Tuesday, September 25, 2007

Harga naik, Apexindo sulit buy back obligasi

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Harga obligasi PT Apexindo Pratama Duta Tbk naik di level 103%, akibatnya manajemen kerepotan menjalankan rencana pembelian kembali (buy back) obligasi pada tahun ini.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan perseroan memiliki kas yang cukup untuk menjalankan rencana buy back, yang sudah diagendakan sejak tahun lalu.

Menurut rencana, perseroan menawarkan opsi untuk membeli kembali obligasinya melalui mekanisme pasar hingga sebanyak-banyaknya US$20 juta atau setara dengan Rp184 miliar (dengan asumsi US$1= Rp9.200).

Agustinus mengatakan posisi kas perseroan memang meningkat, akan tetapi harga obligasi I/2005 sudah mencapai level 103%. Dengan harga yang premium ditambah transaksi obligasi perseroan yang likuid di pasar, dia mengatakan cukup repot untuk menjalankan buy back.

"Walau ada kas yang bisa digunakan untuk buy back, kalau harganya premium tentu tidak bermanfaat. Buy back belum tentu batal. Kami perlu hitung-hitungan lagi dalam tiga bulan ini," tuturnya pekan lalu.

Agustinus menambahkan kemungkinan buy back tetap terbuka, terlebih jika ada pemegang obligasi yang mau melepas kepemilikannya di bawah harga pasar. Pembelian diizinkan selama perseroan masih menyisakan surat utang itu tercatat di Bursa Efek Surabaya (BES).

Rencana buy back obligasi telah diinformasikan kepada para pemegang obligasi melalui BES tahun lalu. Perseroan mempunyai hak untuk membeli kembali obligasi satu tahun setelah obligasi diterbitkan.

Pada 2005, Apexindo menerbitkan surat utang yang terbagi dalam bentuk konvensional dan syariah dengan nilai masing-masing Rp510 miliar dan Rp240 miliar.

Obligasi yang jatuh tempo pada 2009 itu mempunyai tingkat bunga 12,25%, di mana obligasi syariah mengikuti patokan bunga surat utang konvensional.

Dalam perkembangan terakhir, Presdir Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan dalam rangka divestasi kepemilikan saham mayoritas di Apexindo, PT Medco Energi Internasional Tbk telah menyebarkan sebanyak 50 undangan kepada sejumlah perusahaan pembiayaan/investment banking dan perusahaan pengeboran sejenis dengan Apexindo, baik asing maupun domestik.

Konglomerat domestik

Dari daftar calon penawar itu, diakui Hertriono, sebagian besar merupakan investment banking. Di antara daftar itu pula terdapat konglomerat bisnis domestik. Namun, dia menolak menyebutkan nama.

Dia mengakui lebih menyukai pembeli yang berasal dari perusahaan sejenis, sehingga lebih mudah dalam perencanaan ke depan. "Tetapi, skala perusahaan pengeboran juga harus yang cukup besar, sehingga mampu membeli Apexindo. Di samping itu, calon pembeli tentu yang mempunyai kepentingan dan pembelian memberi nilai tambah baginya," tuturnya.

Hertriono juga mengungkapkan kemungkinan perusahaan domestik mampu membeli dengan pembiayaan dari luar negeri. "Tetapi jangan lupa banyak perusahaan di Indonesia yang sudah punya perusahaan keuangan sendiri," ujarnya.

Agustinus mengatakan ada kemungkinan konglomerat itu menggunakan nama lain, sehingga sulit terdeteksi. Saat ini, Credit Suisse yang ditunjuk sebagai penasihat keuangan dalam divestasi ini tengah melakukan beauty contest calon pembeli strategis tersebut. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia