Friday, December 7, 2007

Ketidakpastian divestasi tekan saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Ketidakpastian penyelesaian yang menyelimuti divestasi 51,4% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk membuat harga saham perusahaan pengeboran itu kemarin ditutup merosot Rp275 per saham atau 11,82% dari posisi 29 November.

Manajemen Medco semula menyatakan divestasi saham Apexindo milik PT Medco Energi Internasional Tbk diperkirakan rampung sebelum Natal. Namun, hingga kini negosiasi antara Medco dan dua calon pembeli yakni Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara masih berlangsung.

Bahkan, Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan penyelesaian divestasi saham pengeboran itu mundur lagi menjadi akhir Januari tahun depan.

Menurut dia, proses negosiasi secara paralel dengan dua calon pembeli masih dilangsungkan sampai saat ini. "Closing paling mungkin dilakukan setelah tahun baru. Dengan perhitungan masa tidak efektif sebanyak dua minggu pada bulan ini dan juga pada Januari, bisa jadi closing pada pekan ketiga atau mendekati akhir bulan depan," paparnya saat dihubungi Bisnis kemarin.

Penundaan penyelesaian penjualan saham karena beberapa faktor seperti kecocokan harga antara penjual dan pembeli, sehingga negosiasi berjalan alot. Medco meminta harga jual Rp2.700 per saham, sedangkan Abacus menawarkan harga Rp2.450.

Sebelum persaingan mengerucut pada Abacus dan Bormindo, empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Ikhsan Binarto, analis saham PT Optima Investama, menambahkan penurunan harga saham Apexindo dipicu oleh penundaan penjualan, sehingga menimbulkan sentimen negatif.

"Pemodal ritel mempunyai pikiran jangka pendek. Begitu ada ketidakpastian, mereka langsung panic selling. Itu ciri khas investor ritel Indonesia," katanya.

Namun, dia mengakui penjualan saham membutuhkan negosiasi, sehingga memerlukan waktu lama, tetapi pemodal tidak sabar menunggu keputusan akhir. Bila mengacu pada posisi rekor Rp2.575 pada penutupan perdagangan saham Apexindo pada 10 Mei, berarti harga saham emiten itu sudah anjlok lebih dari 20%.

Dengan penurunan harga tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo sudah tergerus Rp1,38 triliun menjadi Rp5,40 triliun per penutupan perda- gangan kemarin.

Hilmi menambahkan tekanan harga yang dialami saham Apexindo kemungkinan disebabkan oleh ketidakpastian penyelesaian divestasi.

Namun, dia menilai secara fundamental ki-nerja perusahaan penyedia jasa pengeboran minyak dan gas itu masih baik. Anak usaha Medco itu mempunyai kontrak jangka menengah dan panjang dengan tarif yang bagus. Apalagi, utilisasi rig juga tinggi.

Menurut Hilmi, negosiasi yang memakan waktu lebih panjang dari perkiraan dikarenakan banyak aspek di dalam kesepakatan jual beli (sale and purchase agreement/SPA) yang perlu dibahas.

Bilamana SPA pun sudah ditandatangani, biasanya selalu ada proses bringing down due diligence yang bisa memakan waktu dua hingga tiga pekan. Untuk saat ini, Hilmi tetap optimistis transaksi bisa ditutup meskipun mundur dari target semula.

Ikhsan menambahkan seharusnya manajemen Apexindo memberikan informasi panduan kepada investor, terutama soal perkembangan negosiasi. "Medco mungkin sibuk dengan negosiasi, padahal informasi panduan itu bersifat material bagi pemodal."

Sementara itu, Medco kembali menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) hingga waktu yang belum ditentukan setelah sebelumnya sempat mengubah jadwal rapat umum dari 27 Desember menjadi 31 Desember. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@ bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia