Thursday, September 20, 2007

Divestasi

Seputar Indonesia --- Divestasi saham perusahaan penyedia jasa pengeboran migas, PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh induknya PT MedcoEnergi Internasional Tbk, diperkirakan berdampak positif pada perseroan. Setelah dilepas, Apexindo akan lebih leluasa mencari sumber pendanaan untuk tumbuh secara organik maupun nonorganik dengan merger atau akuisisi. Tampak suasana saat manajemen perusahaan memberikan penjelasan tentang divestasi di Jakarta, kemarin.

Apexindo Berharap Dibeli Perusahaan Sejenis

Jakarta, Kompas - Perusahaan jasa pengeboran PT Apexindo Pratama Duta Tbk menginginkan agar investor yang akan membeli 51,385 persen saham milik Medco Energi di perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang sama bidang usahanya. Hal ini dipandang jauh lebih efektif serta bisa mendukung kinerja Apexindo ke depan.

"Jadi saat ini kemungkinannya ada dua. Apexindo dibeli perusahaan yang memang bergerak di bidang pengeboran atau dibeli oleh suatu institusi keuangan. Kalau dibeli perusahaan sejenis, kemungkinan kita akan dilebur dengan usaha mereka dan kita bisa menjadi lebih berkembang. Tapi, jika dibeli oleh investment banking atau institusi keuangan, nanti kita lihat saja apa yang akan dilakukan terhadap Apexindo," ujar Presiden Direktur Apexindo Pratama Duta Hertriono Kartowisastro, Rabu (19/9) di Jakarta.

Dia mengatakan, jika dibeli oleh sebuah institusi keuangan, sering kali hanya dibeli untuk kemudian dijual kembali.

Menurut Hertriono, 50 calon pembeli strategis yang disebutkan oleh Medco sebelumnya merupakan pihak yang diundang untuk melihat kinerja Apexindo. "Nah, 50 investor tersebut benar-benar baru memasuki tahap awal, di mana baru menandatangani confidentially agreement. Saat ini belum memasuki tenggat untuk pengembalian surat tersebut dalam rangka menyatakan minat untuk membeli Apexindo," katanya.

Setelah menyatakan minat, kemudian para investor tersebut akan memasukkan harga perkiraan. Kemudian oleh penasihat keuangan Medco dalam divestasi Apexindo tersebut, yakni Credit Suisse, akan disortir mana yang memenuhi kriteria. "Nilai perkiraan tersebut tentunya tidak boleh lebih rendah dari kapitalisasi pasar Apexindo saat ini. Jika dihitung berdasarkan harga saham terakhir (kemarin di level Rp 2.300 per saham), maka kapitalisasi kita mencapai 700 juta dollar AS," kata Hertriono.

Menurut dia, nilai perkiraan yang diberikan investor tidak boleh lebih kecil dari nilai itu. Jika lebih kecil, maka tidak akan ada bedanya dengan investor tersebut membeli saham melalui bursa.

Dari 50 investor yang diundang, menurut Hertriono, lebih banyak institusi keuangan. Untuk perusahaan sejenis kebanyakan milik asing, salah satunya dari Kanada.

Pada Agustus tahun lalu, Apexindo ditawar oleh perusahaan dari India, yakni Aban Loyd Chiles Offshore Ltd, dan sebuah perusahaan dari China. Namun, saat itu tawaran tidak diterima Medco. "Waktu itu kan harga sahamnya masih Rp 1.900, jadi belum dilepas," katanya.

Selain Medco, saat ini Apexindo dimiliki Asian Opportunities Fund I Segregated sebanyak 15,858 persen, CIMB-GK Securities Pte Ltd sebanyak 15,858 persen, dan publik sebanyak 16,742 persen.

Mengenai kinerja keuangan Apexindo, sampai Agustus sudah sesuai target. "Jika harga minyak terus naik, tentunya pengeboran minyak akan semakin banyak, dan kami bisa maksimal menggunakan semua rig yang kami miliki. Setelah semua rig terpakai kami bisa menaikkan biaya sewa per hari," kata Hertriono.(tav/joe)

Apexindo Andalkan Rig Soehana

Jakarta, Investor Daily --- Manajemen PT Apexindo Pratama Duta Tbk optimis, pendapatan usaha pada semester II 2007 akan meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu. Anjungan dan pengeboran migas (rig jack up) laut Soehana yang disewakan kepada Total E&P Indonesia sejak awal 2007 dengan tarif US$ 165 ribu per hari akan menjadi andalan perseroan.

Pada semester I 2007, Apexindo membukukan pendapatan usaha US$ 81 juta dibanding 2006 sebesar US$ 156 juta. “Kami optimis, tahun depan pendapatan Apexindo akan meningkat karena tarif penyewaaan rig Raniworo akan naik dari US$ 72 ribu per hari menjadi US$ 145 ribu per hari,” ujar Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro di Jakarta, Rabu (19/9).

Rig Raniworo saat ini disewakan kepada Crescent Petroleum Company Inc, sebuah perusahaan migas di Republik Islam Iran. Menurut rencana, rig tersebut akan kembali ke Indonesia akhir 2007. “Santo s teleh meneken kontrak untuk penyewaaan rig Raniworo senilai US$ 145 ribu per hari selama tiga tahun,” ujar Hertriono.

Dia menegaskan, kenaikan harga minyak mentah yang kemarin menembus ke level US$ 82 per barel mempengaruhi tarif sewa rig. Ketika jumlah eksplorasi migas tidak sebanyak saat ini, lanjut dia, banyak rig yang tidak terpakai. Namun, dengan naiknya harga minyak mentah, sejumlah investor yang bergerak di sektor migas mulai banyak yang melakukan pengeboran, sehingga banyak rig yang terpakai dan harga penyewaannya meningkat.

Hertriono memperkirakan, pada 2008-2009 akan ada 70 rig yang dikeluarkan dari galangan kapal dari sejumlah pabrik di luar negeri. Dia mencontohkan Amerika Serikat yang membuat rig dengan harga masing-masing rig sekitar US$ 200 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun. (pya)