Saturday, October 29, 2005

Sisa utang Apexindo ke MEFO US$11 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia : Sisa kewajiban PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada perusahaan afiliasi Medco Energi Finance Overseas saat ini tinggal US$11 juta.

Kewajiban ke perusahaan afiliasi ini menurut penjelasan Apexindo kepada Bisnis, berkurang setelah perseroan melunasi sebagian kewajiban menggunakan dana hasil penerbitan saham baru.

Sebelumnya perusahaan memiliki kewajiban sebesar US$55 juta dengan tingkat bunga sekitar 10%.

Selain memiliki kewajiban ke MEFO, perusahaan juga memiliki utang kepada bank senilai US$15 juta dan utang obligasi sebesar Rp750 miliar.

Sementara itu posisi rasio utang perusahaan terhadap ekuitas disebutkan mencapai 131% untuk laporan per 31 Juni 2005. Setelah pelunasan kewajiban ini, rasio utang perusahaan tinggal 69%. (Bisnis/adn)

Friday, October 28, 2005

Sisa utang Apexindo lunas tahun ini

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk sebelum akhir tahun berencana melunasi sisa kewajiban kepada perusahaan terafiliasi Medco Energi Finance Overseas senilai Rp70 miliar.

Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari, dana untuk pelunasan sisa kewajiban ini akan diambil dari kas internal.

"Kewajiban ini harus segera dilunasi karena bunganya relatif tinggi yaitu mencapai 10%. Kalau utang ini dilunasi, beban biaya bunga bisa ditekan," kata dia kepada Bisnis kemarin.

Hingga kini dari total kewajiban sebesar Rp530 miliar, sekira Rp460 miliar di antaranya telah dilunasi. Dana untuk pelunasan kewaiban ini diperoleh dari hasil emisi saham baru.

Setelah perseroan melunasi kewajiban ini rasio utang perusahaan terhadap modal akan turun dari 100% menjadi dibawah 50%.

Dengan pelunasan tersebut, jumlah kewajiban perusahaan tinggal senilai US$90 juta yang terdiri dari utang obligasi US$70 juta dan utang bank US$20 juta.

Terkait soal kinerja, Apexindo mematok perolehan pendapatan sebesar US$110 juta (bukan laba seperti tertulis dalam edisi kemarin di halaman B1) atau sedikit lebih kecil ketimbang perolehan tahun lalu sebesar US$113 juta.

Penurunan pendapatan ini terjadi karena tidak maksimalnya utilisasi rig yang dimiliki pada tahun ini karena sejumlah perbaikan. Tahun lalu utilisasi rig perusahaan mencapai 54% sementara kondisi saat ini hanya 46% dan menjadi 50% pada akhir tahun.

Dari sisi laba, perseroan tahun ini bakal membukukan keuntungan bersih mencapai Rp30 miliar.

Oleh Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

Thursday, October 27, 2005

Apexindo patok laba US$110 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk tahun ini mematok pendapatan mencapai US$110 juta (setara dengan Rp1,1 triliun) atau sedikit lebih kecil ketimbang perolehan tahun lalu sebesar US$113 juta (Rp1,13 triliun, asumsi US$1=Rp10.000).

Direktur Keuangan Apexindo Agus Lomboan mengatakan penurunan laba itu terjadi karena tidak maksimalnya utilisasi rig yang dimiliki pada tahun ini karena sejumlah perbaikan.

"Tahun lalu utilisasi rig perusahaan mencapai 54%. Hingga saat ini diperkirakan hanya 46% dan menjadi 50% pada akhir tahun," katanya.

Namun, dari sisi perolehan keuntungan, perseroan pada tahun ini bakal membukukan laba bersih positif. Hal itu terjadi karena berkurangnya risiko rugi kurs yang diderita perusahaan setelah depresiasi nilai tukar rupiah.

Apexindo memperkirakan laba bersih perseroan pada akhir tahun akan mencapai kisaran Rp30 miliar. Sementara perolehan pada tahun lalu masih rugi bersih sebesar Rp28 miliar.

Menyinggung kinerja hingga Desember, dia memaparkan pendapatan perusahaan diperkirakan mencapai Rp800 miliar atau lebih bagus ketimbang periode yang sama 2004 senilai Rp700 miliar.

Sedangkan perkiraan laba bersih emiten itu diperkirakan mencapai Rp3 miliar hingga Rp4 miliar ketimbang rugi bersih Rp24 miliar.

Guna mengenjot pertumbuhan pendapatan, perusahaan saat ini masih memiliki kontrak kerjasama senilai US$120 juta untuk kategori back up selama tiga tahun.

Baru-baru ini dalam penjelasannya ke BEJ, Apexindo menandatangani kontrak pengeboran baru senilai US$1,99 juta dengan PT Medco E&P Indonesia.

Kontrak pengeboran itu dilakukan untuk pekerjaan pengeboran darat yang dikerjakan oleh Rig 14 yang berlokasi di blok Kaji, Sumatra Selatan.

Saham baru

Menyinggung hasil penerbitan saham baru, dia mengungkapkan prosesnya telah rampung. Perseroan telah mengalokasikan hasil emisi sahambaru itu untuk melunasi kewajiban kepada Medco Energi Finance Overseas.

Menurut Ade Saftari, Sekretaris Perusahaan, kini Apexindo mengalokasikan seluruh dana hasil penerbitan saham baru senilai Rp460 miliar.

Dengan pelunasan utang ini rasio utang perusahaan terhadap modal menjadi berkurang.

"Rasio utang terhadap ekuitas kami kini di bawah 100%. Ini terjadi setelah peningkatan modal dan pelunasan kewajiban kepada perusahaan afiliasi Medco Energi Finance Overseas. Rasio utang kami tinggal 50%," katanya.

Oleh Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

Apexindo Targetkan Laba Bersih Rp 30 Miliar

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Duta Perkasa Tbk menargetkan laba bersih tahun 2005 sebesar Rp 30 miliar, atau naik drastis dibanding tahun lalu yang masih merugi senilai Rp 31,88 miliar.

Direktur Keuangan Apexindo Pratama Duta Agustinus B. Lomboan mengatakan, membaiknya kinerja perusahaan tahun 2005 disebabkan kerugian selisih kurs dolar AS (forex loss) dapat dikurangi. Karena utang perusahaan dalam dolar AS terus turun. "Selain itu, sejak September-hingga Desember 2005, perusahaan sudah mampu menutupi kerugian selisih kurs. Sehingga kinerja perseroan makin membaik," ujarnya saat berbuka puasa di Jakarta, Selasa (25/10).

Agustinus optimisis, target itu bisa tercapai hingga akhir tahun ini sebab laba bersih hingga September 2005 sudah mendekati Rp 5 miliar. Dia menambahkan, total penjualan tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp 800 miliar atau meningkat dibanding Rp 700 miliar tahun sebelumnya.

“Dengan adanya right issue sebesar Rp 460, 68 miliar belum lama, utang kepada induk perusahaan juga berkurang. Dengan demikian, kinerja perusahaan tahun ini dan tahun mendatang akan jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Menurut dia, hingga September 2005, jumlah utang perusahaan mencapai sekitar US$99 juta terdiri atas utang obligasi US$73 juta, pinjaman kredit BCA US$15 juta dan sisa utang kepada MEFO sebesar US$11 juta. Sedangkan total ekuitas mencapai US$180 juta. Sehingga rasio utang terhadap ekuitas (DER) adalah 0,5 kali. Sebelum pembagian utang di atas dibayarkan, DER perseroan tercatat 1,3 kali.

Selain itu, lanjut dia, nilai kontrak dengan perusahaan minyak asing terus meningkat tahun ini dan tahun depan. “Sisa kontrak tahun 2005 masih tersisa US$120 juta dan tahun 2006 sudah diteken senilai US$90 juta. Artinya, untuk dua tahun ke depan, kami cukup aman dan tinggal mencari kontrak baru lagi,” katanya.

Perseroan bergerak di bidang jasa penyewaan rig darat dan lepas pantai. Apexindo memiliki 12 unit rig dan tingkat penggunaannya baru mencapai 50% dan diperkirakan naik menjadi 60% tahun depan.

Jasa kontrak rig lepas pantai memberikan kontribusi sebesar 75% dan sisanya rig darat. Menurut dia, margin keuntungan terbesar berasal dari rig lepas pantai karena semua biaya bisan diperhitungkan. Sebaliknya, biaya penyewaan rig darat sulit diprediksi, apalagi lokasi proyek itu berasal di luar Pulau Jawa. (c77/kp)

Saham Apexindo Bergerak Sideways

Jakarta, Investor Daily --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan bergerak mendatar (sideways) pada perdagangan jangka pendek. Arah mendatar pada saham sektor pertambangan tersebut terbaca dari sisi teknis.

Ini melanjutkan posisi serupa pada penutupan perdagangan kemarin (Selasa, 25/10) yang ditutup stagnan, kata analis PT Danasakti Securities Arief Budisatria kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (25/10).

Pada perdagangan kemarin, saham APEX ditutup stagnan di level Rp 730. Saham perusahaan di sektor minyak dan gas itu ditransaksikan hanya 4 kali, dengan volume transaksi sebanyak 75.000 unit saham senilai Rp 54,75 juta.

Menurut Arief, secara teknis saham Apexindo Pratama masih bergerak pada posisi yang sama untuk jangka pendek dan hal itu terjadi sejak 20 Oktober 2005. Arah mendatar itu terbaca dari indikator stochastic oscillator dan moving average convergence divergence (MACD) kata Arief.

Dia mengatakan, pergerakan sideways saham APEX juga didukung volume transaksi yang relatif kecil sejak awal Oktober. Jadi, hal itu pula yang menyebabkan para investor kesulitan untuk trading pada saham ini,” ujarnya.

Kendati demikian, kata Arief, secara fundamental saham Apexindo Pratama masih menjanjikan, karena kinerja perusahaan diperkirakan kembali positif tahun ini. Laba bersih perseroan selama 2004 tercatat minus Rp 27,1 miliar dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 52,7 miliar. Tahun ini, laba bersih perseroan diprediksi mencapai Rp 3,06 miliar, karena pada semester pertama sudah terbukukan Rp 1,53 miliar, kata dia.

Arief menambahkan, pertumbuhan earning per share (EPS) saham APEX diperkirakan juga bergerak positif menjadi Rp 2 dari tahun sebelumnya yang minus Rp 15. Namun, valuasi saham APEX cukup mahal dibanding emiten sejenis, karena price to earning ratio (PER) mencapai 730 kali, dengan price to book value (PBV) 1,72 kali. Sedangkan PER MEDC (Medco Energi Internasional) hanya 12,6 kali dan PBV 2,35 kali, jelasnya.

Sedangkan analis PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil mengatakan, dari sisi teknis saham APEX berpeluang koreksi pada perdagangan jangka pendek. Sebab, indikator stochastic oscillator belum menunjukkan arah yang positif. Apalagi, saham ini kurang efektif di pasar, ujarnya.

Mustafa menambahkan, indikator teknis lain seperti relative strength index (RSI) untuk 21 hari juga menunjukkan saham Apexindo berpotensi terkoreksi. Market yang cenderung sepi transaksi turut menjadi sentimen negatif untuk saham ini, tambah dia.

Utang Berkurang

Sementara itu, manajemen Apexindo Pratama Duta mengatakan, utang perseroan semakin berkurang dari tahun ke tahun, seiring penerbitan obligasi (bond) dan pelaksanaan penawaran saham terbatas (rights issue).

Jadi, utang kita dari waktu ke waktu semakin mengecil, kata Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (26/10).

Menurut Ade, penerbitan obligasi syariah ijarah Apexindo I tahun 2005 pada awal tahun ini, yaitu obligasi dengan jangka waktu 5 tahun berjumlah sebanyak-banyaknya Rp 750 miliar, dan sebanyak-banyaknya Rp 150 miliar diterbitkan dalam bentuk obligasi syariah ijarah bertujuan untuk melunasi sejumlah utang perseroan. Begitu juga pelaksanaan rights issue I tahun 2005 yang berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 460,68 miliar. Itu kita gunakan pula untuk membayar utang, jelasnya.

Ade menjelaskan, saat ini sisa utang perseroan jasa pengeboran minyak dan gas tersebut tinggal sekitar US$ 99 juta yang statusnya sebagai utang berbunga. Jadi, sisanya itu adalah US$ 73 juta utang obligasi rupiah, US$ 15 juta fasilitas kredit dari BCA, dan US$ 11 juta pada Medco Energi Finance Overseas BV (MEFO), ujarnya.

Dia menegaskan, dengan neraca keuangan yang lebih sehat akan memberikan ruang bagi perseroan untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan baru guna mendukung rencana ekspansi perseroan ke depan. Di samping itu, penurunan utang perseroan yang signifikan akan mengurangi beban bunga yang harus dibayarkan, sehingga akan berdampak positif pada laba bersih perseroan, tambah Ade.

Rekomendasi

Arief merekomendasikan buy on support saham APEX bagi investor jangka pendek, menengah maupun panjang. Support saham ini pada level Rp 700 dan resistance Rp 840, ujarnya.

Sedangkan Mustafa merekomendasikan wait and see pada saham minyak dan gas tersebut dalam jangka pendek. Tapi untuk menengah dan panjang, dia menyarankan buy on weakness. Support-nya di level Rp 625 dan resistance pada Rp 750, jelasnya. (asp)

Apexindo Pratama

Jakarta, Media Indonesia --- Sementara itu, penyedia jasa pertambangan PT Apexindo Pratama Duta Tbk memproyeksikan membukukan laba Rp30 miliar akhir tahun ini setelah tahun lalu mengalami kerugian.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan mengatakan kenaikan harga BBM relatif tidak berdampak terhadap kebutuhan biaya bahan bakar perseroan. Sebab, sebagian besar bahan bakar yang diperlukan perseroan disediakan oleh pengguna jasa Apexindo.

''Dampaknya yang kelihatan adalah pada biaya pengangkutan karena tarif jasa freight (pengangkutan) semua naik. Kalau dihitung, mungkin dampak ke biaya operasional sekitar 5%-10%,'' ungkap Agustinus.

Dia mengatakan dampak naiknya tarif pengangkutan telah diatasi dengan kebijakan Apexindo menaikkan tarif jasa pengeboran dan jasa pertambangan lainnya. Rata-rata kenaikan tarif jasa Apexindo berkisar antara 20%-25%.

Dengan mulai optimalnya penggunaan aset-aset modal kerja, dia optimistis target laba bersih Rp30 miliar tahun ini terpenuhi. Apalagi, mulai tahun ini kerugian yang disebabkan depresiasi rupiah pada 2003-2004 dapat dihentikan. (Ndy/S-3)

Friday, October 14, 2005

Apexindo teken kontrak US$1,99 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk menandatangani kontrak pengeboran senilai US$1,99 juta dengan PT Medco E&P Indonesia.

Menurut Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R. Satari, penandatanganan tersebut direalisasikan pada 7 Oktober 2005.

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Jakarta, penandatanganan tersebut dilakukan karena kedua belah pihak bekerjasama dalam pekerjaan pengeboran darat yang dikerjakan oleh Rig 14 yang berlokasi di blok Kaji, Sumatra Selatan.

"Jenis transaksi tersebut tidak memerlukan persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa," katanya.

Ade juga menambahkan bahwa setelah dilakukan penandatanganan ini, perseroan bersama dengan Medco E&P segera menggarap lokasi pengeboran tersebut. (Bisnis/04)

Sunday, October 9, 2005

Lembaga Keuangan Berebut Danai Cepu

JAKARTA, Republika -- Pertamina mengakui banyak lembaga keuangan -- baik dalam maupun luar negeri -- yang menawarkan diri mendanai pengelolaan Blok Cepu. Lembaga keuangan asing yang telah menyatakan minatnya antara lain Citigroup, JP Morgan, Goldman Sach, UBS, HSBC, dan JBIC. Sementara dari dalam negeri, antara lain Bank Mandiri dan Bank BNI.

''Mereka semua akan mengikuti beauty contest, sehingga didapat sumber pembiayaan yang murah,'' kata Dirut Pertamina, Widya Purnama, di Jakarta, kemarin (7/10).

Untuk tahap awal, lanjut Widya, pengelolaan Blok Cepu membutuhkan 500 juta dolar AS. Dana tersebut akan dipakai antara lain untuk pembebasan lahan, survai, pemasangan pipa dan pembuatan sumur.

Mengenai pembayaran pinjaman, menurut dia, Pertamina akan membayar melakukannya dari hasil minyak yang didapat. ''Pendeknya, kita usahakan mengeluarkan uang seminimal mungkin,'' katanya.

Mengenai joint operation agreement (JOA) dengan ExxonMobil, Widya mengatakan, pihaknya telah merampungkan drafnya, kemudian dinegosiasikan dengan ExxonMobil dan Tim Pemerintah yang direncanakan pada 10 Oktober mendatang.

''Kita berharap Oktober ini JOA-nya selesai. Setelah itu, dibuat POD (plan of development) dan selanjutnya membuat work and programme budget yang akan dibahas BP Migas,'' jelas Widya. Ia memperkirakan, semuanya rampung sesudah Lebaran atau sekitar Nopember 2005.

''Jadi kita bisa ngebor di Blok Cepu paling cepat Desember 2005, atau paling lambat awal tahun 2006,'' katanya. Jika semua rencana berjalan lancar, pertengahan 2008 akan menjadi puncak produksi Blok Cepu.

Menurut Widya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sudah tidak sabar dan telah memerintahkan Pertamina agar segera mengembangkan Blok Cepu. ''Pekan depan, kita dan pemda setempat akan dipanggil Presiden. Setelah itu, kita buat BUMD-nya,'' ujar Widya.

Apexindo
Sementara, Apexindo Pratama Duta (APEX) menyatakan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Petrogas Wira Jatim. Kerja sama antara Apexindo dengan BUMD Provinsi Jatim yang bergerak di bidang minyak dan gas ini, bertujuan untuk ikut mengelola ladang yang berada di wilayah kerja pemerintah di Jatim.

Demikian penjelasan Hertriono Kartowisastro, dirut Apexindo, dalam siaran persnya ke BEJ, Jumat (7/10). Lebih lanjut ia katakan, kerja sama ini memberi peluang bagi Apexindo untuk meningkatkan utilisasi rig (anjungan minyak) miliknya, terutama rig darat, mengingat Provinsi Jatim merupakan daerah penghasil migas terbesar ketiga di Indonesia setelah Kaltim dan Riau. Jatim memiliki ladang minyak dengan cadangan sangat besar seperti di Blok Cepu, Blok Jeruk, dan lain-lain.

Sementar Abdul Muid, dirut Petrogas, menyatakan, sebagai BUMD Jatim, diharapkan dapat melaksanakan fungsi kedaerahannya melalui kegiatan-kegiatan usaha, khususnya di bidang migas. ''Kerja sama ini memberi kesempatan bagi Apexindo untuk memberdayakan armada pengeboran untuk membantu meningkatkan kemampuan perusahaan daerah, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan Pemda Jatim,'' kata Abdul Muid.

Sebelumnya, Apexindo berhasil melaksanakan penawaran saham terbatas I tahun 2005 sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan mengumpulkan dana sebesar Rp 460,6 miliar. Dana tersebut telah digunakan Apexindo untuk melunasi sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas BV (MEFO) sehubungan dengan joint financing dalam rangka pembangunan rig Raissa dan rig Yani.

Pada kuartal II tahun ini, Apexindo mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,5 miliar dibandingkan dengan rugi bersih yang dicatatkan pada 2004 sebesar Rp 31,9 miliar. Sementara dari pendapatan usaha, naik tipis 4,1 persen menjadi Rp 490,3 miliar, dibanding periode yang sama 2004 yaitu Rp 471,0 miliar.

( c25/c22 )

Saturday, October 8, 2005

Apexindo Kerja Sama Dengan Petrogas

Jakarta, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) dengan PT Petrogas Wira Jatim (Petrogas) untuk pengembangan dan pengeboran sumur minyak di wilayah pertambangan Jawa Timur (Jatim). Petrogas adalah perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jatim yang bergerak di bidang minyak dan gas (migas).

“Kerja sama ini akan memberikan peluang yang besar bagi Apexindo untuk meningkatkan utilisasi rig, terutama rig darat. Provinsi Jatim merupakan penghasil migas terbesar ketiga di Indonesia, dengan cadangan sangat besar seperti di Blok Cepu, Blok Jeruk, dan lain-lain,” jelas Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro dalam siaran pers yang diterima Investor Daily, Kamis (6/10). (ari)

Friday, October 7, 2005

SeaDrill kuasai 32,3% saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: SeaDrill Ltd melalui Abacus Capital International Ltd telah resmi menjadi pemegang 32,3% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk melalui mekanisme penerbitan saham baru (rights issue).

Selain SeaDrill, Apexindo kini dimiliki oleh PT Medco Energi Internasional Tbk dengan kepemilikan 52,4% saham, berkurang dari posisi semula sekitar 77%, dan publik 15,3%.

SeaDrill merupakan perusahaan pemboran lepas pantai yang sedang berkembang pesat dengan kapitalisasi pasar saat ini pada bursa over-the-counter di Oslo sebesar sekitar US$1,7 milliar.

