Tuesday, September 25, 2007

Harga naik, Apexindo sulit buy back obligasi

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Harga obligasi PT Apexindo Pratama Duta Tbk naik di level 103%, akibatnya manajemen kerepotan menjalankan rencana pembelian kembali (buy back) obligasi pada tahun ini.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan perseroan memiliki kas yang cukup untuk menjalankan rencana buy back, yang sudah diagendakan sejak tahun lalu.

Menurut rencana, perseroan menawarkan opsi untuk membeli kembali obligasinya melalui mekanisme pasar hingga sebanyak-banyaknya US$20 juta atau setara dengan Rp184 miliar (dengan asumsi US$1= Rp9.200).

Agustinus mengatakan posisi kas perseroan memang meningkat, akan tetapi harga obligasi I/2005 sudah mencapai level 103%. Dengan harga yang premium ditambah transaksi obligasi perseroan yang likuid di pasar, dia mengatakan cukup repot untuk menjalankan buy back.

"Walau ada kas yang bisa digunakan untuk buy back, kalau harganya premium tentu tidak bermanfaat. Buy back belum tentu batal. Kami perlu hitung-hitungan lagi dalam tiga bulan ini," tuturnya pekan lalu.

Agustinus menambahkan kemungkinan buy back tetap terbuka, terlebih jika ada pemegang obligasi yang mau melepas kepemilikannya di bawah harga pasar. Pembelian diizinkan selama perseroan masih menyisakan surat utang itu tercatat di Bursa Efek Surabaya (BES).

Rencana buy back obligasi telah diinformasikan kepada para pemegang obligasi melalui BES tahun lalu. Perseroan mempunyai hak untuk membeli kembali obligasi satu tahun setelah obligasi diterbitkan.

Pada 2005, Apexindo menerbitkan surat utang yang terbagi dalam bentuk konvensional dan syariah dengan nilai masing-masing Rp510 miliar dan Rp240 miliar.

Obligasi yang jatuh tempo pada 2009 itu mempunyai tingkat bunga 12,25%, di mana obligasi syariah mengikuti patokan bunga surat utang konvensional.

Dalam perkembangan terakhir, Presdir Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan dalam rangka divestasi kepemilikan saham mayoritas di Apexindo, PT Medco Energi Internasional Tbk telah menyebarkan sebanyak 50 undangan kepada sejumlah perusahaan pembiayaan/investment banking dan perusahaan pengeboran sejenis dengan Apexindo, baik asing maupun domestik.

Konglomerat domestik

Dari daftar calon penawar itu, diakui Hertriono, sebagian besar merupakan investment banking. Di antara daftar itu pula terdapat konglomerat bisnis domestik. Namun, dia menolak menyebutkan nama.

Dia mengakui lebih menyukai pembeli yang berasal dari perusahaan sejenis, sehingga lebih mudah dalam perencanaan ke depan. "Tetapi, skala perusahaan pengeboran juga harus yang cukup besar, sehingga mampu membeli Apexindo. Di samping itu, calon pembeli tentu yang mempunyai kepentingan dan pembelian memberi nilai tambah baginya," tuturnya.

Hertriono juga mengungkapkan kemungkinan perusahaan domestik mampu membeli dengan pembiayaan dari luar negeri. "Tetapi jangan lupa banyak perusahaan di Indonesia yang sudah punya perusahaan keuangan sendiri," ujarnya.

Agustinus mengatakan ada kemungkinan konglomerat itu menggunakan nama lain, sehingga sulit terdeteksi. Saat ini, Credit Suisse yang ditunjuk sebagai penasihat keuangan dalam divestasi ini tengah melakukan beauty contest calon pembeli strategis tersebut. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia

Friday, September 21, 2007

Tujuh Perusahaan Incar Apexindo

Jakarta (Media Indonesia): Tujuh perusahaan bersaing memperebutkan 51% saham perusahaan pengeboran minyak PT Apexindo Pratama Tbk senilai lebih dari US$500 juta atau Rp4,5 triliun yang dimiliki Medco Energy (Medco).

Dari tujuh perusahaan itu, empat di antaranya merupakan perusahaan investasi asing raksasa. Sedangkan untuk calon pembeli lokal diantaranya perusahaan infrastruktur milik pengusaha Aksa Mahmud.

Sumber Media Indonesia yang mengetahui proses penawaran 51% saham Apexindo ini mengungkapkan empat perusahaan investasi asing itu adalah Texas Pasific Group (TPG) asal Amerika Serikat (AS), CVC Investment Group (AS), dan 3i Investment Group Plc asal Inggris.

TPG, Charlie, dan CVC merupakan tiga di antara lima perusahaan investasi (private equity fund) terbesar di AS. Sedangkan 3i merupakan salah satu perusahaan investasi terbesar di Inggris dan Eropa.

Di Asia Pasifik, TPG baru saja mengakuisisi maskapai penerbangan Australia, Qantas. Sedangkan di Indonesia, TPG melalui afiliasinya, North Star Equity Partners, yang dipimin pengusaha muda Patrick Walujo, juga telah mengakuisisi Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan meminati Garuda Indonesia.

Sedangkan Carlile merupakan perusahaan investasi yang secara historis selalu dipimpin mantan petinggi pemerintahan AS dari Partai Republik. Keempat perusahaan investasi asing tersebut masing-masing mengelola dana lebih dari US$100 miliar.

Peminat lokal yang turut serta dalam persaingan perebutan Apexindo antara lain PT Nusantara Infrastructure Tbk, yang mayoritas sahamnya dimiliki kelompok Bosowa melalui anak usahanya, PT Nusantara Konstruksi Indonesia (NKI).

Bosowa sendiri dimiliki oleh pengusaha asal Makassar, Aksa Mahmud. Menurut sumber tersebut, Nusantara Infrastructure sebenarnya tidak masuk dalam daftar perusahaan yang diundang oleh Medco untuk ikut tender akuisisi Apexindo. “Namun, menjelang penutupan pengajuan minat, Nusantara tiba-tiba masuk dan mengajukan surat minat,” ungkap sumber tersebut.

Sedangkan dua perusahaan lokal lainnya merupakan perusahaan investasi dan pemilik sebuah tambang batu bara di Kalimantan yang dipimpin oleh para pengusaha muda.

Nilai aset US$1,1 miliar

Sementara itu, dalam penghitungan yang dilakukan oleh Credit Suisse selaku konsultan keuangan penjualan, nilai aset Apexindo diperkirakan berkisar US$1,1 miliar atau sekitar Rp10 triliun. Jumlah ini berarti lebih dari 10 kali EBITDA (earning, before income tax depreciation and amortization) Apexindo, yang pada tahun lalu tercatat kurang lebih US$90 juta.

Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai 51% saham Apexindo yang dimiliki Medco diperkirakan bernilai kurang lebih US$500 juta.

Saat ini proses penjualan Apexindo akan segera memasuki tahap due dilligence setelah masa pengajuan minat ditutup Rabu (19/9) kemarin. Diharapkan awal November nanti proses penjualan Apexindo akan selesai.

Apexindo sendiri menginginkan investor di bidang usaha sejenis menjadi pembelinya. Hal itu dinilai lebih efektif untuk mendukung kinerja perseroan selanjutnya. “Kalau dibeli oleh perusahaan sejenis, mungkin kita akan dilebur dengan usaha mereka dan kita bisa menjadi lebih berkembang,” ujar Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro.

Selain dikuasai Medco, 32% Apexindo dimiliki oleh perusahaan pengeboran asal Norwegia, Seadrill, dan sisanya 17% dimiliki oleh publik. (Dre/CR-79/E-1)

Kontrak Rig Apexindo Naik 100%

JAKARTA (Seputar Indonesia) – PT Apexindo Pratama Duta Tbk optimistis pendapatan dari anjungan pengeboran (rig) akan meningkat dua kali lipat pada tahun depan.

Sikap optimistis manajemen perseroan didasarkan pada kenaikan tarif sewa harian yang mencapai 100% dari dua anjungan pengeboran, yang beroperasi pada paruh kedua tahun ini dan tahun depan. ”Pendapatan dari Rig Raniworo tahun depan naik dari USD72.000 menjadi USD146.000,” ungkap Direktur Utama Apexindo Pratama Duta Hertriono Kartowisastro di Jakarta kemarin. Dia menuturkan, kenaikan pendapatan yang cukup signifikan tersebut disebabkan kontrak Rig Raniworo naik 100% dibandingkan kontrak sebelumnya dari Cresent Petroleum.

Tahun ini Rig Raniworo akan dibawa dari Iran ke Jawa Timur untuk mengerjakan kontrak dari Santos. Sampai akhir tahun ini, menurut Hertriono, pendapatan perseroan juga diperkirakan meningkat dengan beroperasinya Rig Soehanah. Peningkatan pendapatan itu didorong segmen anjungan pengeboran darat yang naik 88,6% menjadi Rp529,5 miliar, dari semula Rp280,8 miliar. Di sisi lain, segmen rig laut menyumbang pendapatan Rp906,4 miliar, atau naik hanya 6% dari Rp854,7 miliar. Apexindo telah mengantongi empat kontrak pengeboran baru dan perpanjangan kontrak lama dengan total nilai proyek USD22,5 juta.

Perseroan mendapat perpanjangan kontrak USD13,9 juta untuk pengeboran selama enam bulan di Kalimantan Timur dari VICO untuk Rig 9 dan Rig 10. Kontrak untuk Rig 15 dari Pearoil (Tungkal) Limited senilai USD2,6 juta,kontrak Rig 8 sebesar USD2,5 juta dolar dari Lundin Blora BV, dan Rig 2 dari joint operation body (JOB) Pertamina- Medco Tomori senilai USD3,5 juta. Pada Desember 2006, perseroan mencatatkan pendapatan USD156 juta. Sedangkan sampai semester I/ 2007, pendapatan perseroan tercatat USD81 juta. Mengenai rencana penjualan Apexindo oleh induk perusahaan PT Medco Energi International Tbk, Hertriono berharap perseroan akan dibeli perusahaan yang mempunyai bidang sama.

Hal ini dipandang sangat membantu untuk meningkatkan kinerja perseroan. Jika dibeli sebuah institusi keuangan, sering kali hanya dibeli untuk kemudian dijual kembali. Jadi, saat ini kemungkinannya ada dua. Apexindo dibeli perusahaan yang memang bergerak di bidang pengeboran atau dibeli institusi keuangan. ”Kalau dibeli perusahaan sejenis, kemungkinan kita akan dilebur dengan usaha mereka, dan kita bisa menjadi lebih berkembang. Jika dibeli investment banking atau institusi keuangan, nanti kita lihat saja apa yang akan dilakukan terhadap Apexindo,” tambahnya.

Lebih jauh, dia menuturkan nilai penjualan Apexindo harus lebih tinggi dari kapitalisasi perseroan saat ini yang sebesar USD700 juta. ”Nilai perkiraan yang diberikan investor tidak boleh lebih kecil dari nilai itu. Jika lebih kecil maka tidak akan ada bedanya dengan investor tersebut masuk melalui pasar saham,”ujarnya. Selain Medco, saat ini Apexindo dimiliki Asian Opportunities Fund I Segregated sebanyak 15,858%, serta CIMB-GK Securities Pte Ltd sebanyak 15,858% dan publik sebanyak 16,742%.

Dihubungi terpisah, analis Bhakti Securities Budi Ruseno mempertanyakan alasan penjualan Apexindo oleh Medco. Menurut dia, hal itu sangat aneh di tengah industri pertambangan yang saat ini sedang booming. ”Ada apa Medco melepas Apexindo,”tanyanya. Budi mendukung jika nantinya Apexindo dikuasai oleh perusahaan sejenis. Hal itu akan membuat Apexindo lebih berkembang. ”Kalau perusahaan itu concern dengan usaha yang dilakukan oleh Apexindo, tentu ini akan sangat bagus,” tambahnya. (rakhmat baihaqi)

Investor Strategis Apexindo Bukan dari Kanada

Jakarta, Kompas --- Rencana PT Medco Energi Tbk untuk melepas 51,385 persen saham miliknya di PT Apexindo Pratama Duta diawali dengan mengundang 50 investor strategis. Dalam pemberitaan Rabu (19/9), disebutkan bahwa salah satu dari 50 perusahaan tersebut merupakan perusahaan dengan bidang usaha sejenis yang berasal dari Kanada. Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro kemarin menyatakan, perusahaan dari Kanada tersebut hanya merupakan ilustrasi mengenai perusahaan asing yang bergerak di bidang yang sama. Perusahaan tersebut tidak secara spesifik sebagai calon investor strategis dalam penjualan Apexindo. (*/tav)

Apexindo Optimistis Tingkatkan Pendapatan

JAKARTA, Bisnis Indonesia -- Perusahaan jasa pemboran minyak, PT Apexindo Pratama Duta Tbk, optimistis, pendapatan perseroan akan meningkat signifikan. Peningkatan tersebut akan diperoleh dari dua anjungan pengeboran (rig) yang beroperasi pada paruh kedua tahun ini dan 2008 mendatang.

''Tahun ini rig Raniworo akan dibawa dari Iran ke Jawa Timur untuk mengerjakan kontrak dari Santos," kata Dirut Apexindo, Hertriono Kartowisastro, di Jakarta, Rabu (19/9) malam. Menurutnya, pendapatan perseroan tahun depan dari rig Raniworo bisa meningkat dua kali lipat, dari 72 ribu dolar AS menjadi 146 ribu dolar AS. Menurut Hertriono, tarif sewa harian yang dikantongi Raniworo sudah naik 100 persen, dibandingkan kontrak sebelumnya bersama Cresent Petroleum.

Sementara sampai akhir tahun ini, pendapatan perseroan juga diperkirakan meningkat dengan beroperasinya rig Soehanah. Peningkatan pendapatan itu didorong segmen anjungan pengeboran darat yang naik 88,6 persen menjadi Rp529,5 miliar, dari semula Rp 280,8 miliar. Di sisi lain, segmen rig laut menyumbang pendapatan Rp 906,4 miliar, atau hanya naik 6 persen dari sebelumnya, Rp 854,7 miliar.

Pertumbuhan pendapatan tersebut terutama akan didongkrak oleh kontrak dari Total Indonesie yang didapatkan Soehanah, serta dari kontrak baru dengan Santos (Sampang) Pte Ltd untuk jack-up rig Raniworo.

Sampai saat ini Apexindo mengantongi empat kontrak pengeboran baru dan perpanjangan kontrak lama. Semua itu bertotal nilai proyek sebesar 22,5 juta dolar AS. Perseroan mendapat perpanjangan kontrak 13,9 juta dolar AS untuk pengeboran selama enam bulan di Kalimantan Timur dari VICO untuk Rig 9 dan Rig 10.

Selain itu, ada juga kontrak untuk rig 15 dari Pearoil (Tungkal) Limited senilai 2,6 juta dolar AS, kontrak rig 8 sebesar 2,5 juta dolar AS dari Lundin Blora BV, dan rig 2 dari joint operation body (JOB) Pertamina-Medco Tomori, senilai 3,5 juta dolar AS. Pada Desember 2006 lalu perseroan mencatatkan pendapatan 156 juta dolar AS. Sedangkan sampai semester pertama 2007, pendapatan perseroan tercatat 81 juta dolar AS.

Terkait rencana penjualan saham Apexindo oleh PT Medco Energi Internasional Tbk sebagai induk perusahaan, Hertriono menuturkan, pihaknya menjadi lebih leluasa dalam mencari sumber pendanaan. Dengan pendanaan dari luar, memungkinkan Apexindo tumbuh dengan cara organik seperti membeli rig baru atau non organik dengan penggabungan usaha (merger) atau akuisisi.

Medco Energi berencana menawarkan kepemilikan sahamnya di anak Apexindo kepada 50 calon pembeli strategis Internasional. Dari 50 investor yang mendapatkan penawaran, sebagian besar merupakan lembaga keuangan (investment bank company).

Hertriono menambahkan, penawaran kepada lembaga keuangan itu akan memperbesar peluang untuk mempertahankan manajerial Apexindo. Pasalnya, lembaga keuangan dipandang tidak memiliki keahlian. Ia juga tidak menutup kemungkinan calon pembeli dari pihak domestik. "Bisa saja dari pihak domestik tapi dananya masuk dari luar negeri," kata Hertriono. ria

Thursday, September 20, 2007

Divestasi

Seputar Indonesia --- Divestasi saham perusahaan penyedia jasa pengeboran migas, PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh induknya PT MedcoEnergi Internasional Tbk, diperkirakan berdampak positif pada perseroan. Setelah dilepas, Apexindo akan lebih leluasa mencari sumber pendanaan untuk tumbuh secara organik maupun nonorganik dengan merger atau akuisisi. Tampak suasana saat manajemen perusahaan memberikan penjelasan tentang divestasi di Jakarta, kemarin.

Apexindo Berharap Dibeli Perusahaan Sejenis

Jakarta, Kompas - Perusahaan jasa pengeboran PT Apexindo Pratama Duta Tbk menginginkan agar investor yang akan membeli 51,385 persen saham milik Medco Energi di perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang sama bidang usahanya. Hal ini dipandang jauh lebih efektif serta bisa mendukung kinerja Apexindo ke depan.

"Jadi saat ini kemungkinannya ada dua. Apexindo dibeli perusahaan yang memang bergerak di bidang pengeboran atau dibeli oleh suatu institusi keuangan. Kalau dibeli perusahaan sejenis, kemungkinan kita akan dilebur dengan usaha mereka dan kita bisa menjadi lebih berkembang. Tapi, jika dibeli oleh investment banking atau institusi keuangan, nanti kita lihat saja apa yang akan dilakukan terhadap Apexindo," ujar Presiden Direktur Apexindo Pratama Duta Hertriono Kartowisastro, Rabu (19/9) di Jakarta.

Dia mengatakan, jika dibeli oleh sebuah institusi keuangan, sering kali hanya dibeli untuk kemudian dijual kembali.

Menurut Hertriono, 50 calon pembeli strategis yang disebutkan oleh Medco sebelumnya merupakan pihak yang diundang untuk melihat kinerja Apexindo. "Nah, 50 investor tersebut benar-benar baru memasuki tahap awal, di mana baru menandatangani confidentially agreement. Saat ini belum memasuki tenggat untuk pengembalian surat tersebut dalam rangka menyatakan minat untuk membeli Apexindo," katanya.

Setelah menyatakan minat, kemudian para investor tersebut akan memasukkan harga perkiraan. Kemudian oleh penasihat keuangan Medco dalam divestasi Apexindo tersebut, yakni Credit Suisse, akan disortir mana yang memenuhi kriteria. "Nilai perkiraan tersebut tentunya tidak boleh lebih rendah dari kapitalisasi pasar Apexindo saat ini. Jika dihitung berdasarkan harga saham terakhir (kemarin di level Rp 2.300 per saham), maka kapitalisasi kita mencapai 700 juta dollar AS," kata Hertriono.

Menurut dia, nilai perkiraan yang diberikan investor tidak boleh lebih kecil dari nilai itu. Jika lebih kecil, maka tidak akan ada bedanya dengan investor tersebut membeli saham melalui bursa.

Dari 50 investor yang diundang, menurut Hertriono, lebih banyak institusi keuangan. Untuk perusahaan sejenis kebanyakan milik asing, salah satunya dari Kanada.

Pada Agustus tahun lalu, Apexindo ditawar oleh perusahaan dari India, yakni Aban Loyd Chiles Offshore Ltd, dan sebuah perusahaan dari China. Namun, saat itu tawaran tidak diterima Medco. "Waktu itu kan harga sahamnya masih Rp 1.900, jadi belum dilepas," katanya.

Selain Medco, saat ini Apexindo dimiliki Asian Opportunities Fund I Segregated sebanyak 15,858 persen, CIMB-GK Securities Pte Ltd sebanyak 15,858 persen, dan publik sebanyak 16,742 persen.

Mengenai kinerja keuangan Apexindo, sampai Agustus sudah sesuai target. "Jika harga minyak terus naik, tentunya pengeboran minyak akan semakin banyak, dan kami bisa maksimal menggunakan semua rig yang kami miliki. Setelah semua rig terpakai kami bisa menaikkan biaya sewa per hari," kata Hertriono.(tav/joe)

Apexindo Andalkan Rig Soehana

Jakarta, Investor Daily --- Manajemen PT Apexindo Pratama Duta Tbk optimis, pendapatan usaha pada semester II 2007 akan meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu. Anjungan dan pengeboran migas (rig jack up) laut Soehana yang disewakan kepada Total E&P Indonesia sejak awal 2007 dengan tarif US$ 165 ribu per hari akan menjadi andalan perseroan.

Pada semester I 2007, Apexindo membukukan pendapatan usaha US$ 81 juta dibanding 2006 sebesar US$ 156 juta. “Kami optimis, tahun depan pendapatan Apexindo akan meningkat karena tarif penyewaaan rig Raniworo akan naik dari US$ 72 ribu per hari menjadi US$ 145 ribu per hari,” ujar Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro di Jakarta, Rabu (19/9).

Rig Raniworo saat ini disewakan kepada Crescent Petroleum Company Inc, sebuah perusahaan migas di Republik Islam Iran. Menurut rencana, rig tersebut akan kembali ke Indonesia akhir 2007. “Santo s teleh meneken kontrak untuk penyewaaan rig Raniworo senilai US$ 145 ribu per hari selama tiga tahun,” ujar Hertriono.

Dia menegaskan, kenaikan harga minyak mentah yang kemarin menembus ke level US$ 82 per barel mempengaruhi tarif sewa rig. Ketika jumlah eksplorasi migas tidak sebanyak saat ini, lanjut dia, banyak rig yang tidak terpakai. Namun, dengan naiknya harga minyak mentah, sejumlah investor yang bergerak di sektor migas mulai banyak yang melakukan pengeboran, sehingga banyak rig yang terpakai dan harga penyewaannya meningkat.

Hertriono memperkirakan, pada 2008-2009 akan ada 70 rig yang dikeluarkan dari galangan kapal dari sejumlah pabrik di luar negeri. Dia mencontohkan Amerika Serikat yang membuat rig dengan harga masing-masing rig sekitar US$ 200 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun. (pya)

Wednesday, September 19, 2007

Medco Energi akan Divestasi Apexindo

JAKARTA, Republika -- Perusahaan minyak dan gas, Medco Energi Internasional (MEDC), berencana melakukan divestasi atas kepemilikan sahamnya di PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) karena dalam jangka panjang perseroan akan fokus dalam pengembangan hulu minyak dan gas. ''Divestasi ini rencananya akan dilakukan dengan menawarkan saham Apexindo kepada sekitar 50 calon pembeli strategis berbasis internasional,'' kata Dirut Medco, Hilmi Panigoro, dalam penjelasannya kepada BEJ, Selasa (18/9).

Untuk melakukan divestasi tersebut, kata dia, perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan. ''Saat ini perseroan sedang memproses langkah-langkah yang akan dilakukan serta dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan divestasi tersebut,'' tambahnya. Menurut Hilmi, dampak keuangan dari divestasi ini akan tergantung dari hasil divestasi tersebut. Yang pasti, dengan divestasi tersebut aktiva tetap Medco akan menurun. Namun, sebaliknya Medco akan menerima uang tunai.

Manajemen Medco yakin divestasi ini akan memberikan dampak positif terhadap rasio utang terhadap ekuitas perseroan, sedangkan pada saat yang sama hasil dari divestasi dapat dipergunakan untuk memperkuat neraca perseoran dan untuk investasi si bidang usaha hulu minyak dan gas. Berdasarkan data BEJ, pemegang saham lima persen atau lebih Apexindo per 31 Agustus 2007, terdiri dari Medco Energi menguasai 51,39 persen dan Asian Opportunities Fund I menguasai 15,86 persen.

Medco Jual Apexindo ke 50 Investor

Jurnal Nasional --- PT Medco Energi Internasional Tbk. akan mendivestasi kepemilikan sahamnya di PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Divestasi ini rencananya akan dilakukan dengan menawarkan saham Apexindo kepada sekitar 50 calon pembeli strategis berbasis internasional. "Strategi jangka panjang Medco adalah fokus dalam pengembangan hulu minyak dan gas. Oleh sebab itu, kami berencana berencana melakukan divestasi atas kepemilikan saham di Apexindo sebesar 51,3 persen," kata Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro dalam suratnya ke Bursa Efek Jakarta, Selasa (18/9).

Untuk melakukan divestasi ini perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan. "Saat ini perseroan sedang memproses langkah-langkah yang akan dilakukan serta dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan divestasi ini," ujarnya.

Menurut Hilmi, dampak keuangan yang bakal dirasakan Medco karena melakukan aksi korporasi ini akan tergantung dari hasil divestasi tersebut. "Meskipun demikian, dengan adanya divestasi aset ini, aktiva tetap Medco Energi akan turun. Namun, sebaliknya, Medco juga akan menerima uang tunai," kata dia.

Manajemen Medco yakin divestasi ini akan memberikan dampak positif terhadap rasio utang terhadap ekuitas perseroan. Dana hasil dari divestasi, dapat digunakan untuk memperkuat neraca perseroan. "Juga untuk investasi investasi Medco di bidang usaha bisnis hulu minyak dan gas bumi," kata dia.

