Friday, November 30, 2007

Bormindo berpeluang kuasai Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Bormindo Nusantara berpeluang menang dalam tender penjualan 51,4% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk meskipun memberikan harga penawaran Rp2.425 per saham.

Harga penawaran ini lebih kecil dibandingkan penawaran Abacus Capital Rp2.450 per saham yang diajukan kepada pemilik 51,4%. Penutupan transaksi penjualan 51,4% saham Apexindo direncanakan selesai pada awal tahun depan.

Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan harga bukan satu-satunya pertimbangan dalam penentuan pemenang.

"Dalam proses negosiasi penjualan saham Apexindo, harga merupakan faktor penting, tetapi poin-poin persyaratan pembelian [sale and purchase agreement/SPA] tentu harus dipertimbangkan. Kalau harganya tinggi, tetapi uangnya baru diterima dua tahun kemudian, siapa yang mau apalagi persyaratannya bukan main," ujarnya kemarin.

Dia menuturkan perusahaan migas yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro itu menyatakan keinginannya untuk menerima pembayaran secara tunai dalam transaksi penjualan saham perusahaan? pengeboran. Harga saham Apexindo kemarin ditutup stagnan pada level Rp2.325 per saham.

Dengan nilai Rp2.325 per saham berarti kapitalisasi pasar Apexindo mencapai Rp6,12 triliun.

Tidak lolos

Hertriono menjelaskan dua pemodal lain yaitu Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG) sudah dipastikan tidak lolos dalam proses finalisasi pemenang. "Dari awal dalam proses uji teknis, mereka sudah tidak masuk."

Dia menjelaskan Medco menginginkan penyelesaian transaksi penjualan saham itu dilaksanakan secepatnya. "Hilmi Panigoro [Dirut Medco] sudah mengatakan supaya proses ini selesai secepatnya. Mudah-mudahan saja pekan ini bisa terwujud."

Sumber Bisnis menambahkan apabila Bormindo berhasil membeli Apexindo, perusahaan itu kemungkinan dibeli oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk.

Beberapa waktu lalu, Komut Bormindo dan Dirut Nusantara dipegang oleh eksekutif yang sama yakni M. Ramdani Basri. Namun, kemungkinan itu dibantah oleh Ramdani.

"Tak ada hubungan antara Nusantara Infrastructure dan Bomindo Nusantara. Saya dulu kebetulan pernah dipercaya menjadi Komisaris Utama Bormindo," tuturnya.

Nusantara Infrastructure tetap fokus untuk mengembangkan proyek semen, pengolahan air, dan pembangkit listrik. Bahkan, emiten itu juga berencana melebarkan ke bisnis pengeboran minyak.

Sementara itu, Medco menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) disebabkan oleh belum tercapainya kesepakatan antara perseroan dengan calon pembeli Apexindo.

Semula perseroan ingin menggelar RUPSLB pada 27 Desember dengan agenda meminta persetujuan pemegang saham atas rencana perseroan melakukan divestasi 51,4% saham perseroan di Apexindo. Perseroan mengubah pelaksanaan RUPSLB menjadi 31 Desember.

Sebelum persaingan mengerucut pada Abacus dan Bormindo, empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Dia juga menuturkan pemegang saham baru Apexindo diharapkan menyuntik dana segar untuk tambahan belanja modal perseroan.

Perusahaan pengeboran itu memperkirakan pendapatan perseroan tahun ini diperkirakan US$200 juta.

Estimasi pendapatan itu berdasarkan pertimbangan perpanjangan proyek baru dengan kenaikan tarif.

Apexindo diperkirakan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan.

Harga saham Medco pada perdagangan kemarin ditutup melemah 3,64% menjadi Rp5.300 per saham dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya Rp5.500. Harga saham tertinggi Medco diraih pada 11 September 2007 yaitu Rp6.100. (munir.haikal@bisnis.co.id/ wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Thursday, November 29, 2007

Divestasi Apexindo belum jelas, Medco tunda RUPSLB

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa, karena belum tercapai kesepakatan antara perseroan dan calon pembeli PT Apexindo Pratama Duta.

Rencananya perseroan akan menggelar RUPSLB pada 27 Desember dengan agenda meminta persetujuan pemegang saham atas rencana perseroan melakukan divestasi 51,4% saham perseroan di Apexindo.

Namun, Medco mengubah jadwal pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa menjadi 31 Desember.

"Penundaan ini terpaksa kami lakukan, mengingat saat ini belum tercapai kesepakatan antara perseroan dan calon pembeli," ujar Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Jakarta kemarin.

Hilmi tidak bersedia memberi penjelasan lebih jauh mengapa kesepakatan antara Apexindo dan calon pembeli itu tidak tercapai. "Maaf, saya lagi meeting," ujarnya kepada Bisnis.

Harga saham perseroan pada perdagangan kemarin ditutup stagnan Rp5.500 per saham dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya. Sementara itu, harga saham tertinggi diraih pada 11 September 2007 yaitu Rp6.100.

Abacus & Bormindo bersaing

Dua calon pembeli yakni Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara kini berebut saham Apexindo, sedangkan Texas Pacific Group dan PT Recapital Investment Bank dikabarkan tak lolos ke babak akhir tender divestasi perusahaan pengeboran itu.

Medco bersikeras meminta harga penjualan Apexindo Rp2.700 per saham yang dinilai banyak analis terlalu mahal. Itu membuat dua calon institusi lainnya yakni 3i Group Plc dan Essar Oil mundur dari divestasi tersebut.

Emiten migas yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro tersebut pernah tiba-tiba membatalkan penjualan Apexindo dengan alasan bisnis pengeboran sedang bagus. Padahal, waktu itu calon pembeli seperti Aban Loyd Chiles, China Oilfield Services Limited, dan SeaDrill Ltd menyatakan minatnya membeli Apexindo.

Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan.

Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar. (Abraham Runga) (rahayuningsih@bisnis.co.id)

Oleh Rahayuningsih
Bisnis Indonesia

Wednesday, November 28, 2007

Pilih Abacus, Bormindo, atau Apexindo batal dijual?

Pilih Abacus, Bormindo, atau Apexindo batal dijual?

Bisnis Indonesia --- Menjelang babak akhir penentuan pemenang divestasi 51,4% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, Texas Pacific Group dan Recapital Investment Bank justru tak lolos. Persaingan antara Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara pun semakin mengerucut.

Siapakah yang akhirnya berhasil mengakuisisi Apexindo Abacus atau Bormindo Keputusan akhir tentu berada di tangan Keluarga Panigoro sebagai pengendali PT Medco Energi Internasional Tbk sekaligus pemilik perusahaan pengeboran itu.

Kalau harga tak cocok, bisa-bisa Keluarga Panigoro batal lagi melepas Apexindo seperti tempo dulu dengan alasan bisnis pengeboran sedang bagus.

Abacus menjadi calon pembeli penawar satu-satunya yang berani memasukkan harga penawaran Rp2.450, berarti Rp250 lebih rendah dari permintaan Medco Rp2.700 per saham.

Permintaan harga Rp2.700 dinilai terlalu mahal, tetapi angka itu sudah jauh di atas valuasi Rp1.900 ketika Medco menolak calon pembeli Apexindo yakni Aban Loyd Chiles, China Oilfield Services, dan perusahaan energi asal Norwegia SeaDrill Ltd.

Gara-gara dianggap terlalu mahal, dua calon pembeli potensial Apexindo yakni 3i Group dan Essar Oil mundur teratur dari divestasi itu.

Bila melihat harga minyak dunia yang kini masih bertengger di level US$98 per barel, sewa rig menjadi semakin mahal. Dengan harga minyak yang hingga akhir tahun ini diprediksi bisa melampaui US$100 per barel dari level tertinggi 21 November di posisi US$99,29, tingginya sewa rig memberikan pendapatan yang signifikan bagi Apexindo.

Apalagi, emiten itu memperbarui beberapa kontrak sewa rig, sehingga pendapatan perseroan tahun ini diprediksi menyentuh US$200 juta. Tentu saja sumbangan itu berdampak positif terhadap Medco.

Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Medco ingin berkonsentrasi pada bisnis hulu minyak dan gas, sehingga muncul rencana menjual saham Apexindo. Dengan potensi kinerja Apexindo yang kinclong tahun depan, apakah keluarga Panigoro tetap melanjutkan divestasi itu.

Padahal, emiten migas itu juga sudah menyiapkan rapat umum pemegang saham luar biasa pada 27 Desember dengan agenda tunggal yakni meminta restu dari pemegang saham atas rencana penjualan 51,4% saham Apexindo.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup turun ke level Rp2.325 dari penutupan sebelumnya Rp2.400.

Spekulasi

Sumber Bisnis menjelaskan Abacus mewakili manajemen Apexindo. Bila divestasi itu dimenangkan Abacus, berarti terjadi management buyout, sehingga tidak ada investor strategis yang masuk.

Bila Bormindo yang memenangkan pembelian Apexindo, cerita bakal berubah. Sumber itu menambahkan PT Nusantara Infrastructure Tbk kemungkinan mengambil alih Bormindo setelah berhasil membeli Apexindo.

Namun, kemungkinan itu dibantah oleh Dirut Nusantara Infrastructure M. Ramdani Basri. "Tak ada hubungan antara Nusantara Infrastructure dan Bormindo Nusantara. Saya dulu kebetulan pernah dipercaya menjadi Komisaris Utama Bormindo," tuturnya.

Nusantara Infrastructure tetap fokus untuk mengembangkan proyek semen, pengolahan air, dan pembangkit listrik. Bahkan, emiten itu juga berencana melebarkan ke bisnis pengeboran minyak.

Berdasarkan laporan Nusantara per September 2007, pemegang saham utama emiten itu adalah PT Bosowa Trading International 59,42% dan Mensa Capital Pte Ltd sebanyak 19,75% saham.

Kepala Riset PT Erdikha Elit Lanang Trihardian menjelaskan Nusantara Infrastructure mempunyai dua bisnis utama yakni jalan tol dan distribusi semen.

"Jalan tol menyumbang pendapatan terbesar Nusantara, sehingga berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan," katanya yang beberapa waktu lalu mengunjungi Nusantara (company visit) beberapa waktu lalu.

PER tinggi

Dia mengakui PER saham Nusantara tergolong tinggi karena harga sahamnya naik beberapa waktu lalu.

Harga saham Nusantara kemarin stagnan di level Rp275. Harga saham emiten itu pernah mencapai posisi tertinggi Rp345 per saham. Berdasarkan Bloomberg, rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio/PER) Nusantara kini mencapai 61,31 kali. Level itu tergolong mahal dibandingkan dengan PER grup perusahaan sejenisnya yang masih mencapai 55,93 kali.

Menurut Lanang, Nusantara mempunyai beberapa rencana yang dikembangkan ke depan seperti memasuki bisnis pengolahan air di Batam, pengeboran minyak, dan menjajaki peluang menggabungkan Semen Bosowa ke Nusantara.

"Semuanya masih rencana. Kalau rencana itu berjalan, bisa bagus. Namun, saat ini sumbangan pendapatan terbesar masih berasal dari jalan tol dan sahamnya sudah agak mahal," katanya.

Nusantara juga tengah menjajaki pinjaman bank dari Singapura dan Hong Kong senilai Rp600 miliar-Rp700 miliar yang akan digunakan untuk mengakuisisi perusahaan semen senilai Rp1,8 triliun yang dijadwalkan rampung tahun ini.

"Perusahaan itu [semen] tengah bernegosiasi dengan bank mengenai utangnya karena dengan akuisisi, maka Nusantara akan mengambil alih segala kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan semen asal Sulawesi tersebut," ujar Ramdani. (Bisnis, 1 Oktober 2007)

Lanang menambahkan Nusantara mengincar perusahaan pengeboran minyak.

Meski tidak bersedia menyebutkan nama perusahaan pengeboran yang akan dibeli, katanya, Nusantara berencana mengakuisisi perusahaan pengeboran di bawah level Apexindo.

Terkait Semen Bosowa, dia menjelaskan informasi yang diperoleh dari Nusantara menyebutkan prosesnya masih dalam tahap uji tuntas.

Nusantara juga menjajaki kepemilikan 51% saham pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan baku batu bara di luar Jawa bernilai investasi total US$200 juta. Pembangkit listrik tenaga batu bara itu berkapasitas 2x100 MW.

Pendapatan Nusantara hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp200 miliar. Hingga per September 2007, pendapatan Nusantara mencapai Rp136,09 miliar dan laba bersih Rp16,45 miliar. (wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Wisnu Wijaya
Wartawan Bisnis Indonesia

Tuesday, November 27, 2007

Pekan Ini, Medco Putuskan Pemenang Tender Apexindo

Jakarta, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk akan memutuskan pemenang tender penjualan 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik perseroan pada pekan ini. Soalnya, negosiasi Medco dengan peserta tender sudah masuk tahap akhir. “Negosiasi tidak hanya menyangkut harga, tapi juga hak dan kewajiban pemegang saham baru Apexindo. Mudah-mudahan bisa selesai dalam pekan ini,” kata Dirut Medco Hilmi Panigoro kepada Investor Daily di Jakarta, Senin (26/11).

Hilmi belum bisa mengungkapkan harga yang diinginkan Medco. Ketika ditanya apakah harga Rp 2.700 per lembar saham akan diturunkan, dia juga menolak berkomentar.”Yang pasti, kami masih bernegosiasi,” ujar dia.

Komisaris Bormindo Nusantara Ramdani Basri membenarkan bahwa proses tender saham Apexindo masih berlangsung. “Belum ada perkembangan yang berarti, jelas dia. Namun, kata Ramdani, empat peserta yang ikut tender tidak satu pun yang mengajukan harga Rp 2.700 per saham, seperti yang diinginkan Medco.

Bormindo merupakan salah satu peserta tender. Bormindo mengajukan penawaran Rp 2.425 per saham. Penawaran itu lebih rendah Rp 25 dari Abacus Capital selaku bidder yang mengajukan harga tertinggi sebesar Rp 2.450.

Bormindo kini tengah bersaing ketat dengan Abacus. Bormindo menempati posisi kedua, sedangkan Abacus teratas. Jika Abacus terpilih, Medco akan meraup dana sebesar Rp 3,31 triliun. Namun, jika Bormindo terpilih Medco bakal memperoleh dana Rp 3,28 triliun.

Selain Bormindo dan Abacus, posisi selanjutnya ditempati Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG). Ketika dikonfirmasi, Presiden Direktur Recapital Rosan Roeslani enggan berkomentar. “Saya lagi meeting,” ucap dia singkat. (jau)

Medco Perpanjang Masa Divestasi Apexindo, Tinggal tersisa tiga penawar

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Medco Energi Internasional Tbk. memperpanjang masa negosiasi penjualan 51,39 persen saham di PT Apexindo Pratama Duta Tbk. hingga minggu depan. Awalnya, pengumuman pemenang pembeli perusahaan minyak dan gas tersebut diumumkan kemarin. "Waktu negosiasi ditambah karena ternyata butuh waktu lebih dari yang kami perkirakan," kata Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro kepada Tempo di Jakarta kemarin.

Menurut dia, perpanjangan waktu negosiasi bukan karena alotnya pembahasan harga penjualan saham Apexindo. "Hak dan kewajiban penjual-pembeli butuh pembahasan panjang," ujarnya.

Ia mengungkapkan saat ini tinggal tersisa tiga calon pembeli saham Apexindo, yaitu Abacus Capital, Recapital Investment Bank, dan perusahaan pengeboran, PT Bormindo Nusantara.

Namun, dia menolak menyebutkan harga penawaran atas saham Apexindo yang sudah masuk. Dia juga membantah kabar transaksi bakal batal karena harga penawaran yang masuk lebih rendah dari target Rp 2.700 per lembar. "Soal harga itu confidential (rahasia). Kalau kabar batal itu hanya rumor," ujarnya.

Menurut sumber Tempo, dalam divestasi saham Apexindo tersebut, Abacus memberikan penawaran tertinggi sebesar Rp 2.450 per lembar. Urutan penawar berikutnya adalah Bormindo, selanjutnya Recapital.

Dua calon pembeli lainnya, Essar Oil dari India dan 3i Group Plc. mundur karena menganggap harga permintaan Medco Energi Rp 2.700 per saham terlalu mahal. Adapun Texas Pacific Group (TPG) mengundurkan diri.

Komisaris Bormindo M. Ramdani Basri membenarkan pihaknya berada pada urutan penawar kedua. "Tapi kami tidak bisa berbicara banyak karena sudah terikat perjanjian kerahasiaan," ujarnya saat dihubungi kemarin di Jakarta.

Direktur Utama Recapital Advisors Rosan Perkasa Roeslani belum dapat memberikan tanggapan karena mengaku sedang rapat.

Dalam divestasi ini, Medco Energi menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan. Dari sekitar 50 investor yang diundang membeli saham Apexindo milik keluarga Panigoro ini, hanya 19 calon investor yang mengembalikan formulir pernyataan minat.

Medco Energi berniat menjual kepemilikan sahamnya di Apexindo karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan minyak dan gas di sektor hulu.

Medco Energi menguasai 52,4 persen saham Apexindo. Pemegang saham Apexindo lainnya adalah Seadrill Ltd, melalui Abacus Capital International Ltd. sebanyak 32.3 persen, dan publik 15,3 persen. Wahyudin Fahmi

Monday, November 26, 2007

Terkait Penjualan Saham Apexindo, Bormindo dan Abacus Bersaing Ketat

JAKARTA, Investor Daily --- PT Bormindo Nusantara bersaing ketat dengan Abacus Capital dalam memenangi penjualan 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk. Bormindo mengajukan penawaran sebesar Rp 2.425 per lembar, sedangkan Abacus Rp 2.450 atau penawaran tertinggi di antara peserta lainnya.

“Kami sudah mengajukan proposal investor strategis dengan harga lebih rendah Rp 25 dari penawaran Abacus. Kalau terpilih sebagai pemenang, kami siap menyuntikkan dana segar kepada Apexindo,” kata Komisaris Bormindo Nusantara Ramdani Basri kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ia menegaskan, tak satu pun peserta tender yang mengajukan penawaran seharga Rp 2.700. Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga saham Apexindo ditutup menguat Rp 25 menjadi Rp 2.400. Nilai transaksi mencapai Rp 281,66 juta. Sedangkan harga saham Medco ditutup menguat Rp 250 menjadi Rp 5.400. Nilai transaksi tercatat Rp 126,98 miliar.

Ramdani juga saat ini menjabat dirut PT Nusantara Infrastructure Tbk. Salah satu pemegang saham terbesar Nusantara adalah Bosowa Trading sebesar 47,42%. Peserta lainnya adalah Texas Pacific Group (TPG) dan Recapital Investment Bank.

Jika Abacus terpilih sebagai pemenang, Medco akan mengantungi dana segar Rp 3,31 triliun. Sebaliknya kalau Bormindo terpilih, perusahaan ini menerima senilai Rp 3,28 triliun. “Kami berharap terpilih sebagai pemenang dan tetap berkomitmen tinggi untuk memajukan usaha Apexindo,” tandas dia.

Abacus merupakan sebuah grup pengelola aset dan penasihat keuangan yang berbasis di Asia. Perusahaan ini fokus dalam mengelola aset

Sementara itu, Dirut Medco Hilmi Panigoro mengaku, pihaknya sudah bernegosiasi dengan dua calon pembeli pada Sabtu (24/11) dan dua calon lainnya pada hari ini.

Dia menjelaskan, perseroan belum dapat memastikan pengumuman pemenang tender penjualan saham Apexindo. Sebab, banyak hal perlu dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut bukan semata-mata menyangkut harga penawaran, tetapi juga memperhatikan kepastian kelangsungan bisnis Apexindo pada masa mendatang.

Hilmi tidak bersedia menyebutkan nama kedua peserta tender tersebut, termasuk identitas kedua peserta lainnya. “ Yang jelas, peserta ada dari dalam negeri dan luar negeri. Itu sangat confidential ,” tandas dia.

Sebelumnya, dia mengatakan, pemenang tender siap diumumkan pada 26 November 2007.

Dirut Recapital Investment Bank Rosan Roeslani mengaku, pihaknya belum bernegosiasi dengan Medco hingga akhir pekan lalu. “Kami belum bertemu Medco. Saya masih berada di Singapura, sehingga belum tahu perkembangannya,” kata dia kepada Investor Daily.

Sejak awal proses tender dibuka, 50 calon pembeli berminat membeli saham Apexindo. Namun dalam seleksi berikutnya, peserta turun menjadi 20. Sedangkan seleksi terakhir hanya diikuti enam calon pembeli. Tapi dua perusahaan mundur, sehingga tinggal empat calon.

Pemain Global

Mengomentari penjualan Apexindo, Kepala Riset Mega Capital Indonesia Felix Sindhunata mengatakan, hal itu akan berdampak positif kepada Apexindo dan Medco. Sebab, Medco meraup dana segar untuk keperluan ekspansi. Sebaliknya, manajemen Apexindo akan lebih bagus dengan masuknya investor baru. “Akan lebih baik kalau yang terpilih investor asing, karena kesempatan Apexindo menjadi pemain global lebih besar dibandingkan perusahaan lokal,”

Menurut Hilmi, pelepasan saham dilakukan agar Medco lebih fokus pada pengembangan industri hulu minyak dan gas. Untuk itu, perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan untuk proses divestasi ini.