Dalam rights issue, Apexindo Pratama mengumpulkan dana sebesar Rp 460,68 miliar yang dimanfaatkan untuk melunasi sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas BV terkait pembiayaan bersama dalam pembangunan rig Raissa dan Yani.

"Minat yang tinggi dari investor, khususnya investor asing, terhadap Apexindo membuktikan bahwa Apexindo dipercaya," ujar Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan. (Bisnis/wiw)

Right Issue Apexindo Capai Rp 460,68 Miliar

Jakarta, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) mengumpulkan dana sebesar Rp 460,68 miliar dari hasil penawaran saham terbatas (right issue) I Tahun 2005.

Dalam pengumumannya kepada Bursa Efek Jakarta Rabu (5/10), Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan mengatakan, perseroan merasa puas karena keseluruhan proses penawaran saham terbatas Apexindo berjalan lancer dan tepat waktu.

“Proses yang sempat terhenti dan seharusnya selesai Juni 2005 telah dilanjutkan kembali dan berjalan sukses,” ujarnya.

Dana yang terkumpul telah digunakan perseroan untuk melunasi sebagian hutang Medco Energi Finance Overseas BV (MEFO) sehubungan dengan joint financing dalam rangka pembangunan rig Raissa dan Rig Yani.

Dengan demikian, total outstanding hutang berbunga Apexindo dalam rupiah turun drastic. Rasio hutang berbunga berbanding ekuitas diharapkan membaik cukup signifikan dari 1,31 kali per 30 Juni 2005 menjadi sekitar 0,61 kali. (c77)

Asing Borong Saham Baru Apexindo

Jakarta, Investor Daily -- Investor asing memborong sebagian besar saham baru (right issue) yang dijual PT Apexindo Pratama Duta Tbk. "Sepuluh institusi dan tiga investor perorangan asing memperoleh 96,6 persen atau sekitar 809,02 juta saham," kata Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R. Sartari dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Jakarta kemarin.

Investor domestik, terdiri atas 18 institusi dan 89 perorangan, hanya memperoleh 3,41 persen atau sekitar 28,55 juta saham. Apexindo melakukan penjualan saham baru sebanyak 837,6 juta lembar yang penjatahannya dilaksanakan pada 28 September lalu. Saham dengan nilai nominal Rp 500 itu ditawarkan pada harga Rp 550 per saham.

Dari penerbitan saham baru itu, Apexindo mengumpulkan dana Rp 460,68 miliar. Dana itu digunakan untuk melunasi utang ke Medco Finance Overseas BV. Utang itu terkait dengan pendanaan bersama dalam pembangunan rig Raissa dan rig Yanni, yang akan jatuh tempo pada 31 Desember 2008.

Pada kesempatan terpisah, direktur keuangan anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk. Agustinus B. Lomboan menambahkan, dengan pembayaran utang itu, total sisa (outstanding) utang berbunga Apexindo dalam rupiah turun drastis. "Kami harap rasio utang berbunga berbanding ekuitas perusahaan akan membaik, dari 1,31 kali per 30 Juni 2005 menjadi sekitar 0,61 kali," kata dia.

Agustinus mengatakan, neraca keuangan yang lebih sehat akan memberi kesempatan lebih besar untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan baru yang akan mendukung rencana ekspansi perseroan ke depan. Penurunan utang yang signifikan akan menurunkan beban bunga yang harus dibayar. "Hal ini akan berdampak positif pada laba bersih," ujarnya.

SeaDrill Ltd., melalui Abacus Capital International Ltd., menjadi salah satu pemegang saham terbesar Apexindo dengan menguasai 32,3 persen saham. PT Medco Energi Internasional Tbk. tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 52,4 persen. Sisanya, sebesar 15,3 persen, berada di publik.

SeaDrill merupakan perusahaan pengeboran lepas pantai dengan kapitalisasi pasar saat ini pada bursa over the counter di Oslo sebesar sekitar US$ 1,7 miliar.

Sebelumnya, pada Juli 2005 telah disepakati kerja sama antara SeaDrill dan Apexindo untuk memasarkan dan mengoperasikan armada pengeboran lepas pantai SeaDrill.

PT Apexindo Pratama Duta Tbk. merupakan kontraktor pengeboran minyak dan gas bumi yang berdiri pada 20 Juni 1984. Apexindo kini memiliki sembilan anjungan pengeboran di daratan setelah bergabung dengan PT Medco Antareja pada Desember 2001.

Apexindo juga memiliki dan mengoperasikan empat submersible swamp barge rig (SSB), bernama Raisis, Maera, Raissa, dan Yani, yang dikontrak oleh Total E&P Indonesie dan satu jack-up rig Rani Woro di Timur Tengah. SULIYANTI PAKPAHAN

Thursday, October 6, 2005

Investasi Indosat Dibiayai Dana Internal

Jakarta, Kompas - Dalam lima tahun ke depan, PT Indosat Tbk tidak membutuhkan pinjaman dana dari luar untuk pengembangan investasi. Sesuai dengan pengelolaan keuangan perusahaan, mulai tahun depan Indosat akan memiliki kelonggaran dana internal sehingga dapat digunakan untuk membiayai investasi. Demikian dikemukakan Direktur Utama Indosat Hasnul Suhaimi di Jakarta, Selasa (4/10)

Saat ini total utang Indosat mencapai Rp 13 triliun. Pada April 2006, salah satu seri obligasi Indosat senilai Rp 1 triliun akan jatuh tempo. Namun, dari jumlah yang jatuh tempo tersebut, sebanyak Rp 48 miliar telah dibeli kembali pada harga 101 ketika harga obligasi sedang jeblok beberapa bulan lalu.

Setiap tahunnya, kami akan mulai melunasi utang sehingga ke depan Indosat akan semakin memiliki kelonggaran dari aliran dana internal, katanya.

Menurut Direktur Pemasaran untuk Korporasi Wahyu Wijayadi, tahun ini adalah puncak kegiatan investasi Indosat, di mana Indosat membangun sistem utama jaringan telekomunikasi, menambah stasiun transmisi, serta meningkatkan jangkauan dan kapasitas. Mulai tahun depan kami tinggal meningkatkan kapasitas jaringan. Kebutuhan investasinya semakin mengecil, katanya.

Apexindo

Secara terpisah, Direktur Keuangan PT Apexindo Pratama Duta Tbk Agustinus B Lomboan mengabarkan bahwa penerbitan saham baru terbatas (right issue) telah terlaksana dengan harga Rp 550 per saham. Dari kegiatan ini, Apexindo mengumpulkan dana sebesar Rp 460,680 miliar.

Dana hasil penerbitan saham tersebut telah digunakan untuk melunasi sebagian utang kepada Medco Energi Finance Overseas BV. Utang itu terkait dengan kerja sama pembiayaan dalam pembangunan anjungan pengeboran lepas pantai Raissa dan Yani.

Melalui proses penawaran saham baru secara terbatas tersebut, Sea Drill Ltd, melalui Abacus Capital International Ltd selaku pembeli siaga, telah membeli hak PT Medco Energi Internasional Tbk.

Abacus telah resmi menjadi pemegang saham terbesar kedua Apexindo dengan menguasai 32,3 persen saham. Medco masih menjadi pemegang saham mayoritas, dengan menguasai 52,4 persen. Sisanya dimiliki publik.

Petrosea

PT Petrosea Tbk bekerja sama dengan Renison Consolidated Mines NL melaporkan telah memulai pekerjaan tambang emas Tom̢۪s Gully di Australia. Rencananya, tambang tersebut sudah memproduksi emas pada Maret 2006. Tambang tersebut diperkirakan menghasilkan sekitar 45.000 ons emas setiap tahun dari 250.000 ton are yang diproses tiap tahunnya.

Presiden Direktur PT Petrosea John Sheridan mengatakan, ini merupakan kerja sama pertambangan pertama perseroan di luar Indonesia. (anv/TAV)

SeaDrill buys 32.3% stake in Apexindo

JAKARTA, The Jakarta Post: SeaDrill Ltd., an oil-rig owner controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen, has officially acquired a 32.3 percent stake in oil drilling firm PT Apexindo Pratama Duta through a rights issue for Rp 460.7 billion (about US$45.9 million).

In a release on Tuesday, the publicly listed company, a subsidiary of the country's largest locally controlled oil and gas firm PT Medco Energi Internasional, said the proceeds would be used to repay part of its debts to Medco Energi Finance Overseas BV.

According to the company's website, Apexindo recorded a net income of Rp 1.5 billion in the year's second quarter, a jump from Rp 34.9 billion in net losses it booked in the corresponding period the previous year.

The acquisition mean's the company's parent company Medco still holds the majority of shares, with a 52.4 percent stake, while the public investors control the remaining 15.3 percent. -- JP