Per Juni 2007, laba bersih Medco Energi sebesar US$29,589 juta atau meningkat 14 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sejumlah US$25,928 juta. Dari sisi operasional, pada semester I/2007 terjadi pertumbuhan pendapatan usaha menjadi sebesar US$403,358 juta, dari setahun sebelumnya, US$397,539 juta.

Sedangkan Apexindo selama semester I/2007 membukukan pendapatan usaha dan laba bersih masing-masing senilai US$81,815 juta dan US$15,007 juta. Dibandingkan periode sama setahun sebelumnya, pendapatan perseroan naik namun laba bersih terkoreksi. Per Juni 2006, pendapatan dan laba bersih Apexindo sebesar US$68,619 juta dan US$16,246 juta.

Kemarin, harga saham Medco Energi di BEJ yang ditransaksikan dengan kode perdagangan MEDC ditutup stagnan di posisi Rp3.850. Sedangkan harga saham Apexindo (APEX) naik Rp25 ke level Rp2.175.

by : Nurul Siti Nurjanah

Medco Tawarkan Apexindo

Jakarta, Kompas - Perusahaan minyak Medco Energi Internasional telah menawarkan salah satu anak perusahaannya, Apexindo Pratama Duta, kepada 50 calon pembeli strategis internasional.

"Pelepasan Apexindo ini sejalan dengan fokus Medco Energi dalam pengembangan hulu minyak dan gas," ujar Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro kepada BEJ, Selasa (18/9).

Sekretaris Perusahaan Medco Energi Sisca Alimin menambahkan, Medco akan melepaskan seluruh sahamnya di Apexindo, sekitar 51 persen. Saat ini Medco Energi menguasai 51,385 persen saham Apexindo, bersama Asian Opportunities Fund I Segregated (15,858 persen), CIMB-GK Securities Pte Ltd (15,858 persen), serta publik (16,742 persen).

Apexindo sendiri memiliki empat anak perusahaan, yaitu Apexindo Asia Pasific BV, PT Antareja Jasatama, Apexindo Khatulistiwa, dan Apexindo Offshore.

Apexindo merupakan perusahaan yang memberikan jasa pengeboran minyak, gas, dan geotermal. Selain di Indonesia, wilayah kerja Apexindo juga ada di Timur Tengah. Pekan lalu, Apexindo mendapatkan kontrak pengeboran tujuh juta dollar AS.

Hilmi mengatakan, dengan divestasi ini aktiva tetap Medco Energi akan turun, namun akan menerima uang tunai.

Pada penutupan perdagangan di bursa, harga saham Apexindo kemarin Rp 2.225 per saham.

"Manajemen Medco Energi yakin divestasi ini akan memberikan dampak positif pada rasio utang terhadap ekuitas Medco Energi, sedangkan pada saat yang sama hasil divestasi tersebut dapat dipergunakan untuk memperkuat neraca Medco Energi dan untuk investasi di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi," kata Hilmi.

Direktur Keuangan Agustinus B Lomboan berharap, tingkat profitabilitas meningkat hingga akhir tahun karena rig Raniworo segera menyelesaikan sumur terakhirnya di Petroleum Company Pty dan memulai proyek Santos di Sampang.

Selama semester I-2007, laba bersih Apexindo turun 7,4 persen, dari 16,2 juta dollar AS menjadi 15 juta dollar AS, karena penurunan laba nonkas atas transaksi swap. Pendapatan naik 19,2 persen menjadi 81,8 juta dollar AS dari 68,6 juta dollar AS periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini didorong kontribusi segmen rig darat yang naik 46,4 persen. (joe)

Medco Jual Apexindo

JAKARTA, Koran Tempo - PT Medco Energi Internasional Tbk. berencana mendivestasikan saham di PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Menurut Presiden Direktur Medco Hilmi Panigoro dalam penjelasan kepada Bursa Efek Jakarta, penjualan itu merupakan upaya perseroan untuk berfokus pada pengembangan industri hulu minyak dan gas.

Menurut dia, divestasi tersebut rencananya akan dilakukan dengan menawarkan saham Apexindo kepada kurang dari 50 calon pembeli strategis internasional. Untuk itu, perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Saat ini perseroan sedang memproses langkah-langkah yang akan dilakukan serta menyiapkan dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan rencana divestasi tersebut. SETRI

Medco Energi Lepas Saham Apexindo

Jakarta, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk akan melepas (divestasi) sahamnya di PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada 50 calon pembeli strategis. Medco kini menguasai 51,39% saham Apexindo. “Saham Medco di Apexindo tersebut akan ditawarkan kepada kurang dari 50 calon pembeli strategis berbasis internasional,” kata Dirut Medco Energi Hilmi Panigoro dalam keterangan kepada Bursa Efek Jakarta, Selasa (18/9).

Dia menjelaskan, manajemen perseroan sedang memproses lagkah-langkah termasuk mempersiapkan dokumen yang akan digunakan terkait proses divestasi yang akan dilakukan. Bersamaan dengan itu perseroan memiliki sebuah strategi jangka panjang, yaitu mengembangkan bisnis hulu minyak dan gas.

Dalam proses divestasi saham Apexindo, tambah Hilmi, perseroan menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan. Divestasi saham tersebut akan menurunkan aset tetap. Namun, bersamaan dengan itu perseroan akan menerima tambahan uang tunai. Hasil divestasi tersebut akan digunakan untuk memperkuat keuangan perseroan termasuk investasi perseroan di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi. (rad)

Fokus Migas, Medco Lego Apexindo

JAKARTA, Jawa Pos - Ingin fokus pada pengembangan industri hulu minyak dan gas, PT Medco Energi Internasional Tbk berencana menjual kepemilikan sahamnya di PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Rencananya, Medco bakal menawarkan Apexindo kepada 50 pembeli internasional.

"Divestasi dilakukan dengan menawarkan saham Apexindo kepada 50 calon pembeli strategis berbasis internasional," terang Dirut Medco Energi Hilmi Panigoro di Bursa Efek Jakarta (BEJ) kemarin. Untuk melakukan divestasi, perseroan menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Hilmi melanjutkan, Medco memang berencana mendivestasi 51,3 persen sahamnya di Apexindo sebagai strategi jangka panjang. Divestasi tersebut diharapkan berdampak positif atas rasio utang terhadap ekuitas perseroan (aktiva tetap perseroan berkurang, tetapi menerima uang tunai).

"Dana hasil divestasi akan memperkuat neraca perseroan di samping digunakan untuk investasi di bisnis hulu migas," sebutnya. Medco juga sedang memproses dokumentasi sehubungan dengan rencana divestasi tersebut. Sayangnya, Hilmi tidak menjelaskan harga yang diajukan. Namun menurut sumber, Medco mengajukan harga yang cukup tinggi sekitar lima hingga enam kali nilai buku.

Pada Agustus 2006, Medco pernah menolak tawaran dari perusahaan asal India dan Tiongkok. Saat itu, manajemen beralasan jika saham Apexindo dilepas, Medco akan sulit untuk mengamankan rig di masa mendatang. Apexindo sendiri menyumbang 15 persen dari pendapatan Medco. Pada semester I 2007, perseroan membukukan laba bersih USD 15 juta, turun 7,4 persen dibandingkan posisi yang sama 2006 sebesar USD 16,2 juta. (aan)

50 Calon pembeli ditawari Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk menawarkan saham Apexindo kepada 50 calon pembeli strategis berbasis internasional. Perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro dalam keterbukaan informasi kepada BEJ menjelaskan strategi jangka panjang Medco Energi adalah fokus dalam pengembangan hulu minyak dan gas. Atas dasar itu perseroan berencana mendivestasi atas kepemilikan sahamnya di Apexindo.

"Divestasi ini akan dilakukan dengan menawarkan saham Apexindo kepada 50 calon pembeli strategis berbasis internasional," tuturnya.

Perseroan, lanjut dia, sedang memproses langkah yang akan dilakukan serta dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan divestasi ini. (Bisnis/rni)

Minyak Mahal, Rig Laris, Rig buatan Amerika dan China sama-sama menjadi favorit

Marga Raharja, posted by kontan on 09/19/07

JAKARTA, Harian Kontan Bisnis jasa penyewaan anjungan pengeboran minyak (rig) kembali marak. Banyaknya kegiatan eksplorasi menyebabkan harga sewa rig di dalam negeri meningkat. Salah satu yang memanfaatkan pasar rig yang booming ini adalah PT Medco Energi Tbk. Perusahaan yang dikendalikan Keluarga Panigoro itu menghidupkan kembali rencana penjualan 52% saham PTApexindo Pratama Duta Tbk.

