Friday, October 19, 2007

Six firms may bid for Medco's stake in unit

The Jakarta Post, Jakarta --- Six potential investors have been short-listed to bid for the 51.3 percent stake of oil and gas firm PT Medco Energi International in its subsidiary PT Apexindo Pratama Duta -- one of the country's top drilling contractors.

One of the six bidders is PT Bormindo Nusantara, also a drilling contractor, according to an online report.

"There are six companies that have been short-listed and we are one of them," M. Ramdani Basri, a Bormindo commissioner, told Detik.com news portal on Thursday.

When contacted by The Jakarta Post, Apexindo president director Hertriono Kartowisastro refused either to confirm or deny the report.

Ramdani said Bormindo is in the preliminary stages of a due diligence and will soon submit its price valuation.

Asked about the source of the funds, he said the company planned to seek loans from banks and other financial institutions.

"We are indeed seeking the funding, but most likely not from domestic sources," he said.

Medco, the country's largest publicly listed oil and gas company, wants to sell its stake in Apexindo so it can focus on its core business.

Acting as the divestment financial adviser is Credit Suisse Global.

Previously, Medco offered the stake to around 50 potential investors.

Established in 1984, Apexindo offers drilling services to oil, gas and geothermal companies. In July 2002, it became the first drilling contractor listed on the Jakarta Stock Exchange. (JP/Astrid Wibisono)

Recapital dan Bormindo Incar Saham Apexindo

JAKARTA, Investor Daily --- Recapital Advisor Group dan PT Bormindo Nusantara bersaing ketat dengan sejumlah investor asing untuk membeli 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk melalui proses tender.

“Kami memang ikut dalam proses tender divestasi saham Apexindo. Saat ini Recapital sudah masuk seleksi tahap ketiga,” kata pendiri Recapital Advisor Sandiaga S Uno kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (18/10).

Namun, Sandiaga yang juga Ketua Umum Hipmi belum bersedia menyebutkan total dana yang disiapkan guna mengakuisisi Apexindo, termasuk alasan ekspansi ke bisnis energi. Pesaing lokal lainnya yakni PT Bormindo Nusantara. Sedangkan sisanya merupakan investor asing.

Bormindo dikabarkan tengah melakukan proses uji tuntas (due diligence) dan segera memasukan harga valuasi. Di sisi lain, perseroan menjajaki pinjaman bank lokal dan asing untuk mendanai rencana akuisisi tersebut.

Ketika dikonfirmasikan kepada Dirut Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengenai keterlibatan kedua perusahaan itu dalam seleksi tahap ketiga, ia enggan menjawabnya. “Peserta yang masuk cukup berimbang antara perusahaan lokal dan asing. Yang jelas saat ini calon pembeli tinggal enam,” kata Hilmi.

Dia mengatakan, proses seleksi peserta tender divestasi saham Apexindo itu melibatkan penasihat keuangan Credit Suisse. Hasil seleksi terakhir baru diumumkan pekan kedua November 2007.

Sejak awal proses tender digelar, terdapat sekitar 50 perusahaan peserta. Namun yang ikut dalam seleksi berikutnya tinggal 20. Seleksi berikutnya tinggal menyisahkan enam calon pembeli.

Medco Energi dikabarkan bersedia melepas 51,39% saham Apexindo seharga Rp 2.400 per lembar. Sedangkan pada perdagangan Kamis (18/10), harga saham Apexindo ditutup pada posisi Rp 2.475 per lembar.

Apexindo menyumbang sekitar 15% terhadap pendapatan Medco. Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 21% pada 2008. Laba bersih pada semester pertama 2007 mencapai sebesar US$ 15 juta atau turun 7,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 16,2 juta. Hal itu disebabkan penurunan keuntungan nonkas yang dipicu transaksi share swap.

Sumbangan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tercatat US$ 38,6 juta pada Juni 2007 atau naik 28,7% dari Juni 2006 US$ 30 juta.

Menurut dia, penjualan saham Apexindo tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah aset tetap. Namun, bersamaan dengan itu, perseroan akan menerima uang tunai.

