Saturday, December 30, 2006

Apexindo beli balik obligasi

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk telah membeli kembali obligasinya senilai Rp10 miliar pada 26 Desember.

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Jakarta kemarin disebutkan pembelian surat utang itu dilaksanakan pada harga 99% dan dibantu oleh PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas. (Bisnis/wiw)

Friday, December 22, 2006

2007, Total Indonesie Investasi US$ 2,2 M

JAKARTA, Investor Daily Online --- Pada 2007, Total E&P Indonesie akan menyiapkan dana investasi US$ 2,2 miliar. Dana itu akan digunakan untuk meningkatkan produksi gas alam Blok Mahakam di Kalimantan Timur, dari 2,640 miliar kaki kubik per hari (billion cubic feet per day/bcfd) pada tahun ini.

“Rinciannya, US$ 1,6 miliar untuk belanja modal (capital expenditure/capex), US$ 500 juta untuk biaya operasional (operational expenditures), dan US$ 100 juta untuk membiayai eksplorasi dan eksploitasi Blok Mahakam,” ujar President Director and General Manager Total E&P Indonesie Phillipe Armand di Balikpapan, Rabu (20/12).

Menurut dia, sebagian besar capex akan akan digunakan mengembangkan lapangan gas Tunu, Peciko, Sisi, dan Nubi. Khusus untuk lapangan gas Sisi dan Nubi, Total menyiapkan dana investasi pengembangan US$ 500 juta agar segera dapat optimal memproduksi gas.

Dengan dana investasi tersebut, lanjut dia, Total akan tetap menjadi produsen gas terbesar di Indonesia. Total berusaha mempertahankan produksi gas alam sebesar 2,6 bcfd dan minyak mentah serta kondensat 70-80.000 barel per hari.

“Pendapatan kami kotor tahun 2006 ini sekitar US$ 9 miliar, dari tahun 2005 mencapai US$ 7,4 miliar,” imbuhnya.

Vice President (VP) Drilling, Well Service & Logistic Total E&P Indonesie Darto Sayogyo mengatakan, total sumur eksplorasi yang akan dibor pada 2007 sebanyak 122 dari tahun ini sebanyak 116 sumur. Lokasi sumur tersebar di lapangan Tunu, Mahakam, Tambora, Handil, Saliki, Peciko, Bekapai, Sisi, dan Nubi.

“Untuk membantu pengeboran pada tahun depan, kami akan mendatangkan rig milik Apexindo jenis jack up. Sementara untuk 2008, kami akan datangkan rig dari Afrika yang kini sedang dalam tahap tender,” jelasnya.

VP Field operation Total E&P Indonesie Hardy Pramono menambahkan, produksi gas untuk 2007 ditargetkan bisa mencapai 2.600 mmscfd atau sedikit turun dibandingkan realiasi tahun ini 2.642 mmscfd. Produksi minyak mentah dan kondensat diperkirakan sama dengan tahun ini mencapai 60.000-62.000 bph.

Hardy memaparkan, pada 2006, produksi terbesar gas Total dikontribusi dari Lapangan Peciko dan Tunu. Lapangan Peciko memproduksi gas 1,150-1,200 bcfd dan minyak mentah 23.000-26.000 bph. Lapangan Tunu dan Tambora memproduksi gas 1,450-1,500 bcfd dan minyak mentah 30.000 bph.

Lapangan Bekapai memproduksi minyak mentah 1.500-2.000 bph dan gas 11.000-12.000 mmscfd. Sementara Lapangan Handil memproduksi gas 110-120 mmscfd dan minyak mentah 21-25.000 bopd.

“Sumur harus terus di-maintenance agar produksinya stabil. Kami punya perimbangan antara yangg diproduksi dengan reserves yang ditemukan,” jelasnya. Menurut dia, lapangan gas di South Mahakam juga sudah bisa dieksploitasi pada 2008 atau 2009 dan diperkirakan mampu memproduksi gas 100-300 mmscfd.

Sebelumnya, Corporate Communications Manager Total E&P Indonesie Ananda Idris pernah menyampaikan, pada 2006 capex Total E&P mencapai US$ 1,3-1,5 miliar, untuk mengembangkan lapangan gas Sisi dan Nubi. “Investasi kita untuk pengembangan Sisi dan Nubi itu sebenarnya tak jauh beda dengan pada 2005 yang US$ 1 miliar,” katanya.

Pengembangan Lapangan Sisi dan Nubi untuk mempertahankan kontribusi pasokan gas Blok Mahakam sesuai komitmen kontrak ke Kilang LNG Bontang di Kalimantan Timur 2,5-2,6 bcfd. Kedua lapangan diharapkan mampu memproduksi gas sebanyak 300 mmscfd mulai 2007/2008.

Namun, Total masih mengandalkan produksi gas dari Lapangan Peciko dan Tunu yang mulai berproduksi tahun 2000 dan 1990 dan diharapkan masih bisa berproduksi hingga 15-20 tahun ke depan. Saat ini, Blok Mahakam masih mengontribusi pasokan gas sebesar 70% dari kapasitas Kilang LNG Bontang, untuk diekspor ke Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.