"Skedulnya belum pasti. Tahap yang telah berlangsung adalah penunjukan advisor, yaitu Credit Suisse," kata Hilmi Panigoro, CEO Medgo Group. Credit Suisse ini yang akan mencari pembeli saham Apexindo.

Mengenai berapa harga yang diharapkan Medco, Hilmi tidak mau mengungkapkannya. "Yang pasti, saat harga sewa sedang bagus, tentu kami ingin harga jual premium," ujar Hilmi.

Pendapatan sewa yang bagus itu terlihat dalam laporan keuangan Apexindo. Pendapatan sewa rig darat per hari naik hampir tiga kali lipat dari US$ 7.396 per hari jadi US$ 19.791 per hari. Sementara, rig lepas pantai naik hampir dua kali lipat menjadi US$ 53.986 per hari dari US$ 24.862 per hari.

Rig China masuk

Para pelaku industri minyak mengakui harga sewa rig saat ini sedang tinggi-tingginya. Namun mereka menyebut saat ini tak sulit untuk mencari rig. Persediaan rig berlimpah karena perusahaan penyewaan asal China ikut menawarkan rig. Hanya, karena permintaan masih stabil tinggi, maka tarif sewa tetap tinggi.

Aris Riagung, senior drilling Bumi Parahyangan Ranhill, menuturkan pengalaman perusahaannya menyewa rig. Aris, yang baru saja terlibat dalam kegiatan eksplorasi di Jonggol, menuturkan perusahaannya sempat menyewa rig seharga US$ 18 per tenaga kuda atau horse power (hp) per hari. Namun, harga sewa untuk rig yang sama kini menjadi US$ 27 per hp per hari. Itu berarti, sewa rig berkapasitas 1.500 hp buatan China tersebut naik menjadi sekitar US$ 40.500 per hari dari hanya US$ 27.000. "Kisaran kenaikan seperti itu," ungkap Aris. Harga tersebut sudah meliputi kru maupun berbagai perlengkapannya termasuk pipa-pipa untuk pengeboran.

Menurut Aris, di saat biaya sewa rig buatan Amerika mahal, keberadaan rig buatan Cina sangat membantu perusahaan minyak. "Preferensinya memang rig buatan Amerika karena lebih kuat," jelas Aris.

Namun, dari sisi kantong, rig buatan China menjadi favorit. Maklumlah, biaya sewa rig China bisa separuh dari biaya sewa rig buatan Amerika.

Kun Kurnely, Presiden and CEO PTPertamina Eksplorasi dan Produksi, yang belakangan ini juga banyak melakukan kegiatan eksplorasi, membenarkan keterangan Aris. Namun, Kun mengaku, Pertamina tidak terlalu kesulitan dalam mencari rig. "Sebagai perusahaan minyak tertua di Indonesia, kami memiliki rig sendiri. Hanya sebagian saja yang disewa," jelas Kun.

Medco Lego Apexindo, Manajemen Ingini Bidang Usaha Sejenis

Hadi Suprapto - Okezone

JAKARTA, okezone.com - Manajemen perusahaan yang bergerak di sektor jasa pengeboran, PT Apexindo Pratama Duta Tbk, menginginkan calon pembeli 51,385 persen saham milik PT Medco Energy Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha sejenis. Pasalnya, langkah ini untuk mendukung kinerja perseroan.

Demikian disampaikan oleh Direktur Utama Apexindo Pratama Duta Hertriono Kartowisastro, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (19/9/2007).

Menurut dia, saat ini perusahaan sedang dilirik oleh 50 investor. Ke-50 calon pembeli strategis itu merupakan pihak yang diundang oleh Medco untuk melihat kinerja Apexindo. "Saat ini mereka sudah memasuki seleksi tahap awal," kata dia.

Hertriono mengatakan, ke-50 calon pembeli strategis itu terdiri dari dua bidang. Yaitu perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dan institusi keuangan.

”Jadi, Apexindo bisa dibeli oleh perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran atau dibeli oleh investment banking," tambah dia.

Lebih jauh dia menambahkan, jika perseroan dibeli oleh perusahaan sejenis, kemungkinan perseroan akan dilebur dengan usaha pembeli.

"Namun, jika dibeli oleh institusi keuangan, nanti kita lihat saja apa yang akan dilakukan terhadap Apexindo. Yang jelas, mudah-mudahan nanti Apexindo bisa berkembang," harap Hertriono.

Nilai perkiraan transaksi itu diharapkan tidak kurang dari kapitalisasi pasar Apexindo. Hari ini, saham dengan kode APEX ini ditutup pada Rp2.300 per saham. Dengan kapitalisasi sekira USD700 juta. (mbs)

Apexindo Lebih Bebas Jika Dilepas Medco

Ardian Wibisono - detikfinance

Jakarta, detik.com - Divestasi saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh induknya PT Medco Energi Internasional Tbk diharapkan dapat berdampak positif pada perseroan.

Hal ini karena Apexindo akan lebih leluasa mencari sumber pendanaan dari luar selepas bebas dari Medco.

"Saat ini kondisi rise financing kita sangat mudah tapi kita tidak diizinkan mencari pinjaman karena kita dikonsolidasikan ke Medco jadi akan ikut membebani Medco," kata Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro, dalam acara buka puasa di Graha Niaga, Jakarta, Rabu (19/9/2007).

Dengan pendanaan dari luar memungkinkan Apexindo tumbuh dengan cara organik seperti membeli rig baru atau non organik dengan merger atau akuisisi.

Menurutnya, salah satu alasan Apexindo tidak jadi menambah rig karena tidak memungkinkannya menambah pinjaman lagi.

Hertriono juga memprediksi pendapatan perseroan semester II-2007 akan melonjak dibanding tahun lalu karena beroperasinya rig Soehanah.

Sampai semester I-2007 pendapatan perseroan tercatat US$ 81 juta dibanding akhir tahun 2006 sebesar US$ 156 juta.

Tahun depan pendapatan juga akan semakin meningkat karena pendapatan dari rig Raniworo akan meningkat dua kali lipat dari US$ 72 ribu menjadi US$ 146 ribu.

Tahun ini rig Raniwori akan dibawa dari Iran ke Jawa Timur untuk mengerjakan kontrak dari Santos.

Terkait dengan divestasi, Hertriono juga mengatakan dari 50 investor yang dikirim tawaran sebagian besar ke investment bank company.

Menurutnya, jika dibeli investment bank company kemungkinan manajmen Apexindo tetap akan dipertahankan karena mereka tidak punya keahlian. Sementara jika dibeli oleh driling company kemungkinan yang dipakai hanya staf saja.

Hertriono juga tidak menutup kemungkinan calon pembeli dari pihak domestik.
"Bisa saja dari pihak domestik tapi fund-nya masuk dari luar negeri," katanya.

Saat ini kapitalisasi pasar Apexindo sekitar US$ 700 juta.
(ir/ir)

Tuesday, September 18, 2007

Medco Tawarkan Apexindo ke 50 Investor

Ardian Wibisono - detikfinance
Jakarta, detik.com - PT Medco Energi Internasional Tbk akan menawarkan kepemilikan sahamnya di anak usahanya PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada sekitar 50 calon pembeli strategis Internasional.Demikian disampaikan Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro dalam penjelasannya ke Bursa Efek Surabaya, Selasa (18/9/2007)."Untuk melakukan divestasi ini perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan," ujar Hilmi.Menurut Hilmi Medco memang telah berencana melakukan divestasi atas kepemilikan sahamnya di Apexindo yang sebesar 51,3 persen sebagai strategi jangka panjang perseroan ke pengembangan hulu migas.Hilmi juga yakin dampak divestasi Apexindo akan positif atas rasio utang terhadap ekuitas perseroan. Dana hasil divestasi juga akan memperkuat neraca perseroan disamping akan digunakan untuk investasi Medco di bisnis hulu migas."Saat ini perseroan sedang memproses langkah-langkah yang akan dilakukan serta dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan divestasi ini," ujarnya. (ard/ir)

Medco Energi akan Divestasi Apexindo

JAKARTA, Media Indonesia Online: Perusahaan minyak dan gas PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) berencana melakukan divestasi atas kepemilikan sahamnya di PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) karena dalam jangka panjang perseroan akan fokus dalam pengembangan hulu minyak dan gas.

"Divestasi ini rencananya akan dilakukan dengan menawarkan saham Apexindo kepada kurang dari 50 calon pembeli strategis berbasis internasional," kata Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ) di Jakarta, Selasa.

Untuk melakukan divestasi tersebut, kata dia, perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasehat keuangan.

"Saat ini perseroan sedang memproses langkah-langkah yang akan dilakukan serta dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan divestasi tersebut," tambahnya.

Menurutnya, dampak keuangan dari divestasi ini akan tergantung dari hasil divestasi tersebut. Meski demikian, dengan adanya divestasi ini aktiva tetap Medco Energi akan menurun, namun sebaliknya Medco Energi akan menerima uang tunai.

Manajemen Medco Energi yakin divestasi ini akan memberikan dampak positif terhadap rasio utang terhadap ekuitas perseroan, sedangkan pada saat yang sama hasil dari divestasi dapat dipergunakan untuk memperkuat neraca Medco Energi dan untuk investasi perseroan di bidang usaha hulu minyak dan gas, jelasnya.

Berdasarkan data BEJ, pemegang saham lima persen atau lebih Apexindo per 31 Agustus 2007, terdiri dari Medco Energi menguasai 51,39% dan Asian Opportunities Fund I Segregated P. menguasai 15,86%. (ant/OL-1)

Dampak divestasi positif bagi Apexindo

Bisnis Indonesia --- Beberapa waktu yang lalu informasi rencana di vestasi saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh induknya PT Medco Energi Internasional Tbk bocor ke pasar.

Kemungkinan penjualan 52% saham itu muncul kembali setelah Presdir Medco Hilmi Panigoro menyatakan akan men jual kepemilikannya di Apexindo jika harganya sesuai.

Pihak yang disebut-sebut berminat adalah Aban Loyd Chiles, China Oilfield Services, dan perusahaan energi asal Norwegia SeaDrill yang telah memiliki 31,8% saham Apexindo.

Apexindo juga merampungkan studi perbandingan terhadap 14 perusahaan penyedia jasa terkait serupa dengannya, di mana valuasi terendah sebesar 1,7 kali P/BV (valuasi harga saham dibandingkan nilai buku per saham). Selain itu, sebanyak 50% dari perusahaan tersebut diperdagangkan dengan kisaran P/BV antara dua kali hingga tiga kali.

Analis CIMB-GK Securities Indonesia Robert Adair mengatakan dengan menerapkan P/BV sebesar 1,7 kali yang dikalikan revaluasi aset akan memberikan target harga yang konservatif sebesar Rp2.700 per saham, di atas valuasi Rp1.900 per saham saat Medco menolak calon pembeli anak usahanya itu tahun lalu.

Selama ini Apexindo menyumbang 15% pendapatan Medco. Adair memperkirakan kontribusi tersebut meningkat sebesar 21% pada 2008.

Kontribusi laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi ( earning before interest, tax, depreciation, and amortization/EBITDA) diharapkan juga lebih tinggi yakni sekitar 27% untuk tahun ini dan 2008.

Kelemahan Apexindo terhadap Medco adalah utang bersih konsolidasi. Padahal, Medco juga mempunyai program belanja modal yang relatif agresif untuk 2007-2009, dalam rangka menjaga produksi di Rimau PSC dan menemukan serta mengembangkan sumur eksplorasi di Libya, Senoro Toili PSC, Block A PSC, dan aset lainnya.

Pembelian jack-up ketiga yang di rencanakan oleh Apexindo diperkirakan bakal men dorong konsolidasi net gearingdi atas 100%, akan tetapi divestasi akan memangkas net gearing konsolidasi hingga separuh.

Kekecewaan Medco terhadap kegiatan eksplorasi dan produksi di Tanah Air akan tertutupi dengan EBITDA Apexindo yang solid. Ini akan mendukung valuasi saham perseroan di harga sekarang.

"Akan tetapi kami percaya keberhasilan eksplorasi di Area 47, Libya akan menyediakan dukungan penting lain bagi Medco, meningkatkan kemungkinan penjualan Apexindo. Kami melihat indikasi divestasi Medco akan berdampak positif bagi harga saham Apexindo," papar Adair dalam risetnya yang terbit 7 Agustus 2007.

Dia menegaskan rekomendasi outperform terhadap saham Apexindo. Dia juga menargetkan saham berkode APEX ini pada level Rp3.000. Pada perdagangan Jumat saham APEX stagnan di level Rp2.125. Sebelumnya dalam lima hari terakhir harga itu stagnan di posisi Rp2.000.

Namun, Adair juga mengatakan jika Medco memutuskan untuk mendivestasikan kepemilikannya di Apexindo maka valuasi untuk perusahaan pengeboran sejenis di kawasan terlihat berada pada level target harga Rp2.700.

Pendapatan naik

Dalam laporan kinerja semester I/2007, Apexindo membukukan pendapatan US$82 juta, atau naik 19% dibandingkan tahun sebelumnya dan naik 28% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Jumlah pendapatan itu sejalan dengan ekspektasi CIMB-GK, meski tidak begitu dengan perolehan laba bersih. Laba bersih perseroan yang sebesar US$15 juta berada 10% di bawah perkiraan akibat kenaikan biaya bunga dan pengeluaran lainnya.

Secara rinci untuk kinerja per Juni itu, rig (alat pengeboran migas) lepas pantai menyumbang 62% pendapatan perseroan meskipun tingkat utilisasi tidak penuh, hanya 75%. Di sisi lain, rig darat yang menyumbang 38% pendapatan mencapai tingkat utilisasi sebesar 69%, mendekati utilisasi maksimum dengan mempertimbangkan waktu istirahat (downtime) yang diperlukan bagi rig di antara pekerjaan.

Sementara itu, dalam kurun waktu enam bulan pertama tahun ini Apexindo tercatat memiliki kas setara dengan US$41 juta, utang US$201 juta, dan ekuitas pemegang saham sebesar US$218 juta.

Hal ini menjadikan net gearing perseroan berada di level 74%, meningkat dibandingkan per Maret 2007 yang sebesar 28%. Peningkatan ini mencerminkan beban biaya perseroan pasca penerimaan jack-up rigSoehanah.

Adair juga mengatakan pertumbuhan yang telah dicapai perseroan pada kuartal kedua memastikan pertumbuhan pendapatan lanjutan dapat diharapkan pada kuartal berikutnya di tahun ini.

Pertumbuhan tersebut terutama akan didongkrak oleh kontrak dari Total Indonesie yang didapatkan Soehanah dan juga dari kontrak baru dengan Santos (Sampang) Pte Ltd untuk jack-up rig Raniworo.

Kedua kontrak ini akan men jadi kontribusi penuh bagi pendapatan Apexindo pada kuartal ketiga. Sebagai catatan, tarif sewa harian yang dikantongi Raniworo sudah naik 100% dibandingkan kontrak sebelumnya yang didapat dari Cresent Petroleum.

"Kami percaya Apexindo berada di tahap awal siklus multitahunan untuk kenaikan tarif harian baik itu pada rig darat, swamp barges, dan jack-up rig. Kontrak multitahun yang didapat rig lepas pantai menunjukkan kuatnya visibilitas kenaikan tersebut hingga 2009," kata Adair.

Dia juga mengungkapkan keyakinannya atas rencana Apexindo membeli jack-up rig ketiga. Adair mengalkulasikan jika investasi senilai US$200 juta dilakukan pada Januari 2008, maka perseroan mengantongi biaya sewa US$165.000 per hari. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh PUDJI LESTARI
Wartawan Bisnis Indonesia

Monday, September 17, 2007

Harga minyak tak 'bakar' saham energi

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Kenaikan harga minyak mentah dunia, yang sempat mencapai US$80 per barel, belum sanggup menggerakkan harga saham emiten pertambangan dan energi maupun sektor terkait. Namun, harga minyak diperkirakan turun awal bulan depan.

Harga minyak mentah di pasar dunia meroket sejak 15 Juni 2007 ke level US$69 per barel. Harga sumber energi ini terus menanjak ke level rata-rata U$70 per barel dan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu US$80 per barel, pada 12 September 2007, setelah badai Humberto memaksa penutupan tiga kilang minyak di Texas, AS.

Kontrak minyak mentah di New York Mercantile Exchange untuk Oktober tercatat US$80,09 per barel.

Kemudian, pada akhir pekan lalu harga kontrak minyak untuk pengiriman Oktober mulai turun tipis menjadi US$79,60 per barel. Harga melonjak 26% sepanjang tahun ini ketika harga pada awal tahun berada di level US$63,41 per barel.