Apexindo menyumbangkan sekitar 15% terhadap pendapatan Medco selama ini. Tapi jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 21% pada 2008. Apexindo mencetak laba bersih pada semester-I 2007 sebesar US$ 15 juta, turun 7,4% dari periode sama tahun sebelumnya US$ 16,2 juta.

Sedangkan sumbangan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) mencapai US$ 38,6 juta pada akhir Juni 2007, naik 28,7% dari tahun sebelumnya US$ 30 juta.

Dia mengaku, penjualan saham Apexindo tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah aset tetap. Namun, perseroan akan menerima dalam bentuk uang tunai. Divestasi ini juga berdampak terhadap rasio utang. ***

Oleh Eva Fitriani dan Jauhari Mahardhika

Friday, November 23, 2007

Abacus jadi penawar tertinggi Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Abacus Capital memberikan harga penawaran Rp2.450 per saham pada divestasi 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk.

Penawaran itu menjadikan Abacus Capital sebagai calon pembeli Apexindo yang berani memasukkan harga tertinggi.

Namun, harga penawaran itu jauh di bawah ekspektasi Medco Energi yang menginginkan harga saham Apexindo bisa dilepas di level Rp2.700 per saham.

Apabila Medco memutuskan Abacus sebagai pemenang tender divestasi Apexindo, perusahaan migas yang dikendalikan Keluarga Panigoro tersebut bakal mengantongi dana segar Rp3,35 triliun.

Abacus mewakili managemen Apexindo dalam penjualan saham tersebut, sehingga melalui proses management buyout option.

Sumber Bisnis mengatakan PT Bormindo Nusantara memberikan penawaran paling besar setelah Abacus baru kemudian diikuti oleh Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG).

"Sampai saat ini belum ada pengumuman dari Medco terkait penawaran yang telah diajukan oleh empat calon pembeli itu. Rencananya, hasil penawaran ini akan diumumkan Senin pekan depan," ujarnya kemarin.

Bila mengacu harga penawaran dari Abacus, Medco kemungkinan besar menerima harga tertinggi itu. Namun, Medco bisa saja menolak penawaran harga dari Abacus dan menunda divestasi Apexindo, berarti Medco menunda dua kali penjualan saham perusahaan pengeboran tersebut.

Dirut Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan pengumuman pemenang tender divestasi Apexindo diupayakan Senin pekan depan.

"Yang namanya negosiasi tentu perlu waktu. Mudah-mudahan Senin pekan depan sudah ada pemenang," tuturnya.

Namun, dia tidak bersedia menyebutkan calon pembeli yang memasukkan harga penawaran tertinggi.

Empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Akibat dari pengunduran diri tersebut, Apexindo memperpanjang jadwal memasukkan penawaran dari semula 8 November menjadi 13 November.

Ditutup naik

Harga saham Apexindo kemarin ditutup di level Rp2.375 per saham, naik 2,15% dibandingkan dengan harga hari sebelumnya Rp2.325. Bila mengacu pada harga saham tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo saat ini Rp6,25 triliun.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade Satari menambahkan pendapatan perseroan tahun ini diperkirakan US$200 juta.

"Agak susah untuk menyebutkan perkiraan laba bersih tahun ini karena dipengaruhi banyak faktor seperti nilai tukar," tuturnya.

Estimasi pendapatan itu berdasarkan pertimbangan perpanjangan proyek baru dengan kenaikan tarif.

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan.

Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Medco akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis. (munir.haikal@bisnis.co.id/ wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Monday, November 19, 2007

26 November, Pemenang Tender Apexindo Diumumkan

Jakarta, Investor Daily – PT Medco Energi Internasional Tbk akan mengumumkan pemenang tender penjualan 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk pada 26 November 2007. Jumlah calon pembeli (bidder) yang memasukan harga penawaran ke Medco tinggal empat, menyusul pengunduran diri dua calon lainnya.

“Ada empat calon yang sudah memasukkan harga penawaran tahp akhir. Kami segera mengevaluasinya, sehingga dapat diumumkan Senin mendatang (26/11),” kata Dirut Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro kepada Investor Daily di Jakarta, Sabtu (17/11).

Dia mengatakan, pihaknya belum bisa merinci harga penawaran keempat bidder itu, karena terkait kode etik prosedur tender. Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga saham Apexindo ditutup pada Rp 2.400.

Sejak awal proses tender dibuka, sekitar 50 calon pembeli berminat membeli saham Apexindo. Namun dalam seleksi berikutnya, peserta turun menjadi 20. Sedangkan seleksi terakhir hanya diikuti enam calon pembeli. Tapi dua perusahaan mundur sehingga tinggal empat calon memasukkan harga. Keempat bidder itu terdiri atas Texas Pacific Group (TPG), Abacus Capital, Recapital Investment Bank, dan perusahaan pengeboran PT Bormindo Nusantara. “Kami mengikuti proses tender divestasi saham Apexindo,” kata Komisaris Recapital Advisor Sandiaga S Uno melalui pesan singkat kepada Investor Daily, baru-baru ini.

Menurut dia, pelepasan saham dilakukan agar Medco lebih fokus pada pengembangan industri hulu minyak dan gas. Perseroan menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan untuk proses divestasi ini. (rad)

Wednesday, November 14, 2007

4 Calon pembeli Apexindo masukkan harga penawaran

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Empat calon pembeli kemarin memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk.

Empat investor yang memasukkan penawaran itu adalah perusahaan pengelola dana raksasa Texas Pacific Group (TPG), Abacus Capital, Recapital Investment Bank dan perusahaan pengeboran PT Bormindo Nusantara.

"Ada empat institusi yang memasukkan proposal penawaran untuk membeli 52% saham Apexindo," ujar sumber Bisnis, kemarin.

Dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Akibat dari pengunduran diri tersebut, Apexindo memperpanjang jadwal memasukkan penawaran dari semula 8 November menjadi 13 November.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup di level Rp2.400 per saham naik 1,05% dibandingkan dengan harga hari sebelumnya Rp2.375. Bila mengacu pada harga saham tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo saat ini Rp6,31 triliun.

Ketika dikonfirmasi, Presdir Medco Hilmi Panigoro mengatakan masih di luar negeri, sehingga belum memperoleh informasi soal Apexindo.

Direktur Keuangan Medco Cyril Noerhadi mengatakan belum bisa menjelaskan seputar divestasi Apexindo. "Pada saatnya akan diumumkan. Saat ini saya belum bisa menjawab soal itu. Proses divestasi terus berlanjut."

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Dia berharap kandidat pembeli Apexindo sekaligus transaksi sudah dapat ditetapkan sebelum awal Desember. "Kalau sebelum akhir tahun, berarti paling tidak sebelum Natal."

Medco akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis.

Sumber tadi menambahkan kepastian pemenang tender divestasi Apexindo bakal diumumkan pekan ketiga hingga keempat bulan ini.

"Abacus kemungkinan sebagai pengatur pembiayaan untuk manajemen Apexindo ikut dalam divestasi itu," katanya.

Beberapa calon pembeli itu mempunyai jejak investasi di Indonesia. TPG sedang dalam proses akuisisi 71,61% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan sedang membidik saham mayoritas di Garuda Indonesia.

Recapital Securities merupakan bagian dari grup Recapital yang mempunyai portofolio investasi di beberapa perusahaan seperti PT Thames Pam Jaya, Pizza Hut dan beberapa perusahaan lain. (munir.haikal@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Saturday, November 10, 2007

Medco Global Akan Dijual

Jakarta, Kompas - Medco Energi Internasional akan melepaskan lagi anak perusahaannya, Medco Global. Sebelumnya Medco Energi juga melepaskan Apexindo Pratama Duta Tbk. Pelepasan Medco Global akan dilakukan dalam dua tahap, private placement dan penawaran saham kepada publik atau IPO.

Medco Global adalah perusahaan induk yang menaungi eksplorasi Medco Energi di luar negeri. "Kami menjual blok-blok itu karena menginginkan manajemen risiko yang lebih baik," kata Direktur Keuangan Medco Cyril Noerhadi di Jakarta, Jumat (9/11).

Walaupun Medco Global akan dijual, Medco Energi Internasional akan menjaga kepemilikan mayoritasnya. Selain itu, Medco Energi akan tetap menjadi operator, tidak hanya menjadi mitra pasif. Saat ini sudah ada beberapa pihak yang tertarik membeli saham Medco Global.

Private placement akan dilakukan pada tahun ini agar dana yang didapatkan besar. Cyril belum mau mengatakan berapa persen saham Medco Global yang akan dilepas pada calon mitra strategisnya.

"Pelepasan saham untuk private placement berkisar antara 1 persen hingga 48 persen," kata Cyril Noerhadi yang juga mantan Dirut Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Kisaran harga juga belum dapat disebutkan, "Tergantung berapa mitra pada private placement mau membelinya," kata Cyril.

Sebagian besar blok yang dikuasai Medco Global masih dalam tahap eksplorasi sehingga harus dilihat dahulu berapa besar sebenarnya kandungan minyak di dalamnya. Dia juga belum mengungkapkan di mana saham Medco Global akan dicatatkan.

Adapun proses pelepasan Apexindo Duta Pratama sudah sampai tahap uji tuntas (due diligence) dari para investornya.

"Pelepasan Apexindo masih tetap pada jadwal. Due diligence sudah berjalan. Akan tetapi, siapa saja penawarnya belum dapat diungkapkan sekarang," kata Cyril.

Apexindo adalah anak perusahaan Medco yang bergerak dalam jasa pengeboran minyak, sebagian besar mengerjakan proyek-proyek pengeboran minyak di luar negeri.

Sementara itu, kenaikan harga minyak mentah tidak serta-merta meningkatkan pendapatan Medco karena biaya-biaya yang berkaitan dengan eksplorasi juga meningkat.

Manajemen Medco mengakui tidak dapat bersaing dengan kompetitor lain dalam bidang teknologi maupun permodalan. Sehingga Medco harus menekan biaya dan menjadi operator dengan biaya rendah.

Pada laporan kuartal III-2007, Medco Energi mencatat penurunan volume penjualan minyak dan gas sebesar 10,4 persen dibandingkan dengan sembilan bulan pertama tahun 2006.

Penurunan tersebut terjadi karena penurunan alami produksi minyak di Blok Rimau. "Rimau merupakan blok yang mature, produksinya lama-kelamaan akan menurun, sedangkan blok lainnya belum berproduksi, masih dalam dua atau tiga tahun lagi," ujar Cyril.

