengah mencari mitra strategis untuk membangun perusahaan. Kemudian ketika perusahaan membeli perusahaan pesaing di Norwegia yakni Semedfig ASA pada 2006, investasi di Apexindo menjadi tak lebih dari investasi keuangan.

"Kepemilikan [saham Apexindo] dulu itu sebagai opsi strategis ketika kami baru memulai sebagai sebuah perusahaan. Kini kami telah membangun operasi di kawasan itu dan harganya bagus, jadi kami jual," kata Brandsrud.

Apexindo tercatat mempunyai sembilan rig (alat pengeboran) darat, empat swamp barge, dan dua jack-up rig.

Belum lama ini, Presdir Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan divestasi akan membuat Apexindo lebih leluasa mencari pendanaan guna mendukung ekspansinya a.l. membeli jack-up rig ketiga sebagaimana telah direncanakannya. (pudji.lestari@bisnis.co.id /munir. haikal@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & M. Munir Haikal
Bisnis Indonesia

Tuesday, October 9, 2007

Seadrill Sells Stake in Medco’s Unit

Jakarta, The Jakarta Post -- Seadrill Ltd., the Norwegian oil-rig company founded by billionaire John Fredriksen, sold its stake in the drilling unit of PT Medco Energi Internasional for $220 million.

Seadrill will book a gain of about $150 million in the fourth quarter after selling its 32 percent stake, or 835 million shares, in Indonesia's PT Apexindo Pratama Duta, the company said in a statement to the Oslo stock exchange Monday.

“The investment in Apexindo was acquired at the time when Seadrill was seeking a ``strategic partner'' to build up the infrastructure of the company, Seadrill said.

After buying Norwegian Norwegian rival Smedvig ASA in 2006, the investment in Apexindo “became more of a financial investment for Seadrill, it said. - Bloomberg

Lepas Apexindo, Seadrill untung US$150 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Seadrill Ltd, perusahaan pengeboran minyak asal Norwegia, melego 32% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk seharga US$220 juta.

Seadrill dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Oslo kemarin, mengatakan perusahaan asing itu akan membukukan keuntungan US$150 juta pada kuartal keempat dari penjualan 32% saham atau 835 juta saham Apexindo.

"Investasi di Apexindo dilakukan pada saat Seadrill mencari mitra strategis untuk membangun infrastruktur perusahaan," tulis manajemen Seadrill dalam pernyataan tersebut seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Setelah membeli perusahaan pesaing di Norwegia yakni Semedfig ASA pada 2006, investasi di Apexindo menjadi investasi keuangan.

Seadrill didirikan oleh miliuner perkapalan kelahiran Norwegia John Fredriksen yang berbasis di Bermuda dan usahanya dijalankan dari Stavanger, Norwegia.

Apexindo tercatat mempunyai sembilan rig (alat pengeboran) darat, empat swamp barge, dan dua jack-up rig.]

Sementara itu, perusahaan yang dikendalikan keluarga Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk menawarkan 52% saham Apexindo kepada 20-30 pemodal strategis dari domestik ataupun luar negeri.

Sejumlah perusahaan yang ditawari untuk membeli saham Apexindo di antaranya adalah perusahaan raksasa private equity Texas Pacific Group (TPG), Grup 3I, Ashmore, Recapital, dan sejumlah institusi keuangan luar negeri seperti di Timur Tengah.

Dalam proses penjualan saham itu, Medco dibantu oleh bank investasi asing Credit Suisse sebagai penasihat.

Seorang eksekutif yang terlibat dalam transaksi ini mengatakan sebagian besar investor yang ditawari Medco untuk membeli Apexindo berasal dari luar negeri.

"Valuasi saham yang ditawarkan oleh Medco cukup tinggi bisa mencapai enam kali nilai bukunya. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan."

Analis CIMB-GK Securities Indonesia Robert Adair mengatakan dengan menerapkan P/BV sebesar 1,7 kali yang dikalikan revaluasi aset akan memberikan target harga? Rp2.700 per saham. Harga saham Apexindo kemarin ditutup turun Rp75 menjadi Rp2.500 per saham.

Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia

Thursday, October 4, 2007

Saham Apexindo dicatatkan

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk menambah saham baru hasil pelaksanaan konversi program opsi saham untuk karyawan (employee stock option program/ESOP) menjadi saham sebanyak 6.000 saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi kepada BEJ kemarin disebutkan saham hasil konversi ESOP itu akan dicatatkan dan diperdagangkan pada hari ini.

Dengan demikian, sebagai akibat pencatatan itu, jumlah saham Apexindo Pratama yang tercatat di BEJ seluruhnya mencapai 2,63 miliar saham, sedangkan ESOP yang belum dikonversi setara dengan 26,72 juta saham. (Bisnis/06)

Monday, October 1, 2007

Apexindo Dapatkan Perpanjangan Kontrak

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Apexindo Pratama Duta Tbk. mendapatkan perpanjangan kontrak Virginia Indonesia Co. LLC. dalam pengeboran rig 9 dan rig 10 di Nilam, Kalimantan Timur.

Sekretaris Perusahaan Apexindo Pratama Duta Ade R. Setari dalam penjelasan kepada Bursa Efek Jakarta mengatakan kontrak ini akan diperpanjang dua bulan lagi sampai 31 Oktober 2007. Seharusnya kontrak sudah selesai 1 September lalu, tapi, karena proyek pengeboran di rig 9 dan rig 10 belum selesai, jadi kontrak diperpanjang.

Terjadi perubahan nilai kontrak dengan adanya perpanjangan ini. Ada kenaikan 9,08 persen biaya kontrak dibanding kontrak sebelumnya. "Nilai kontrak sebelumnya, yakni US$ 13,93 juta, berubah menjadi US$ 15,33 juta," kata Ade.

Apexindo merupakan kontraktor pengeboran minyak, gas, dan panas bumi swasta nasional dengan jumlah rig terbesar. Saat ini Apexindo memiliki 8 rig darat dan 6 rig lepas pantai. SAHALA LUMBANRAJA