Head of Research Mega Capital Indonesia Felix Sindhunata mengatakan kenaikan harga minyak mentah dunia telah mendorong harga saham sejumlah perusahaan minyak di bursa Wall Street, AS.

Tetapi dampak itu tidak terjadi di Indonesia. Harga saham emiten yang berbasis usaha penambangan migas, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), tidak mengalami pergerakan berarti.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga saham Medco naik Rp50 menjadi Rp3.900, sedangkan saham Energi naik Rp10 menjadi Rp850. Namun, menurut Felix, kenaikan itu lebih banyak disebabkan oleh sentimen individu saham.

"Untuk menggerakkan harga saham dibutuhkan penjelasan lain, kecuali kenaikan harga minyak mentah dunia. Di Indonesia memang unik, kenaikan harga tidak bisa dijadikan patokan," tuturnya.

Selain itu, lanjut Felix, kenaikan harga minyak mentah baru berkorelasi terhadap peningkatan kinerja emiten jika berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama, bukan temporer seperti sekarang.

Di saat yang sama, kenaikan harga minyak mentah diharapkan mendorong konsumen mendiversifikasi sumber energi ke gas dan batu bara. Namun, kenaikan yang signifikan juga belum terlihat pada saham perusahaan batu bara, seperti PT Bumi Resources Tbk dan PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk.

Sentimen individu

Harga saham Bumi Jumat pekan lalu naik Rp25 menjadi Rp2.975, Bukit Asam stagnan di level Rp6.000. Kenaikan harga ini juga didorong oleh sentimen, bukan sebagai dampak dari meningkatnya harga minyak mentah di pasar dunia.

Menurut Felix, tingkat permintaan batu bara dari Jepang sekarang relatif stabil, sehingga pergerakan harga bahan tambang itu pun stabil.

Emiten lain yang menyediakan jasa terkait dengan energi, seperti PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) dan PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK), juga tidak bergerak banyak. Sementara itu, harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) naik Rp400 menjadi Rp10.850.

Maizar Rahman, Gubernur Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk Indonesia, mengatakan setelah penambahan kuota produksi anggotanya, sebesar 500.000 barel per hari dari sebelumnya 25,8 juta bph yang dimulai 1 November 2007, penurunan harga bakal terjadi awal Oktober 2007. Dengan catatan faktor lain seperti badai dan kegiatan spekulasi di pasar berjangka AS juga mereda.

Namun, OPEC tidak pernah menetapkan harga, karena harga ditentukan mekanisme pasar. OPEC hanya memasok 40% dari pasokan dunia.

"OPEC hanya dapat melakukan manajemen pasokan ketika harga melonjak atau terlalu rendah akibat kelebihan/kekurangan pasokan. Sementara itu, kalau penyebabnya faktor lain, seperti gangguan pada kilang minyak, pipa, cuaca, geopolitik, OPEC tidak dapat berbuat apa-apa," tutur Maizar kepada Bisnis. (Rahayuningsih) (pudji.lestari@bisnis.co.id/berliana.elisabeth@ bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & Berliana Elisabeth S.
Bisnis Indonesia

Saturday, September 15, 2007

Medco Hires Credit Suisse to Sell Service Unit Stake

By Leony Aurora, Bloomberg, Jakarta, The Jakarta Post -- PT Medco Energi Internasional, Indonesia's biggest publicly traded oil company, said Credit Suisse will help sell its 52 percent stake in a drilling service unit. The unit’s shares surged as much as 11 percent.

PT Apexindo Pratama Duta may post net income of $75 million next year and should be valued at 12 times its future earnings, President Hilmi Panigoro said in a telephone interview Friday. That values the company at $900 million, or a 51 percent premium to Apexindo's market value as of Thursday.

Medco plans to sell the stake because rig rentals have peaked, Panigoro said on July 19. The rates have more than tripled since 2004 as explorers step up efforts to find oil and benefit from record crude prices. Medco in August last year scrapped talks to sell the stake with companies including India's Aban Offshore Ltd. and China Oilfield Services Ltd.

“Medco should sell Apexindo if it wants to focus on its exploration and production activities,” Ahmad Solihin, an analyst at PT Mandiri Sekuritas, said in Jakarta Friday. “It won’t have the capital to support Apexindo’s growth as the rig business is quite expensive.”

Apexindo jumped as much as Rp 225, its biggest intraday gain in four months, to Rp 2,350 on the Jakarta Stock Exchange Friday. It traded at Rp 2,250 at 2:21 p.m. Medco climbed 1.3 percent to Rp 3,900 on the bourse.

``At the right price, everything is for sale,'' Panigoro said. The company is trading at 9.9 times next year’s earnings, according to Bloomberg data.

Apexindo is valued at about Rp 2,500 a share based on its assets, according to Mandiri’s Sholihin, who has a “ buy”recommendation on the share. That’s an 18 percent premium to the company’s closing price Thursday.

Medco expects to complete the stake sale by the end of the first quarter of next year, Panigoro said.

Apexindo rose 2.4 percent to 2,175 rupiah at 10.a.m. on the Jakarta Stock Exchange today. The company is traded at 9.4 times next year's earnings, according to Bloomberg data.

The Bisnis Indonesia newspaper today reported that the stake in Apexindo has been offered to as many as 30 potential investors, including TPG Inc., a U.S. private equity firm, and Ashmore Group Plc.

``Credit Suisse is always in talks with TPG, as it's a client,'' Panigoro said. ``It's too early to say with whom we may be speaking to.''

Apexindo owns and operates nine onshore drilling rigs, and four swamp barges contracted by the Indonesian unit ot Total SA. Its also operates one jack-up rig in the Middle East for Norway Statoil ASA and another one in Total’s field in East Kalimantan.

Apexindo is 32-percent owned by SeaDrill Ltd., a company controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen.

Friday, September 14, 2007

Medco Hires Credit Suisse to Sell Service Unit Stake (Update1)

By Leony Aurora

Sept. 14 (Bloomberg) -- PT Medco Energi Internasional, Indonesia's biggest publicly traded oil company, has appointed Credit Suisse to help sell its 52 percent stake in a drilling service unit, President Hilmi Panigoro said.

The unit, PT Apexindo Pratama Duta, may post net income of $75 million next year and should be valued at 12 times its future earnings, Panigoro said in a telephone interview today. That values the company at $900 million, or a 51 percent premium to Apexindo's market value as of yesterday.

Medco is ``open'' to offer the stake as rig rates have peaked, Panigoro said on July 19. Rig rates have more than tripled since 2004 as explorers step up efforts to find oil and benefit from record crude prices. Medco in August last year scrapped talks to sell the stake with companies including India's Aban Offshore Ltd. and China Oilfield Services Ltd.

``At the right price, everything is for sale,'' Panigoro said. Medco expects to complete the stake sale by the end of the first quarter of next year, Panigoro said.

Apexindo rose 2.4 percent to 2,175 rupiah at 10.a.m. on the Jakarta Stock Exchange today. The company is traded at 9.4 times next year's earnings, according to Bloomberg data.

The Bisnis Indonesia newspaper today reported that the stake in Apexindo has been offered to as many as 30 potential investors, including TPG Inc., a U.S. private equity firm, and Ashmore Group Plc.

``Credit Suisse is always in talks with TPG, as it's a client,'' Panigoro said. ``It's too early to say with whom we may be speaking to.''

Apexindo is 32-percent owned by SeaDrill Ltd., a company controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen.

To contact the reporter on this story: Leony Aurora in Jakarta at laurora@bloomberg.net

Last Updated: September 13, 2007 23:10 EDT

Apexindo raih kontrak US$7 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) mendapatkan kontrak senilai US$7 juta untuk beberapa pekerjaan pengeboran darat dari tiga klien berbeda.

Apexindo mendapat kontrak untuk Rig 8 dari EMP Kangean Limited di Blok Kangean, Jawa Timur selama tiga bulan denan nilai US$2,1 juta. Dari Rig 2, Apexindo meneken kontrak empat bulan senilai US$2,8 juta dengan JOB Pertamina-Medco Simenggaris Pty. Ltd.

Sementara itu, Rig 14, Apexindo digandeng Vico Indonesia untuk mengebor di Lapangan Mutiara, Kaltim selama enam bulan dengan nilai US$2,1 juta. (Bisnis/raf)

Calon pemodal masukan surat minat dan indikasi harga hari ini, TPG & Ashmore ditawari saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Perusahaan yang dikendalikan keluarga Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk, menawarkan 52% saham PT Apexindo Pratama Tbk kepada 20-30 pemodal strategis dari domestik maupun luar negeri.

Sejumlah perusahaan yang ditawari untuk membeli saham Apexindo di antaranya adalah perusahaan raksasa private equity Texas Pacific Group (TPG), Grup 3I, Ashmore, Recapital, dan sejumlah institusi keuangan luar negeri seperti di Timur Tengah. Dalam proses penjualan saham itu, Medco dibantu oleh bank investasi asing Credit Suisse sebagai penasihat.

Seorang eksekutif yang terlibat dalam transaksi ini mengatakan sebagian besar investor yang ditawari Medco untuk membeli Apexindo berasal dari luar negeri.

"Valuasi saham yang ditawarkan oleh Medco cukup tinggi bisa mencapai enam kali nilai bukunya. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan antara Medco dan calon pembeli karena ini juga baru penawaran awal," ujarnya kemarin.

Calon pembeli diminta memasukkan surat minat terhadap Apexindo hari ini, sekaligus mencantumkan indikasi harga awal.

Medco, katanya, ingin menjual saham Apexindo di posisi Rp2.400 per saham, premium dari harga penutupan kemarin Rp2.125, naik dari penutupan sebelumnya Rp2.050.

Selain Medco, 32% saham Apexindo dipegang oleh SeaDrill Ltd yang dikendalikan oleh konglomerat Norwegia John Fredriksen.

Bisnis meminta konfirmasi kepada Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro, tetapi yang bersangkutan tidak menjawab panggilan telepon selulernya. Bahkan, hingga berita ini diturunkan, Hilmi belum merespons pertanyaan yang disampaikan melalui layanan pesan singkat.

Pada Agustus tahun lalu, Medco menolak tawaran dari perusahaan asal India dan China untuk membeli 52% kepemilikannya di Apexindo. Saat itu, manajemen Medco beralasan jika penjualan dilakukan, Medco akan sulit untuk mengamankan rig di masa datang, tatkala persaingan menaikkan tingkat penyewaan alat pengeboran itu.

Dalam risetnya pada 7 Agustus, CIMB-GK Securities menyatakan Apexindo merampungkan studi perbandingan terhadap 14 perusahaan penyedia jasa terkait serupa dengannya, di mana valuasi terendah 1,7 kali price to book value (rasio harga saham dibandingkan nilai buku per saham/PBV). Selain itu, 50% dari perusahaan tersebut diperdagangkan dengan kisaran P/BV antara dua kali hingga tiga kali.

Analis CIMB-GK Securities Indonesia Robert Adair mengatakan dengan menerapkan P/BV 1,7 kali yang dikalikan revaluasi aset akan memberikan target harga Apexindo yang konservatif Rp2.700 per saham, di atas valuasi Rp1.900 per saham saat Medco menolak calon pembeli anak usahanya itu tahun lalu.

Kontribusi naik

Apexindo menyumbang 15% pendapatan Medco. Adair memperkirakan kontribusi itu naik 21% pada 2008. Sumbangan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earning before interest, tax, depreciation, and amortization/EBITDA) juga diharapkan juga lebih tinggi yakni 27% pada tahun ini dan 2008.

Apexindo membukukan laba bersih semester I/2007 US$15 juta, turun 7,4% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu US$16,2 juta, menyusul penurunan keuntungan nonkas akibat transaksi swap.

Selain itu, perseroan membukukan EBITDA US$38,6 juta, naik 28,7% dibandingkan US$30 juta pada triwulan II/2006. Dalam kurun enam bulan pertama tahun ini Apexindo tercatat memiliki kas setara dengan US$41 juta, utang US$201 juta, dan ekuitas pemegang saham US$218 juta.

Hal ini menjadikan net gearing perseroan berada di level 74%, meningkat dibandingkan per Maret 2007 yang sebesar 28%. Peningkatan ini mencerminkan beban biaya perseroan pascapenerimaan jack-up rig Soehanah. (munir.haikal@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Wednesday, September 12, 2007

Apexindo raih kontrak US$7 juta

oleh : Rudi Ariffianto

JAKARTA (Bisnis Indonesia Online): PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) meraih kontrak US$7 juta untuk pemboran darat dari tiga klien berbeda.

Apexindo mendapat kontrak untuk Rig 8 dari EMP Kangean Limited di Blok Kangean, Jatimm selama tiga bulan bernilai US$2,1 juta. Dari Rig 2, Apexindo meneken kontrak empat bulan senilai US$2,8 juta dengan JOB Pertamina-Medco Simenggaris Pty. Ltd. Sedangkan Rig 14, Apexindo digandeng Vico Indonesia untuk mengebor di Lapangan Mutiara, Kaltim, selama enam bulan bernilai US$2,1 juta.

"Walaupun harus bersaing ketat, Apexindo tetap dapat berpartisipasi. Saat ini, seluruh rig darat Apexindo sedang bekerja," kata Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro dalam siaran persnya.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan menambahkan pihaknya akan terus bersaing mendapatkan kontrak baru. Segmen rig darat berkontribusi pendapatan signifikan bagi pertumbuhan perusahaan. Apalagi, kata dia, permintaan rig darat saat ini terus meningkat.

"Dalam beberapa tahun terakhir, segmen rig darat memberikan kontribusi pendapatan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan Apexindo secara keseluruhan. Hal ini juga didukung tingginya permintaan akan jasa pemboran rig darat belakangan ini," tuturnya. (tw)

Apexindo Raih Kontrak US$ 7 Juta

Jakarta, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) berhasil mendapatkan kepastian kontrak untuk pekerjaan pemboran darat senilai US$ 7 juta. Apexindo telah menandatangani kontrak pekerjaan jasa pengeboran darat untuk Rig 8 dengan EMP Kangean Limited di Blok Kangean, Jawa Timur selama tiga bulan dengan nilai kontrak US$ 2,1 juta.

Sedangkan untuk Rig 2, perseroan mendapatkan pekerjaan dari JOB Pertamina-Medco Simenggaris Pte Ltd senilai sekitar US$ 2,8 juta untuk periode empat bulan di Kalimantan Timur. Untuk Rig 14, Apexindo mendapatkan kontrak dari VICO Indonesia di Lapangan Mutiara, Kalimantan Timur senilai US$ 2,1 juta untuk jangka waktu enam bulan.

“Keberhasilan Perseroan mendapatkan kontrak-kontrak itu menunjukan bahwa Apexindo masih memimpin pasar pengeboran darat, walaupun persaingan di segmen tersebut masih ketat,” kata Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro dalam siaran persnya, Selasa (11/9).

Direktur Apexindo Agustinus B Lomboan menambahkan, segmen rig darat dapat memberikan kontribusi pendapatan yang cukup siginifikan terhadap pertumbuhan perseroan secara keseluruhan. Untuk mempertahankan prestasi itu, Apexindo terus mengincar kontrak-kontrak baru yang menarik seiring tingginya permintaan jasa penegboran rig darat. (jau)

Apexindo Dapatkan Kontrak Senilai 7 Juta Dollar AS

Kompas --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak pengeboran dengan menggunakan tiga rig senilai 7 juta dollar AS. Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro, dalam siaran pers, Selasa (11/9), menjelaskan, tiga rig yang disewakan adalah Rig 8 kepada EMP Kangean Limited untuk pengeboran darat di Blok Kangean senilai 2,1 juta dollar AS. Kedua, Rig 2 mendapatkan pekerjaan dari Medco Simenggaris Pty Ltd senilai 2,8 juta dollar AS. Ketiga, Rig 14 dikontrak oleh VICO Indonesia untuk pekerjaan di Lapangan Mutiara, Kalimantan Timur, senilai 2,1 juta dollar AS. (*/TAV)

Thursday, September 6, 2007

Saham ESOP Apexindo Dicatatkan

Jakarta, Bisnis Indonesia --- Saham baru PT Apexindo Pratama Duta Tbk hasil pelaksanaan employee stock option program (ESOP) dicatatkan di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan keterbukaan informasi, kemarin, disebutkan jumlah saham hasil konversi ESOP itu mencapai 82.500 saham di mana pencatatan dan mulai diperdagangkan pada 6 September 2007.

Akibat pencatatan itu, jumlah saham Apexindo Pratama yang tercatat di BEJ seluruhnya mencapai 2,63 miliar saham, sedangkan ESOP yang belum dikonversi setara dengan 26,95 juta saham. (Bisnis/wiw)