Thursday, November 9, 2006

Apexindo's Net Profit Increased Two-Fold in 3Q06

Rigzone.com, PT Apexindo 11/9/2006 --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk in third quarter 2006 successfully booked Rp 289.2 billion in Net Profit or up by more than two-fold compared to Rp156.5 billion Net Loss in restated third quarter 2005 financial statement. The increase in Net Profit was caused by Revenue growth, which rose by 28.9% as well as effective and efficient operational performance. Apexindo was able to control the escalation of direct and indirect costs efficiently that Operating Profit surged significantly by 70.9% to Rp 304.1 billion from Rp 177.9 billion the year before. The condition boosted the Company's EBITDA by 41.0% to Rp 439.5 billion compared to Rp 311.8 billion last year. Apexindo's ability to reduce pressure from distortions such as interest expense and foreign exchange eventually increased the Company's Net Profit significantly. Agustinus B. Lomboan, the Company's Finance Director explains, "The improvement of the Company's financial performance in 9 months was supported by excellent operational performance in which the drilling equipment has been operating maximum and are in good quality. The upturn was also backed by the Company's continuous efficiency and the decrease of interest expense as well as favorable market condition".

The Company's Revenue for this period grew by 28.9% to Rp 1.0 trillion from Rp 798.9 billion last year. The increase in Revenue was mainly driven by the significant revenue increase from land rig segment by 86.7% to Rp 353.5 billion compared to Rp 189.3 billion the year before. This was caused by the improvement of utilization rate to 61% compared to 46% last year following effective new contracts, especially for geothermal drilling, and the increase in dayrates. On the other hand, revenue contribution from offshore segment also rose by 11.0% to Rp 676.6 billion on the back of Apexindo achievement to maintain 100% utilization rate following the low breakdown rate that the Company was able to generate maximum earnings. Maintained and controlled overall cost appropriately has made direct and indirect cost to merely increase by 16.9%, even though costs in drilling business tend to ascend as demand for rigs is in the rise. Apexindo is able to stabilize the costs so that they do not go linearly with the surging of operational activities, therefore giving more contributions to the Company's profitability level. This is reflected in the improvement of the Company's gross margin from 28.9% to 34.4% and the upsurge of operating margin to 29.5% from 22.3%. The condition ultimately supported the increase in EBITDA by 41.0% to Rp 439.5 billion and EBITDA margin from 39.0% to 42.7%.

The Company has been consistently reducing pressure from distortions to improve bottom line. In third quarter this year, Interest Expense was decreased by 58.5% to merely Rp 38.2 billion. This was in line with the diminishing interest bearing debts that declined by 20.6% year on year (YoY). As EBITDA improved, interest coverage ratio got better to 11.5x compared to last year's 3.4x. Further, with proper financial strategy and improving Rupiah exchange rate, Apexindo successfully booked Gain on Foreign Exchange of Rp 13.4 billion compared to last year's Rp 58.1 billion of Loss on Foreign Exchange. Moreover, Apexindo recorded Gain from Swap Transaction of Rp 120.9 billion driven by improved marked to market valuation on the Company's swap transaction. The Company has conservatively booked Loss from Swap Transaction last year with exchange rate assumption of approximately Rp 9.800,- per USD.

In the third quarter, the Company's balance sheet became healthier following improving performance and declining interest bearing debts. Debt to Equity ratio was booked at 0.4x or better than last year's 0.7x. Liquidity has also been maintained at outstanding level to 3.8x. Agustinus adds, "We are delightful with the achievement, which has exceeded our initial target. It is expected that Revenue in full year 2006, taking into account Rupiah appreciation, may grow at approximately 25% YoY or higher than previously projected at 10% YoY. Meanwhile, with excellent performance and consistent efficiency, EBITDA is expected to reach Rp 600 billion in which equivalent to US $65 million or up by approximately 30% compared to last year's number with the margin above 40%".

Margin EBITDA Capai 43%, Apexindo Targetkan Pendapatan US$ 150 Juta

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk menargetkan, pendapatan sebesar US$ 150 juta pada akhir 2006 atau naik 29% dibandingkan US$ 116,6 juta akhir 2005. Kenaikan tersebut dipicu oleh peningkatan harga sewa harian dan tingkat utilisasi rig perseroan.

Manajemen Apexindo menyampaikan hal tersebut dalam materi paparan publik yang disampaikan kepada otoritas bursa di Jakarta, awal pekan ini. "Tingkat utilisasi rig lepas pantai ditargetkan sebesar 100% dan rig darat 70%," kata manajemen perseroan.

Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk tersebut juga memproyeksikan, pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$ 60 juta hingga US$ 65 juta per 31 Desember 2006. Sedangkan margin EBITDA diharapkan meningkat menjadi 45%, menyusul program efisiensi yang diterapkan secara konsisten.

“Margin EBITDA Apexindo saat ini tercatat sekitar 43% dan menempati posisi ke-8 dari 15 perusahaan sejenis di dunia,” tandas laporan tersebut. Margin EBITDA tertinggi dimiliki Diamond Offshore sebesar 56%, disusul ENSCO (54%), dan Noble Corp (54%).

Hingga akhir kuartal ketiga 2006, pendapatan perseroan mencapai US$ 111,8 juta, naik 34,2% dibandingkan periode sama 2005 US$ 83,4 juta. EBITDA tumbuh 45% menjadi US$ 47,7 juta dari sebelumnya US$ 32,9 juta.

Bila ditilik per kuartal, pendapatan dan EBITDA Apexindo mencatat tren kenaikan. Pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 31,6 juta dan US$ 13,5 juta pada kuartal pertama 2006.

Pada kuartal kedua lalu, pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 37 juta dan US$ 16,6 juta. Pendapatan dan EBITDA terus tumbuh pada kuartal ketiga 2006 menjadi masing-masing US$ 43,2 juta dan US$ 17,6 juta.

Sedangkan laba usaha per 30 September 2006 mencapai US$ 31,4 juta, naik signifikan 76% dari periode sama tahun lalu US$ 17,9 juta. Alhasil, Apexindo membukukan laba bersih US$ 26 juta dari sebelumnya merugi US$ 9,7 juta.

Pada Januari-September 2006, perseroan membukukan rasio lancar 3,8 kali, lebih tinggi dari periode Januari-September 2005 sebesar 3,4 kali. Rasio kewajiban terhadap ekuitas (DER) tercatat 0,4 kali dari sebelumnya 0,6 kali.

Backlog Pendapatan

Pada 2007, Apexindo mengantungi backlog pendapatan sebesar US$ 186 juta. Jumlah tersebut turun menjadi US$ 150 juta pada 2008 dan menjadi US$ 120 juta dan US$ 5 juta pada dua tahun berikutnya.

Backlog dihitung dengan mengalikan harga sewa rig harian berdasarkan kontrak dengan periode kontrak. “Backlog pendapatan bersifat indikatif dari full contractual day rate, sehingga dapat berubah-ubah mengikuti rig downtime dan adanya kontrak baru,” papar manajemen Apexindo.

Sementara itu, pembangunan rig jack-up terbaru milik Apexindo bernama Soehanah telah mencapai 80% hingga September 2006 dan diharapkan rampung pada Januari 2007. Belanja modal yang dianggarkan untuk pembelian rig baru sekitar US$ 150 juta.

Uang muka sebesar US$ 26,7 juta telah dibayarkan pada 2005, sedangkan sisanya dipenuhi lewat fasilitas pembiayaan jangka panjang senilai US$ 125 juta.

Rig bertipe Baker Marine Design Pacific Class 375 tersebut telah memperoleh kontrak jangka panjang dari E&P Indonesie selama 22 bulan, ditambah periode perpanjangan sembilan bulan. Nilai kontrak mencapai sekitar US$ 170 juta. Baru-baru ini Soehanah sukses melakukan water launching test di PPL Shipyard Singapore, tempat rig jack-up dirakit. (gie)

Akhir 2006, Apexindo Targetkan Laba Bersih US$ 32 Juta

Jakarta, detik.com - Perusahaan jasa tambang, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), menargetkan laba bersih sampai akhir tahun mencapai US$ 32 juta. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2005 yang mencatat rugi bersih Rp 43,126 miliar.

Pendapatan hingga akhir tahun juga diprediksi naik 29 persen menjadi US$ 150 juta.

"Kenaikan tersebut karena peningkatan sewa harian dan utilisasi on shore," kata Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus Lomboan, dalam publik ekspose di Gedung BEJ, Rabu (8/11/2006).

Sampai akhir tahun ini, utilisasi rig of shore (lepas pantai) ditargetkan sebesar 100 persen atau terpakai semua. Sedangkan utilisasi rig on shore ditargetkan sebesar 70 persen.

Untuk tahun 2007, total pendapatan perseroan ditargetkan lebih dari US$ 200 juta. "Tahun depan dari kontrak yang ada tanpa kontrak baru pendapatan kita mencapai US$ 186 juta, tapi kita tentu akan mencari kontrak-kontrak baru," tutur Agustinus.