Rata-rata produksi Medco Energi sebesar 70.000 barrel per hari setara minyak. Jumlah ini terdiri atas 50.000 produksi minyak dan 20.000 produksi gas.

Jumlah produksi ini diperkirakan akan stagnan hingga dua tahun ke depan, sampai ada eksplorasi baru lainnya, seperti di blok minyak yang dimiliki Medco di Lematang, Senoro, dalam dua tahun ke depan (joe).

Thursday, November 8, 2007

Apexindo dapat kontrak US$13,2 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Perusahaan pengeboran PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak proyek pengeboran darat di Kalimantan Timur senilai US$13,2 juta untuk satu tahun dari Vico Indonesia.

Dalam siaran pers dari Apexindo disebutkan proyek pengeboran itu akan dikerjakan oleh rig 5 setelah sebelumnya bekerja untuk Star Energi atau Magma Nusantara di Pengalengan, Jabar.

Pengeboran untuk Vico dijadwalkan mulai bulan ini dan rig tersebut sedang dipindahkan ke lokasi Vico di Badak, Kaltim.

"Kami bangga berhasil menunjukkan rekam jejak yang sangat baik, sehingga mendapat kepercayaan dari Vico Indonesia untuk tetap mendukung program pengeboran mereka selama lebih dari dua dekade," tutur Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro kemarin.

Keberhasilan memperoleh kontrak tanpa waktu tunggu yang panjang akan berpengaruh positif terhadap tingkat utilisasi rig darat perseroan yang mencapai 75% hingga triwulan III tahun ini, tingkat utilisasi tertinggi sejak 2002.

Selain itu, tingginya tingkat permintaan untuk rig darat secara langsung memengaruhi harga sewa harian.

Apexindo mendapat kenaikan harga sewa harian 10% pada kontrak dengan Vico ini, sehingga meningkatkan sumbangan pendapatan dari segmen rig darat.

Dengan efisiensi yang konsisten dan pertumbuhan yang meyakinkan dari segmen rig darat, profitabilitas Apexindo diharapkan meningkat secara signifikan tahun ini. (Bisnis/wiw)

Monday, November 5, 2007

Pendapatan Apexindo Naik 25,2%

Jakarta, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) membukukan peningkatan pendapatan sebesar 25,2% dari US$ 111,85 juta pada kuartal ketiga 2006 menjadi US$ 139,33 pada periode sama tahun 2007. Kenaikan tersebut turut mendongkrak EBITDA sebesar 43,8% menjadi US$ 68,6 juta dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 47,7 juta.

“Segmen lepas pantai tetap mengontribusi pendapatan terbesar, yakni 64,3% terhadap total pendapatan perseroan hingga akhir September 2007. Ini berarti, kontribusinya naik sebesar 25,5% dari tahun lalu,” kata Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari dalam keterangan tertulisnya kepada otoritas pasar modal di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sedangkan segmen rig darat menyumbang senilai US$49,9 juta atau meningkat 30,3% dari US$ 39,3 juta tahun sebelumnya. Tingkat utilisasi rig darat mencapai level tertinggi sejak tahun 2002 sebesar 75%. Pencapaian ini dipicu perolehan kontrak-kontrak baru rig darat dengan kenaikan harga sewa harian dan periode kontrak yang lebih panjang.

Menurut dia, tingkat utilisasi rig lepas pantai turun dari 100% tahun lalu menjadi 83%. Penurunan tersebut dipicu dry clocking Jack up Raniworo dari Februari-Mei 2007 dan keterlambatan penyerahan rig Jack up Soehanah oleh shipyard. (c108)

Essar Oil kemungkinan mundur dari divestasi Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Satu per satu calon pembeli PT Apexindo Pratama Duta Tbk rontok. Setelah 3i Group Plc mundur, kini giliran Essar Oil India kemungkinan besar mengurungkan niatnya membeli 52% saham perusahaan pengeboran itu.

Kedua perusahaan itu berpendapat harga Rp2.700 per saham yang diminta penjual Apexindo yakni PT Medco Energi Internasional Tbk, perusahaan yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro, terlalu mahal.

"Essar Oil kemungkinan besar mengikuti langkah 3i yang mundur dari divestasi Apexindo. Harganya terlalu mahal," tutur sumber Bisnis, kemarin.

Seiring dengan mundurnya dua perusahaan itu, satu-satunya investor strategis yang masih tersisa adalah perusahaan kontraktor dan pengeboran PT Bormindo Nusantara. Akibat pengunduran diri tersebut, Apexindo memperpanjang jadwal memasukkan penawaran dari semula 8 November menjadi 13 November.

Essar merupakan salah satu calon pembeli saham perusahaan pengeboran yang telah ditetapkan masuk daftar pendek (shortlisted) bersama lima institusi lainnya yakni 3i Grup Plc, Texas Pacific Group, Bormindo, Abacus Capital, dan Recapital Investment Bank.

Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro ketika dikonfirmasi menolak menjelaskan secara rinci soal mundurnya kedua calon pembeli tersebut.

"Dalam proses divestasi selalu ada permintaan untuk menjaga kerahasiaan para pihak yang bertransaksi," ujarnya kemarin.

Hilmi mengaku tidak mengetahui soal perpanjangan waktu memasukkan penawaran. "Kalau ada yang minta pengunduran jadwal selama beberapa hari, saya pikir itu masih wajar karena bisa saja ada calon pembeli yang perlu melengkapi uji tuntasnya."

Harga saham Apexindo Jumat pekan lalu ditutup di level Rp2.475 per saham tidak berubah dibandingkan hari sebelumnya. Mengacu pada harga saham tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo saat ini Rp6,51 triliun.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada hulu minyak dan gas. (munir.haikal@bisnis. co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Thursday, November 1, 2007

Harga Minyak Untungkan Industri Pengeboran

JAKARTA, Investor Daily --- Kenaikan harga minyak mentah dunia hingga mencapai di atas US$ 90 per barel, secara tidak langsung diharapkan menguntungkan industri pengeboran nasional. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengeboran Minyak Indonesia (APMI) Bambang Purwohadi, kenaikan harga minyak mentah tersebut memicu tingginya sewa anjungan (rig) sekitar 10-15%.

Pria kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 Januari 1951 yang menjabat direktur utama PT DJ Services Indonesia dan pernah menjadi direksi pada PT Medco Antareja itu menyebutkan, saat ini 85% rig di Indonesia sudah terkontrak, sedangkan 15% sisanya masih nganggur dan siap mengikuti tender pengeboran.

Seperti apa kondisi industri pengeboran nasional saat ini, berikut petikan wawancara wartawan Investor Daily Tri Listiyarini dengan Bambang Purwohadi di Jakarta, belum lama ini.

Adakah dampak positif untuk industri pengeboran nasional naiknya harga minyak hingga menembus level US$90 pe barel?

Tentu saja. Namun, imbasnya sangat kecil dan bersifat tidak langsung. Dampak kenaikan harga minyak bagi industri pengeboran baru terasa tiga bulan ke depan, sekitar Januari 2008. Sebab, sebagian besar rig-rig yang ada sudah terkontrak sejak enam bulan lalu, yang bisa menikmati hanya rig-rig yang belum terkontrak. Itu pun mereka harus mengikuti tender dulu untuk bisa menikmati keuntungan tingginya harga minyak.

Sebenarnya, berapa jumlah rig yang sudah terkontrak dan yang belum?

Secara umum, 85% rig-rig Indonesia sudah terkontrak, sisanya 15% itu yang masih ‘nganggur’ dan siap mengikuti tender pengeboran.

Untuk rig yang sudah terkontrak, apakah sang pemilik bisa menaikkan sewa seiring kenaikan harga minyak?

Kalau yang sudah terkontrak, sewa tetap mengacu pada harga ketika tender. Kenaikan sewa bisa dilakukan pemilik rig yang tengah mengikuti tender. Yang jelas, kenaikan sewa sangat dipengaruhi kenaikan harga minyak, kalau harga minyak naik sewa juga bisa naik, tapi kalau harga turun sewanya juga bisa turun. Saya perkirakan, kenaikan harga minyak saat ini hanya sementara saja, hingga akhir tahun rata-rata hanya US$ 70-72 per barel. Karena itu, kalau ada kenaikan sewa tidaklah terlalu besar.



Sampai berapa besar kenaikan sewanya?

Selain bergantung pada harga minyak, kekuatan rig bervariasi, demikian juga jenisnya, yakni jenis rig lepas pantai (off shore) atau darat (on shore), karena itu sewanya juga berbeda-beda. Namun demikian, rata-rata kenaikannya sekitar 10-15%. Misalnya, rig kecil jenis on shore dengan kekuatan 500-1.000 hp (horse power) sewanya naik menjadi US$ 10.000-20.000 per hari. Untuk jenis yang sama dengan ukuran lebih besar di atas itu, sewanya bisa naik menjadi US$ 60.000-80.000 per hari. Sementara itu, untuk rig raksasa (jack up) dengan kekuatan di atas 100.000 hp dan berjenis off shore, sewanya bisa di atas US$ 150.000 per hari.

Seberapa besar utilisasi rig nasional, baik di dalam maupun di luar negeri?

Sebanyak 80% dari jumlah rig nasional yang jumlahnya kurang dari 100 digunakan di dalam negeri, sisanya sebanyak 20% masih belum digunakan. Perlu diketahui, kemampuan rig nasional masih sedikit lebih rendah dibandingkan negara lain, karena itu penggunaannya mayoritas untuk pemenuhan dalam negeri. Memang ada beberapa yang bisa tembus ke luar negeri, seperti milik PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Apa penyebab kemampuan rig nasional kurang bisa bersaing dengan rig-rig dari luar negeri?

Sebenarnya, perbedaan rig nasional dengan di luar negeri tidak terlalu mencolok. Hanya saja, dari sisi teknologi kemampuan rig-rig di dalam negeri masih kurang. Rig-rig nasional masih belum mampu mengaplikasikan teknologi pengeboran laut dalam. Rig-rig yang mampu menembus laut dalam masih dikuasai negara-negara seperti Amerika Serikat dan Norwegia.

Upaya seperti apa yang bisa dilakukan perusahaan layanan pengeboran untuk bisa bersaing dengan perusahaan sejenis di luar negeri?

Tentunya berusaha membuat rig-rig yang mampu mengebor di laut dalam. Sebab, saat ini, pengeboran minyak di dunia sudah bergeser ke cekungan-cekungan yang berada di laut dalam yang cenderung ‘sulit’. Mereka bisa mengirimkan sumber daya manusia (SDM)-nya untuk studi banding, sekolah, atau kursus ke negara yang menguasai teknologi itu.***