Hilmi mengatakan, divestasi saham ini berdampak terhadap rasio utang terhadap ekuitas. Soalnya, hasil divestasi akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan, termasuk investasi pada usaha hulu minyak dan gas bumi.

Apexindo baru-baru ini memperoleh tiga kontrak kerja pemboran darat senilai US$ 7 juta. Kontrak pertama adalah onshore driling rigs service dengan EMP Kangean Limited senilai US$ 2,11 juta. (rad)

Pembeli Apexindo mayoritas institusi keuangan

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Empat lembaga keuangan asing dan lokal mendominasi calon pembeli 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Perusahaan pengeboran itu kini masih dikuasai oleh perusahaan yang dikendalikan Keluarga Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk

Empat institusi keuangan itu adalah perusahaan pengelola dana raksasa Texas Pacific Group (TPG), 3i Group, Abacus Capital, Recapital Investment Bank, sedangkan dua lainnya adalah perusahaan pengeboran yakni PT Bormindo Nusantara dan Essar Oil dari India.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

"Valuasi saham yang ditawarkan oleh Medco cukup tinggi bisa mencapai enam kali nilai bukunya. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan antara Medco dengan calon pembeli karena ini juga baru penawaran awal," ujar eksekutif yang mengetahui transaksi itu, kemarin.

Medco, katanya, ingin menjual saham Apexindo di posisi Rp2.400 per saham. Keinginan itu terlihat masuk akal, mengingat harga saham Apexindo kini berangsur melonjak ke posisi 2.400-an. Saham itu kemarin ditutup naik ke level Rp2.475 dari penutupan perdagangan sebelumnya Rp2.450.

Harga saham Medco kemarin justru ditutup melemah ke Rp4.900 dari penutupan hari sebelumnya Rp5.050 per saham.

Dengan harga Rp2.475, itu mencerminkan rasio harga saham terhadap laba bersih per saham Apexindo (price to earning ratio/PER) 22,79 kali dan estimasi setahun ke depan 12,14 kali.

Mengacu rasio itu, saham Apexindo jauh lebih murah dibandingkan dengan harga saham Seadrill Ltd, sebelumnya memiliki 32% saham perusahaan pengeboran itu, yang kini mencapai 40,98 kali. Namun, saham Apexindo jauh lebih mahal ketimbang saham perusahaan sejenis Nabors Industrial Ltd sebesar 8,09 kali yang sahamnya tercatat di bursa efek AS.

Presdir Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan daftar pendek calon pembeli terdiri dari enam perusahaan. Namun, dia menolak merincinya. "Saya mengetahui hal itu, tetapi saya tidak mau menyebutkan karena terkait kerahasiaan."

Sebelum Natal

Dia menjelaskan keenam calon pembeli kini berhak mendapatkan ulasan data dari manajemen Apexindo, yang merupakan tahap lanjutan dari uji tuntas. Dia berharap kandidat pembeli Apexindo sekaligus transaksi sudah dapat ditetapkan sebelum awal Desember. "Kalau sebelum akhir tahun, berarti paling tidak sebelum Natal."

Hilmi juga mengatakan akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis.

Hilmi Panigoro, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Norico Gaman, Head of Research BNI Securities, menambahkan calon pembeli Apexindo lebih baik bergerak di bidang yang sama, mengingat hal itu menentukan kelanjutan usaha pengeboran.

"Kalau perusahaan sejenis, mereka tentu perhatikan pertumbuhan Apexindo. Tetapi, di sisi lain Medco juga menginginkan harga penjualan yang terbaik," tuturnya.

Sebagai jalan tengah, perusahaan sejenis yang kini berminat terhadap Apexindo dapat mengajukan harga penawaran yang lebih baik.

Jika pemenangnya institusi keuangan seperti TPG, mereka hanya menyertakan modal di Apexindo. "Tentu saja mereka dapat menjual lagi saham Apexindo kalau sudah untung."

Grup Essar kini juga mengincar saham PT Krakatau Steel dan akan membangun pabrik baja di Kalimantan. TPG sedang dalam proses akuisisi 71,61% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dari Recapital dan sedang membidik saham mayoritas di Garuda Indonesia. (Pudji Lestari) (arif.gunawan@bisnis.co.id/munir.haikal@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S., M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia