Bisnis Indonesia --- Beberapa waktu yang lalu informasi rencana di vestasi saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh induknya PT Medco Energi Internasional Tbk bocor ke pasar.
Kemungkinan penjualan 52% saham itu muncul kembali setelah Presdir Medco Hilmi Panigoro menyatakan akan men jual kepemilikannya di Apexindo jika harganya sesuai.
Pihak yang disebut-sebut berminat adalah Aban Loyd Chiles, China Oilfield Services, dan perusahaan energi asal Norwegia SeaDrill yang telah memiliki 31,8% saham Apexindo.
Apexindo juga merampungkan studi perbandingan terhadap 14 perusahaan penyedia jasa terkait serupa dengannya, di mana valuasi terendah sebesar 1,7 kali P/BV (valuasi harga saham dibandingkan nilai buku per saham). Selain itu, sebanyak 50% dari perusahaan tersebut diperdagangkan dengan kisaran P/BV antara dua kali hingga tiga kali.
Analis CIMB-GK Securities Indonesia Robert Adair mengatakan dengan menerapkan P/BV sebesar 1,7 kali yang dikalikan revaluasi aset akan memberikan target harga yang konservatif sebesar Rp2.700 per saham, di atas valuasi Rp1.900 per saham saat Medco menolak calon pembeli anak usahanya itu tahun lalu.
Selama ini Apexindo menyumbang 15% pendapatan Medco. Adair memperkirakan kontribusi tersebut meningkat sebesar 21% pada 2008.
Kontribusi laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi ( earning before interest, tax, depreciation, and amortization/EBITDA) diharapkan juga lebih tinggi yakni sekitar 27% untuk tahun ini dan 2008.
Kelemahan Apexindo terhadap Medco adalah utang bersih konsolidasi. Padahal, Medco juga mempunyai program belanja modal yang relatif agresif untuk 2007-2009, dalam rangka menjaga produksi di Rimau PSC dan menemukan serta mengembangkan sumur eksplorasi di Libya, Senoro Toili PSC, Block A PSC, dan aset lainnya.
Pembelian jack-up ketiga yang di rencanakan oleh Apexindo diperkirakan bakal men dorong konsolidasi net gearingdi atas 100%, akan tetapi divestasi akan memangkas net gearing konsolidasi hingga separuh.
Kekecewaan Medco terhadap kegiatan eksplorasi dan produksi di Tanah Air akan tertutupi dengan EBITDA Apexindo yang solid. Ini akan mendukung valuasi saham perseroan di harga sekarang.
"Akan tetapi kami percaya keberhasilan eksplorasi di Area 47, Libya akan menyediakan dukungan penting lain bagi Medco, meningkatkan kemungkinan penjualan Apexindo. Kami melihat indikasi divestasi Medco akan berdampak positif bagi harga saham Apexindo," papar Adair dalam risetnya yang terbit 7 Agustus 2007.
Dia menegaskan rekomendasi outperform terhadap saham Apexindo. Dia juga menargetkan saham berkode APEX ini pada level Rp3.000. Pada perdagangan Jumat saham APEX stagnan di level Rp2.125. Sebelumnya dalam lima hari terakhir harga itu stagnan di posisi Rp2.000.
Namun, Adair juga mengatakan jika Medco memutuskan untuk mendivestasikan kepemilikannya di Apexindo maka valuasi untuk perusahaan pengeboran sejenis di kawasan terlihat berada pada level target harga Rp2.700.
Pendapatan naik
Dalam laporan kinerja semester I/2007, Apexindo membukukan pendapatan US$82 juta, atau naik 19% dibandingkan tahun sebelumnya dan naik 28% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Jumlah pendapatan itu sejalan dengan ekspektasi CIMB-GK, meski tidak begitu dengan perolehan laba bersih. Laba bersih perseroan yang sebesar US$15 juta berada 10% di bawah perkiraan akibat kenaikan biaya bunga dan pengeluaran lainnya.
Secara rinci untuk kinerja per Juni itu, rig (alat pengeboran migas) lepas pantai menyumbang 62% pendapatan perseroan meskipun tingkat utilisasi tidak penuh, hanya 75%. Di sisi lain, rig darat yang menyumbang 38% pendapatan mencapai tingkat utilisasi sebesar 69%, mendekati utilisasi maksimum dengan mempertimbangkan waktu istirahat (downtime) yang diperlukan bagi rig di antara pekerjaan.
Sementara itu, dalam kurun waktu enam bulan pertama tahun ini Apexindo tercatat memiliki kas setara dengan US$41 juta, utang US$201 juta, dan ekuitas pemegang saham sebesar US$218 juta.
Hal ini menjadikan net gearing perseroan berada di level 74%, meningkat dibandingkan per Maret 2007 yang sebesar 28%. Peningkatan ini mencerminkan beban biaya perseroan pasca penerimaan jack-up rigSoehanah.
Adair juga mengatakan pertumbuhan yang telah dicapai perseroan pada kuartal kedua memastikan pertumbuhan pendapatan lanjutan dapat diharapkan pada kuartal berikutnya di tahun ini.
Pertumbuhan tersebut terutama akan didongkrak oleh kontrak dari Total Indonesie yang didapatkan Soehanah dan juga dari kontrak baru dengan Santos (Sampang) Pte Ltd untuk jack-up rig Raniworo.
Kedua kontrak ini akan men jadi kontribusi penuh bagi pendapatan Apexindo pada kuartal ketiga. Sebagai catatan, tarif sewa harian yang dikantongi Raniworo sudah naik 100% dibandingkan kontrak sebelumnya yang didapat dari Cresent Petroleum.
"Kami percaya Apexindo berada di tahap awal siklus multitahunan untuk kenaikan tarif harian baik itu pada rig darat, swamp barges, dan jack-up rig. Kontrak multitahun yang didapat rig lepas pantai menunjukkan kuatnya visibilitas kenaikan tersebut hingga 2009," kata Adair.
Dia juga mengungkapkan keyakinannya atas rencana Apexindo membeli jack-up rig ketiga. Adair mengalkulasikan jika investasi senilai US$200 juta dilakukan pada Januari 2008, maka perseroan mengantongi biaya sewa US$165.000 per hari. (pudji.lestari@bisnis.co.id)
Oleh PUDJI LESTARI
Wartawan Bisnis Indonesia
Tuesday, September 18, 2007
Dampak divestasi positif bagi Apexindo
Labels: Divestasi Apexindo