Namun demikian akibat melesetnya operasi rig Raniworo untuk kontrak Santos, yang diperkirakan terlambat tiga bulan, serta rig Soehanah untuk kontrak total E&P selama satu bulan, Apexindo berpotensi kehilangan pendapatan sebesar US$ 17 juta.

Tahun depan perseroan menganggarkan capex senilai US$ 142,3 juta. Sebesar US$ 123,2 juta akan digunakan membayar penyelesaian rig Soehanah. Sisanya untuk capex rutin.
(ir/ir)

Margin EBITDA Capai 43%, Apexindo Targetkan Pendapatan US$ 150 Juta

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk menargetkan, pendapatan sebesar US$ 150 juta pada akhir 2006 atau naik 29% dibandingkan US$ 116,6 juta akhir 2005. Kenaikan tersebut dipicu oleh peningkatan harga sewa harian dan tingkat utilisasi rig perseroan.

Manajemen Apexindo menyampaikan hal tersebut dalam materi paparan publik yang disampaikan kepada otoritas bursa di Jakarta, awal pekan ini. "Tingkat utilisasi rig lepas pantai ditargetkan sebesar 100% dan rig darat 70%," kata manajemen perseroan.

Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk tersebut juga memproyeksikan, pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$ 60 juta hingga US$ 65 juta per 31 Desember 2006. Sedangkan margin EBITDA diharapkan meningkat menjadi 45%, menyusul program efisiensi yang diterapkan secara konsisten.

“Margin EBITDA Apexindo saat ini tercatat sekitar 43% dan menempati posisi ke-8 dari 15 perusahaan sejenis di dunia,” tandas laporan tersebut. Margin EBITDA tertinggi dimiliki Diamond Offshore sebesar 56%, disusul ENSCO (54%), dan Noble Corp (54%).

Hingga akhir kuartal ketiga 2006, pendapatan perseroan mencapai US$ 111,8 juta, naik 34,2% dibandingkan periode sama 2005 US$ 83,4 juta. EBITDA tumbuh 45% menjadi US$ 47,7 juta dari sebelumnya US$ 32,9 juta.

Bila ditilik per kuartal, pendapatan dan EBITDA Apexindo mencatat tren kenaikan. Pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 31,6 juta dan US$ 13,5 juta pada kuartal pertama 2006.

Pada kuartal kedua lalu, pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 37 juta dan US$ 16,6 juta. Pendapatan dan EBITDA terus tumbuh pada kuartal ketiga 2006 menjadi masing-masing US$ 43,2 juta dan US$ 17,6 juta.

Sedangkan laba usaha per 30 September 2006 mencapai US$ 31,4 juta, naik signifikan 76% dari periode sama tahun lalu US$ 17,9 juta. Alhasil, Apexindo membukukan laba bersih US$ 26 juta dari sebelumnya merugi US$ 9,7 juta.

Pada Januari-September 2006, perseroan membukukan rasio lancar 3,8 kali, lebih tinggi dari periode Januari-September 2005 sebesar 3,4 kali. Rasio kewajiban terhadap ekuitas (DER) tercatat 0,4 kali dari sebelumnya 0,6 kali.

Backlog Pendapatan

Pada 2007, Apexindo mengantungi backlog pendapatan sebesar US$ 186 juta. Jumlah tersebut turun menjadi US$ 150 juta pada 2008 dan menjadi US$ 120 juta dan US$ 5 juta pada dua tahun berikutnya.

Backlog dihitung dengan mengalikan harga sewa rig harian berdasarkan kontrak dengan periode kontrak. “Backlog pendapatan bersifat indikatif dari full contractual day rate, sehingga dapat berubah-ubah mengikuti rig downtime dan adanya kontrak baru,” papar manajemen Apexindo.

Sementara itu, pembangunan rig jack-up terbaru milik Apexindo bernama Soehanah telah mencapai 80% hingga September 2006 dan diharapkan rampung pada Januari 2007. Belanja modal yang dianggarkan untuk pembelian rig baru sekitar US$ 150 juta.

Uang muka sebesar US$ 26,7 juta telah dibayarkan pada 2005, sedangkan sisanya dipenuhi lewat fasilitas pembiayaan jangka panjang senilai US$ 125 juta.

Rig bertipe Baker Marine Design Pacific Class 375 tersebut telah memperoleh kontrak jangka panjang dari E&P Indonesie selama 22 bulan, ditambah periode perpanjangan sembilan bulan. Nilai kontrak mencapai sekitar US$ 170 juta. Baru-baru ini Soehanah sukses melakukan water launching test di PPL Shipyard Singapore, tempat rig jack-up dirakit. (gie)