Total bersama dengan Inpex Jepang memiliki saham 50:50 di Blok Mahakam, dengan Total sebagai operator. Total masuk ke blok tersebut pada 1970 karena undangan dari Japex untuk mengekplorasi bersama. Kemudian, Japex berubah nama menjadi Inpex. (ari)

Monday, December 18, 2006

China Oilfield Services to Buy TNK-BP Oil Service Unit Stake

Rigzone.com, Dow Jones Newswires 12/18/2006, SHENZHEN, Dec 18, 2006 (Dow Jones Newswires)

Chinese oil drilling services provider China Oilfield Services Ltd. (2883.HK) said Monday it signed a preliminary agreement to buy a stake in an oil field services unit of Russia's OAO TNK-BP (TNKB.RS).

The Chinese company said the deal won't cost more than CNY500 million (US$64 million).

"Russia has a very rich resource of energy and gas," COSL President Yuan Guangyu told reporters during a field visit in Shekou, Shenzhen.

"We are aiming for a controlling stake, but it's too early to talk about the details as they aren't final yet."

Yuan declined to name the TNK-BP unit in which COSL is investing.

Hong Kong-listed COSL is also preparing to list in mainland China to raise funds for further expansion, he said.

The Russian deal follows COSL's failed attempt to buy a stake in Indonesian oil field services company PT Apexindo Pratama Duta Tbk earlier this year. PT Apexindo had decided not to proceed with the deal.

TNK-BP, a joint venture that incorporates BP PLC's (BP) assets in Russia, has 43 units engaging in oil field services, including drilling, well servicing, maintenance and electricity transmission. The venture has said it plans to eventually withdraw from services provision, which it sees as a non-core operation.

Yuan said COSL is preparing to list in China but doesn't have a definite plan yet.

"The mainland's (stock) market is improving, there is investor interest in our company," he said.

"But whether we will do it or not, it all depends on how much money we need for expansion."

He said if the company's net debt to equity ratio goes above 70%, that may be the time for it to list to raise money. COSL's net debt to equity ratio is about 30%, he added.

Last week, COSL said it will seek shareholders' approval to issue up to CNY2 billion worth of bonds next year to fund its capacity expansion.

COSL plans to upgrade one of its existing vessels into an eight-cable exploratory vessel, which would take a year to build and cost about CNY500 million, said Yu Zhanhai, general manager of the company's geophysics division.

The more cables an exploratory vessel has, the more efficiently it can collect undersea seismic data, which is part of the preparatory work for exploration of crude oil and gas offshore.

Most oil services providers now use 16-cable exploratory vessels. COSL has one six-cable vessel, and most of the rest are four-cable or single-cable.

Friday, December 15, 2006

Apexindo Bantu Pascagempa Yogyakarta

YOGYAKARTA, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) bekerja sama dengan Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU DT) dan Gerakan Membangun Nurani Bangsa (Gema Nusa) Yogyakarta, membangun kembali saluran irigasi yang rusak di kawasan Bantul, Yogyakarta.

Saluran irigasi yang merupakan sumber air bagi lima desa ini rusak parah akibat gempa. Terhentinya pasokan air tersebut mengakibatkan lumpuhnya perekonomian sekitar 400 KK di wilayah itu yang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan pengrajin batu bata.

Saluran irigasi tersebut telah dibangun kembali sejak Oktober 2006 dan peresmian dilakukan pada 13 Desember 2006. Acara ini dihadiri oleh Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro, Direktur DPU DT H. Muhammad Iskandar, Manager Recovery DPU DT Achmad Sudrajat, dan Dewan Penasehat Gema Nusa yang juga mantan Walikota Yogyakarta Muhammad Syukri Fadholi.

“Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Apexindo terhadap program pemulihan pasca gempa Yogyakarta. Kami berharap bantuan ini dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat,” kata Hertriono dalam siaran pers yang diterima Investor Daily, Rabu (13/12). (es)

Saturday, November 25, 2006

Apexindo bukan big boy

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk sempat akan dijual oleh induknya PT Medco Energi Internasional Tbk. Perusahaan minyak dari India Aban Loyd Chiles Offshore Ltd bahkan sudah menawar 52% saham Apexindo di Medco senilai US$550 juta atau Rp3.666 per saham. Namun, dengan alasan harga yang tidak cocok, divestasi itu batal.

Seberapa prospektif bisnis Apexindo sehingga kini menjadi 'emas' bagi bisnis keluarga Panigoro itu, berikut petikan perbincangan Bisnis dengan Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan:

Bagaimana prospek jasa pengeboran di tengah kecenderungan dunia yang mulai mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil ke biofuel?

Kalau melihat nilai ekonomis dan investasinya, dampak dari peralihan itu bersifat jangka panjang. Bila dilihat dari proyeksi International Energy Agency [IEA], meski permintaan gas dan batu bara meningkat, permintaan minyak masih mencapai 2% setahun karena minyak diperlukan bukan saja untuk energi listrik dan transportasi, tetapi segala macam, termasuk industri kimia.

Dengan pertumbuhan permintaan yang masih positif, kebutuhan mencari cadangan atau eksplorasi migas pun meningkat. Untuk itu diperlukan pengeboran yang sekarang ini tentunya lebih ekspansif karena permintaan yang luar biasa, meningkat satu level didorong permintaan dari India dan China dalam dua atau tiga tahun terakhir.

Dengan harga minyak yang naik di atas US$50 per barel, semua membangun rig dan yang dibangun adalah jack-up [rig berkaki untuk pengeboran lepas pantai] dan floaters [rig terapung yang bisa langsung mengebor di laut dalam]. Memang dikhawatirkan terjadi kelebihan pasok rig, tetapi kebutuhan akan anjungan pengeboran itu semakin mendesak.

Apakah potensi bisnis rig lepas pantai semenarik rig darat?

Pencarian minyak di darat mengalami keterbatasan, sementara di laut banyak yang belum dijamah. Areanya masih luas, nah itu masih bisa digarap. Contohnya di Kepulauan Natuna atau di Laut Utara, Norwegia [wilayah eksplorasi minyak] berada di laut yang sangat dalam.

Kalau dulu eksplorasi di laut dalam sulit dilakukan karena biaya operasionalnya besar sekitar US$2 per barel, bahkan sampai US$12 per barel di North Sea dengan harga minyak US$18-US$20 per barel. Dengan harga minyak di atas US$50 per barel, kini hal itu menjadi feasible.

Jadi perusahaan minyak terus mencari cadangan. Di samping itu, mereka yang sudah berproduksi mempertahankan supaya produksinya tidak turun. Sumur itu tetap harus digali dan dirawat. Itu kan perlu rig. Rig yang kami punya bisa untuk eksplorasi dan eksploitasi, jadi kemungkinan mendapatkan kontrak ada. Nah Apexindo fokus untuk eksploitasi.

Meski harga minyak belakangan ini turun, kami tidak perlu khawatir karena kebutuhan rig akan tetap ada.

Makanya Apexindo tidak punya luxury seperti yang lain, jual mahal, tarif sewa rig kami US$165.000 per hari. Padahal di pasar mencapai US$220.000 per hari. Tetapi apalah artinya US$220.000 kalau bersifat jangka pendek. Apexindo dapat kontrak US$165.000 per hari dalam tiga tahun di lapangan migas Sisi dan Nubi, Kaltim untuk jack-up Soehanah dari Total E&P Indonesie.

Apexindo berencana untuk memiliki jack-up ketiga. Apakah itu karena ada kontrak baru lagi?

Sebelum Pak Pierre [Ducasse, Direktur Apexindo] meninggal, kami sudah mengadakan pertemuan dengan Total di Paris. Mereka tawarkan proyek di Nigeria, tetapi kami tertarik di Iran karena jumlah cadangannya besar sekali dan mereka memberikan dalam lima tahun. Sekarang ini kami sedang mengadakan pertemuan intensif dengan mereka.

Bagaimana dengan pesaing lainnya?

Pesaing ada, tetapi mereka mengetahui siapa Apexindo. Kalau harganya cocok, tidak terlalu mahal pasti kami ambil. Kami bukan big boy yang punya rig banyak. Punya 50 rig, nganggur 5-10 tidak masalah. Kami hanya punya jack-up rig dua [Raniworo dan Soehanah] dan akan membangun yang ketiga. Kalau satu tidak dapat proyek, wah... sudah berapa pendapatan yang hilang.

Pewawancara: Pudji Lestari

Bisnis Indonesia

Thursday, November 23, 2006

Penguatan Saham Apexindo Berlanjut

JAKARTA, Investor Daily --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan melanjutkan penguatan untuk perdagangan jangka pendek. Penguatan APEX akan tertopang faktor teknis maupun fundamental.

“Kabar penjualan saham APEX oleh perusahaan induk (Medco, red) ikut mendorong penguatan harganya,” kata analis PT Danasakti Securities Arief Budisatria kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (21/11).

Pada perdagangan kemarin, APEX menguat Rp 110 ke posisi Rp 1.870. Saham sektor pertambangan tersebut ditransaksikan 842 kali, dengan volume transaksi sebanyak 18,59 juta saham senilai Rp 33,85 miliar.

Menurut Arief, secara teknis, saham Apexindo berpotensi melanjutkan penguatan untuk jangka pendek. Konfirmasi tersebut terbaca dari indikator stochastic oscillator dan moving average convergence divergence (MACD) yang masih menunjukkan ruang bagi APEX untuk bergerak ke atas. “Jika level resistance Rp 1.940 tertembus dalam waktu dekat, kemungkinan besar APEX akan membentuk harga baru,” jelasnya.

Indikator teknis lain seperti relative strength index (RSI) 10 hari juga memperlihatkan arah menguat pada saham Apexindo dalam waktu dekat. Meski RSI lima hari menunjukkan peluang aksi ambil untung (profit taking), karena posisi saham mulai memasuki area jenuh beli (overbought). “Sepertinya konfirmasi itu bisa terpatahkan, karena volume transaksi yang cukup besar turut memicu penguatan harga sahamnya,” ujarnya.

Selain itu, kata Arief, faktor fundamental yang cukup menjanjikan turut mendukung penguatan APEX. Tahun ini, kinerja perseroan diperkirakan positif, setelah tahun sebelumnya mencatatkan rugi bersih. “Per September 2006 perseroan mengantungi laba bersih US$ 26 juta, sedangkan periode sama 2005 rugi bersih US$ 9,7 juta,” ujarnya.

Arief melanjutkan, pertumbuhan earning per share (EPS) Apexindo untuk tahun ini juga diprediksi mencapai Rp 146 per saham dibanding tahun sebelumnya minus Rp 17 (2005) dan Rp 16 pada 2004, terdorong perbaikan kinerja perseroan.

“Valuasi APEX pun termasuk murah dibanding saham sejenis seperti Antam, karena price to earning ratio (PER) Apexindo 12,8 kali dan price to book value (PBV) 2,74 kali. Sedangkan PER ANTM 13,98 kali, dengan PBV 4,44 kali,” jelasnya.

Di tempat terpisah, analis PT Sarijaya Permana Sekuritas Muhammad Alfatih mengungkapkan, pada 2002, APEX mengalami tren naik dan sempat melemah antara Mei hingga Juni 2006, sebelum bergerak mendatar selama Agustus-November tahun ini di kisaran Rp 1.550-1.700.

“Kemarin (Senin, red) terjadi pengujian resistance yang ada, sehingga memungkinkan APEX bergerak kembali dengan target harga tertinggi sebelumnya di level Rp 1.940-1.980,” ujarnya.

Dia mengakui, jika saham Apexindo pada jangka pendek kembali menembus level resistance, harga APEX berpeluang bergerak menguat ke posisi resistance berikutnya Rp 2.225. “Potensi itu bisa terjadi, terutama bila sentimen positif masih menyertai pergerakan sahamnya,” tegas Alfatih.

Target Pendapatan

Sementara itu, pada 2006, Apexindo menargetkan pendapatan sebesar US$ 150 juta atau naik 29% dibanding akhir 2005 US$ 116,6 juta. Proyeksi tersebut dipicu oleh kenaikan harga sewa harian dan tingkat utilisasi rig milik perseroan. Manajemen Apexindo beberapa waktu lalu mengatakan, tingkat utilisasi rig lepas pantai ditargetkan mencapai 100% dan rig darat 70%.

Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk tersebut juga memproyeksikan pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$ 60-65 juta per 31 Desember 2006. Sedangkan marjin EBITDA diharapkan naik menjadi sekitar 45%, menyusul program efisiensi yang diterapkan secara konsisten.

Marjin EBITDA Apexindo saat ini tercatat sekitar 43% dan menempati posisi ke-8 dari 15 perusahaan sejenis di dunia. Marjin EBITDA tertinggi dimiliki oleh Diamond Offshore sebesar 56%, disusul oleh ENSCO (54%), dan Noble Corp (54%).

Hingga akhir kuartal III 2006, pendapatan perseroan mencapai US$ 111,8 juta, naik 34,2% dibandingkan periode sama 2005 sebesar US$ 83,4 juta. EBITDA tercatat tumbuh 45% menjadi US$ 47,7 juta dari sebelumnya US$ 32,9 juta.

Laba usaha per 30 September 2006 mencapai US$ 31,4 juta, naik signifikan 76% dari periode sama tahun lalu US$ 17,9 juta. Alhasil, Apexindo membukukan laba bersih sebesar US$ 26 juta dari sebelumnya merugi bersih US$ 9,7 juta.

Rekomendasi

Arief merekomendasikan trading buy APEX untuk investor jangka pendek. Namun, untuk jangka menengah maupun panjang, pemodal bisa hold APEX. “Support saham ini di level Rp 1.830 dan resistance Rp 1.940,” ujarnya. Sedangkan Alfatih merekomendasikan beli APEX pada jangka pendek, menengah dan panjang, karena masih memiliki kinerja yang menjanjikan. “Support pertama Rp 1.820 dan kedua Rp 1.700, dengan resistance di level Rp 1.940 dan Rp 2.225,” jelasnya. (asp)

Tips APEX

Tren

Jangka pendek: berpeluang membuat harga baru

Jangka menengah-panjang: menguat

Fundamental

Per September 2006, laba bersih US$ 26 juta

PER: 12,8 kali, PBV: 2,74 kali

Teknis

MACD: ada ruang naik

Stochastic: menguat kembali

RSI 10 hari: berpotensi menguat

RSI 5 hari: rentan profit taking

Rekomendasi

Arief Budisatria:

Jangka pendek: trading buy

Menengah-panjang: hold

Support: Rp 1.830, resistance: Rp 1.940

M Alfatih:

Jangka pendek: beli

Menengah-panjang: beli

Support: Rp 1.820/1.700, resistance: Rp 1.940/2.225

Wednesday, November 15, 2006

Lega setelah Lima Tahun

Jawa Pos --- Kerja keras Dirut PT Apexindo Pratama Duta Tbk Hertriono Kartowisastro dalam melobi Departemen Keuangan patut dijadikan panutan. Betapa tidak, selama lima tahun dia bersama tim Apexindo dengan sabar "membujuk" Depkeu agar mengizinkan laporan keuangan perseroan dalam satuan dolar AS.

"Akhirnya, kami katakan, jika tidak dibuat dalam USD, perusahaan akan merugi akibat distorsi forex exchange dan kami tidak bisa bayar pajak," ujarnya kepada Jawa Pos.

Mendengar alasan tersebut, orang-orang di Depkeu mengabulkan permintaan Tri, panggilan akrab penggemar olahraga gantole itu. "Apalagi saat tahu bahwa pajak kita nantinya juga dibayarkan dalam bentuk USD," katanya.

Selama ini, lanjut dia, laporan keuangan anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk itu disajikan dalam denominasi rupiah. Padahal, menurut pria yang bersama Arifin Panigoro mendirikan Medco pada 1980 itu, 60 persen pendapatan perseroan dalam bentuk USD. "Kami lega akhirnya disetujui," sebutnya.

Lepas dari itu, dia menyarankan agar prudent dalam mengelola perusahaan. Segala risiko harus dipertimbangkan masak-masak. Apalagi, bagi perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, seperti Apexindo. "Saya mementingkan good corporate governance yang tercermin dalam corporate social responsibility. CSR bukan saja terhadap msayarakat atau lingkungan, tapi yang utama juga untuk pekerja," tegasnya. (aan)

Saturday, November 11, 2006

Penguatan Saham Apexindo Berlanjut

JAKARTA, Investor Daily --- Penguatan saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan berlanjut untuk perdagangan jangka pendek. Potensi kenaikan harga APEX akan ditopang faktor teknis maupun fundamental yang positif.

“Jadi, pemodal bisa mengoleksi saham pertambangan ini, karena menjanjikan untuk investasi,” kata analis PT Meridian Capital Indonesia M Habdi kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (9/11).

Pada perdagangan kemarin, APEX menguat Rp 100 ke posisi Rp 1.690. Saham perusahaan pertambangan tersebut ditransaksikan 1.088 kali, dengan volume transaksi sebanyak 18,54 juta saham senilai Rp 31,21 miliar.

Menurut Habdi, saham Apexindo berpotensi menguat kembali untuk jangka pendek. Konfirmasi tersebut terlihat dari indikator Williams%R (W%R) yang masih mengindikasikan ruang bagi APEX untuk bergerak ke atas. “Indikator teknis lain, seperti relative strength index (RSI) tujuh hari juga memperlihatkan peluang serupa,” jelasnya.

Habdi menambahkan, selain sisi teknis yang positif, faktor fundamental turut mendukung APEX untuk menguat kembali dalam waktu dekat. Kinerja perusahaan tahun ini diperkirakan kembali positif dibanding tahun sebelumnya yang masih mencatatkan rugi bersih. “Per 30 September 2006, perseroan membukukan laba bersih US$ 26 juta, sedangkan periode sama 2005 rugi bersih US$ 9,7 juta,” ujarnya.

Dia mengatakan, earning per share (EPS) Apexindo tahun ini akan mencapai Rp 147 per saham, setelah tahun sebelumnya minus Rp 17 dan Rp 16 pada 2004. “Valuasi APEX termasuk murah dibanding saham sejenis seperti Aneka Tambang (ANTM), karena price to earning ratio (PER) Apexindo 11,5 kali dan price to book value (PBV) 2,4 kali. Sedangkan PER ANTM 12,74 kali, dengan PBV 3,38 kali,” jelasnya.

Di tempat terpisah, analis PT Citi Pacific Securities Hendri Effendi berpendapat, APEX diprediksi menguat untuk jangka menengah, karena posisi saham berada di atas moving average (MA) 5 dan 10 hari. “Sedangkan penguatan hari ini (kemarin, red) terpicu volume perdagangan yang cukup besar,” ujarnya.

Dia mengakui, saham Apexindo untuk jangka pendek berpeluang bergerak konsolidasi. Sebelumnya, APEX sudah menguat signifikan. “Jadi, APEX akan menguat untuk jangka menengah, sedangkan jangka pendek konsolidasi dulu,” tegas dia.

Target Pendapatan

Sementara itu, pada akhir 2006, Apexindo menargetkan pendapatan sebesar US$ 150 juta atau naik 29% dibanding US$ 116,6 juta pada akhir 2005. Proyeksi tersebut akan dipicu kenaikan harga sewa harian dan kenaikan tingkat utilisasi rig milik perseroan.

Manajemen Apexindo di Jakarta, awal pekan ini menyatakan, tingkat utilisasi rig lepas pantai ditargetkan sebesar 100% dan rig darat 70%. Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk tersebut juga memproyeksikan pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$ 60-65 juta per 31 Desember 2006. Sedangkan marjin EBITDA diharapkan naik menjadi sekitar 45% atau lebih, menyusul program efisiensi yang diterapkan secara konsisten.

Marjin EBITDA Apexindo saat ini sekitar 43% dan menempati posisi ke-8 dari 15 perusahaan sejenis di dunia. Marjin EBITDA tertinggi dimiliki oleh Diamond Offshore sebesar 56%, disusul oleh ENSCO (54%), dan Noble Corp (54%).

Hingga kuartal III 2006, pendapatan perseroan mencapai US$ 111,8 juta, naik 34,2% dibanding periode sama 2005 US$ 83,4 juta. EBITDA tercatat tumbuh 45% menjadi US$ 47,7 juta dari sebelumnya US$ 32,9 juta.

Pendapatan dan EBITDA Apexindo mencatat tren kenaikan. Pendapatan dan EBITDA masing-masing mencapai US$ 31,6 juta dan US$ 13,5 juta pada kuartal I 2006. Selanjutnya pada kuartal II 2006, pendapatan dan EBITDA perseroan tercatat US$ 37 juta dan US$ 16,6 juta. Sedangkan pada kuartal III, pendapatan dan EBITDA masing-masing menjadi US$ 43,2 juta dan US$ 17,6 juta.

Laba usaha per 30 September 2006 mencapai US$ 31,4 juta, naik 76% dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 17,9 juta. Apexindo pun membukukan laba bersih sebesar US$ 26 juta dari sebelumnya rugi bersih US$ 9,7 juta. Pada periode Januari-September 2006, rasio kewajiban terhadap ekuitas (DER) tercatat 0,4 kali dari sebelumnya 0,6 kali.

Rekomendasi

Habdi merekomendasikan hold APEX untuk investor jangka pendek. Namun, dalam jangka menengah maupun panjang, pemodal bisa melakukan pembelian. “Support saham ini di level Rp 1.650 dan resistance Rp 1.950,” ujarnya. Sedangkan Hendri merekomendasikan buy on weakness saham di industri minyak dan gas tersebut pada jangka pendek. Untuk jangka menengah dan panjang, dia menyarankan hold, karena masih memiliki kinerja yang menjanjikan. “Support pertama Rp 1.650 dan kedua Rp 1.610, dengan resistance di level Rp 1.710/1.750,” jelasnya. (asp)

Tips APEX

Tren

Jangka pendek: menguat kembali

Jangka menengah-panjang: menguat

Fundamental

Per 30 September 2006, pendapatan US$ 111,8 juta

PER: 11,5 kali, PBV: 2,4 kali

Teknis

W%R: berpotensi naik

RSI: berpeluang menguat

Rekomendasi

M Habdi:

Jangka pendek: hold

Menengah-panjang: beli

Support: Rp 1.650, resistance: Rp 1.950

Hendri Effendi:

Jangka pendek: buy on weakness

Menengah-panjang: hold

Support: Rp 1.650/1.610, resistance: Rp 1.710/1.750

Friday, November 10, 2006

Target Laba Bersih Apexindo Sekitar 32 Juta Dollar AS

Jakarta, Kompas - Perusahaan kontraktor pengeboran minyak dan gas, PT Apexindo Pratama Duta Tbk, menargetkan bisa membukukan laba bersih sedikitnya 32 juta dollar AS (atau setara Rp 294,4 miliar dengan nilai tukar Rp 9.200 per dollar AS) sampai akhir tahun 2006. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 dengan kerugian bersih Rp 43,126 miliar (karena rugi kurs).

"Rata-rata laba bersih yang kami peroleh setiap triwulan pada tahun ini 8 juta dollar AS. Jika pada triwulan IV juga sebesar itu, akumulasinya hingga akhir tahun sebesar 32 juta dollar AS," kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan, dalam pemaparan kepada publik, Rabu (8/11) di Jakarta.

Adapun pendapatan hingga akhir tahun juga diprediksi naik sebesar 29 persen dibandingkan pendapatan tahun 2005, menjadi 150 juta dollar AS. Menurut Agustinus, kenaikan pendapatan tersebut terutama karena peningkatan sewa harian dan utilisasi alat pengeboran di darat milik perseroan.

Agustinus mengatakan, kontrak yang dimiliki saat ini akan memberikan pendapatan bagi perseroan hingga tahun 2010. "Pada tahun 2007 pendapatan perseroan tanpa adanya perpanjangan kontrak atau kontrak baru sebesar 186 juta dollar AS. Pada tahun 2008 sebesar 150 juta dollar AS, pada 2009 sebesar 120 juta dollar AS, dan pada 2010 sebesar 5 juta dollar AS," ujarnya.

Namun, Agustinus menyatakan, perseroan tetap mengupayakan perpanjangan kontrak dan kontak baru untuk peningkatan pendapatan perseroan.

"Dengan adanya perpanjangan kontrak, pendapatan perseroan pada tahun 2007 diperkirakan mencapai lebih dari 200 juta dollar AS," katanya.

Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan, untuk perpanjangan kontrak (rig 9 dan rig 10 yang dikontrak oleh VICO) tidak akan memberikan harga baru yang lebih mahal demi kelangsungan kontrak dalam waktu lama.

Hertriono menuturkan, Menteri Keuangan telah memberikan izin Apexindo membuat laporan keuangan yang menggunakan dollar AS. "Ini sangat baik sebab 100 persen pendapatan perseroan dalam dollar AS dan 60 persen pengeluaran dalam dollar AS juga," ujarnya. (TAV)

Optimistis Bukukan Laba Bersih USD32 Juta

JAKARTA (SINDO) – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) menargetkan perolehan laba bersih mencapai USD32 juta tahun ini. Sementara pendapatan tahun depan dipatok sebesar USD186 juta atau meningkat sekitar 24% dari prediksi pendapatan tahun ini sebesar USD150 juta.

Hal itu diungkapkan Direktur Keuangan Apexindo Pratama Duta Agustinus Lomboan dalam paparan publik perseroan di Jakarta, kemarin. Manajemen optimistis target laba bersih itu tercapai dengan melihat tren rata-rata perolehan laba bersih kuartalan tahun ini.

Agus menjelaskan, laba bersih perseroan Maret 2006 sebesar USD9,074 juta, sedangkan per Juni 2006 sebesar USD7,173 juta. Sementara kuartal III tahun ini laba bersih perseroan mencapai USD9,704. Dari data tersebut tercermin laba bersih rata-rata sebesar USD8,650 juta per kuartal.

Mengenai belanja modal (capital expediture/capex), menurut Agus, sampai September 2006 perseroan telah menggunakan dana capex sebesar USD10,606 juta, dari total capex tahun ini sebesar USD23,483 juta.

Dia menambahkan, uang muka untuk membiayai pembangunan rig jack up Soehanah sebesar USD26,745 juta telah dibayarkan pada 2005. Karena itu, perseroan harus melunasi sisanya pada awal 2007.

Pelunasan tersebut dibiayai fasilitas pinjaman jangka panjang senilai USD125 juta, yang berasal dari sebuah konsorsium beranggotakan lima bank asing. Diantaranya Standard Chartered Bank, UOB Singapore, dan PMA Hongkong.

“Pinjaman tersebut berjangka waktu 10 tahun dengan tingkat bunga setara dengan LIBOR plus 215 basis poin,” papar dia.

Rencananya, tahun depan rig jack up Soehanah sudah bisa memberikan tambahan revenue bagi perseroan sekitar USD45 juta. Itu dihitung dari biaya sewa per hari (day rate) rig tersebut saat ini yang mencapai USD165.000. Rig itu akan beroperasi penuh April 2007.

Sementara itu, tahun depan perseroan menganggarkan capex sebesar USD12,43 juta, di antaranya untuk melunasi rig jack up Soehanah sebesar USD123,25 juta dan sisanya USD19,17 juta untuk capex tahunan perseroan.

Selain itu, dana capex juga digunakan untuk upgrading mesin-mesin berbagai rig darat dan memperbaiki katup-katup mesin pengeboran.

Analis Sarijaya Securities M Alfatih menilai kinerja Apexindo tahun ini cukup positif. Hal itu terlihat dari laba bersih kuartalan tahun ini, padahal tahun lalu Apexindo masih mengalami rugi bersih. “Saya lihat kinerjanya terus membaik, terlebih banyak kontrak baru yang mereka dapatkan tahun ini,” kata dia.

Dia optimistis target yang ditetapkan perseroan bisa tercapai. “Target tersebut masih wajar, malah saya lihat melebihi ekspetasi yang ditargetkan pada awal tahun,” tambah dia. Alfatih mengatakan, kinerja yang terus membaik tersebut berdampak pada aktivitas saham Apexindo di bursa. (rakhmat baihaqi)

Laba Bersih Apexindo

Jakarta, Media Indonesia --- Perusahaan jasa pertambangan PT Apexindo Pratama Duta Tbk menargetkan perolehan laba bersih sepanjang 2006 sebesar US$32 juta. Itu berarti peningkatan signifikan dari rugi bersih yang diterima perseroan tahun lalu, sekitar Rp 43,13 miliar, ujar Dirut Apexindo Agustinus Lomboan. Sementara itu, sampai akhir 2006 perseroan menargetkan kenaikan pendapatan 24% dari US$150 juta menjadi US$9,07 juta dan per Juni 2006 US$7,17 juta. Sedangkan sampai kuartal ketiga laba bersih perseroan mencapai US$9,70 juta.

Sampai akhir tahun, utilisasi rig off shore (lepas pantai) ditargetkan terpakai semua atau 100%. Sedangkan utilisasi on shore mencapai 70% di akhir tahun. Untuk 2007, total pendapatan perseroan ditargetkan mencapai lebih dari US$200 juta. (Pia/E-s)

Apexindo tekan bunga obligasi US$2,5 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk bakal menekan beban bunga US$2 juta-US$2,5 juta per tahun setelah buyback obligasi Rp250 miliar tahun depan.

Penghematan ini berdampak signifikan terhadap keuangan perseroan. "Rupiah sekarang menguat, jadi secara cash dan akuntansi kami untung besar."

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan mengatakan langkah buyback ini merupakan yang pertama kali dilakukan perseroan. "Kami sudah sampaikan bahwa kami ada rencana [buyback obligasi]. Kurang lebih Rp250 miliar. Itu dilakukan dalam satu tahun," tuturnya kepada Bisnis kemarin.

Menurut dia, selain karena penghematan bunga, Apexindo tidak mempunyai opsi untuk membayar obligasinya sebelum jatuh tempo.

Dengan peningkatan tingkat tarif harian anjungan pengeboran (rig), maka perseroan bakal kelebihan uang tunai.

"Kas itu untuk apa? Karenanya kami akan buyback. Kalau pada tahun ini sepertinya tidak karena ada kebutuhan belanja modal," kata Agus.

Kinerja Apexindo Pratama triwulan III (Rp miliar)

2006 2005

Pendapatan 1.030 798,93

Laba kotor 354,79 230,54

Laba usaha 304,11 177,94

Laba bersih 289,22 (156,49)

Proyeksi keuangan pada 2006

Anggaran belanja modal US$23,5 juta

Target pendapatan US$150 juta

Target laba bersih US$32 juta

Sumber : Data paparan publik perseroan pada 8 November 2006

Dia menambahkan pelaksanaan pembelian kembali surat utang dijadwalkan berlangsung pada 1 November hingga Desember 2007.

Tahun lalu, Apexindo menerbitkan surat utang yang terbagi dalam bentuk konvensional dan syariah dengan nilai masing-masing Rp510 miliar dan Rp240 miliar.

Obligasi yang jatuh tempo pada 2009 itu mempunyai tingkat bunga 12,25%, di mana obligasi syariah mengikuti patokan bunga surat utang konvensional.

Bangun rig baru

Sementara itu, anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk tersebut berencana membeli atau membangun sebuah jack-up rig baru. Rencana tersebut akan dipertimbangkan dengan kemungkinan perseroan mendapatkan proyek dari perusahaan minyak asal Prancis Total untuk proyek migas di Iran.

Menurut Agustinus, saat ini perseroan dalam pembicaraan intensif dan menargetkan proyek tersebut bisa difinalisasi pada Desember tahun ini. "Kami sudah masukkan persyaratan sekarang sedang menyiapkan dokumen penawaran." (pudji.lestari@bisnis. co.id)

Oleh Pudji Lestari

Bisnis Indonesia

Apexindo Sewakan Rig US$ 165.000 Per Hari

JAKARTA, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) tengah membangun rig jack up Soehana yang akan disewakan kepada Total E&P Indonesie US$ 165.000 per hari. Rig tersebut akan digunakan mengebor lapangan gas Sisi dan Nubi di Blok Mahakam, Kalimatan Timur, awal 2007.

Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari mengatakan, pihaknya telah membayar uang muka (down payment) pembuatan rig tersebut US$ 27 juta (30%) dari harga US$ 152 juta. “Pembuatan rig dibiayai dari pinjaman sindikasi lima bank asing yaitu, Standard Chartered, Netaxis, Goldman Park, PMA dan UOB, kata Ade R Satari kepada waratawan di Jakarta, Rabu (8/11).

Saat ini, lanjut dia, Apexindo memiliki delapan rig darat dan enam rig laut, termasuk Soehana. Dia mengatakan, bisnis sewa rig semakin menarik karena harga sewa rig yang semakin bagus, seiring meningkatnya harga pembuatan rig.

Namun, pihaknya ke depan akan mempertimbangkan pembuatan rig lebih matang karena pembiayaannya mencapai US$ 180 juta. “Satu rig membutuhkan waktu pembuatan 2-3 tahun dan kita belum tahu market-nya di tahun mendatang,” imbuhnya. (c94)

Apexindo Proyeksikan Laba 32 juta dolar AS

JAKARTA, Republika – PT Apexindo Pratama Duta Tbk memperhitungkan perolehan laba bersih mencapai 32 juta dolar AS di akhir 2006. Untuk pendapatan tahun depan ditargetkan mencapai 186 juta juta dolar atau meningkat 24 persen dari prediksi pendapatan 2006 yang 150 juta dolar.

“Target laba bersih tersebut dihitung berdasarkan laba bersih rata-rata per kuartal perseroan selama Januari-September 2006,” kata Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus Lomboan di Jakarta, Rabu (8/11).

Laba bersih perseroan pada kuartal I 2006 sebesar 9,074 juta dolar AS, sedangkan pada kuartal II 7,173 juta dolar AS. Sampai akhir September 2006, laba bersih perseroan mencapai 9,704 juta dolar AS. Dari data tersebut, Agustinus memperhitungkan laba bersih rata-rata kuartal sebesar 8,650 juta dolar AS.

Pada 2007, pengeboran rig jack up Soehanah diharapkan bisa memberikan tambahan pendapatan sekitar 45 juta dolar AS. Rig tersebut rencananya baru akan beroperasi penuh pada awal April 2007. una

Apexindo Masih Ingin Dual Listing

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Apexindo Pratama Duta Tbk. masih mempertimbangkan pencatatan saham ganda (dual listing) di bursa asing. Salah satu pertimbangannya adalah hasil yang diperoleh dari dual listing PT Berlian Laju Tanker Tbk. di Bursa Singapura. "Kami terus memantau bagaimana hasil mereka," kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan di Jakarta kemarin. Aksi korporasi ini bertujuan meningkatkan nilai perusahaan, yang merupakan anak usaha PT Medco International Tbk. YULIAWATI

Apex Targetkan Revenue Naik 29 Persen

Jakarta, Rakyat Merdeka --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) menargetkan pendapatan naik sekitar 29 persen menjadi US$150 juta pada 2006, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Demikian Direksi Apex dalam paparan public kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ), baru-baru ini. Direksi menjelaskan, pertumbuhan pendapatan sebesar itu dikarenakan adanya kenaikan harga sewa harian rig serta membaiknya tingkat utilisasi rig perseroan pada tahun ini.

Utilisasi rig lepas pantai pada 2006 ditargetkan tumbuh sebesar 100%, sementara tingkat utilitasasi rig darat 70%. Sementara kenaikan harga sewa harian rig dan perbaikan tingkat utilisasi rig tersebut juga diharapkan akan memicu peningkatan profiabilitas perseroan pada tahun ini.

Oleh karena itu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earning before interest, tax, depreciation and amortization/EBITDA) perseroan tahun ini diestimasikan antara US$60-65 juta. Sementara langkah perseroan melaksanakan efisiensi yang konsisten juga diharapkan bisa meningkatkan marjin EBITDA menjadi sekitar 45% atau lebih pada 2006 ini. 027C

Thursday, November 9, 2006

Apexindo's Net Profit Increased Two-Fold in 3Q06

Rigzone.com, PT Apexindo 11/9/2006 --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk in third quarter 2006 successfully booked Rp 289.2 billion in Net Profit or up by more than two-fold compared to Rp156.5 billion Net Loss in restated third quarter 2005 financial statement. The increase in Net Profit was caused by Revenue growth, which rose by 28.9% as well as effective and efficient operational performance. Apexindo was able to control the escalation of direct and indirect costs efficiently that Operating Profit surged significantly by 70.9% to Rp 304.1 billion from Rp 177.9 billion the year before. The condition boosted the Company's EBITDA by 41.0% to Rp 439.5 billion compared to Rp 311.8 billion last year. Apexindo's ability to reduce pressure from distortions such as interest expense and foreign exchange eventually increased the Company's Net Profit significantly. Agustinus B. Lomboan, the Company's Finance Director explains, "The improvement of the Company's financial performance in 9 months was supported by excellent operational performance in which the drilling equipment has been operating maximum and are in good quality. The upturn was also backed by the Company's continuous efficiency and the decrease of interest expense as well as favorable market condition".

The Company's Revenue for this period grew by 28.9% to Rp 1.0 trillion from Rp 798.9 billion last year. The increase in Revenue was mainly driven by the significant revenue increase from land rig segment by 86.7% to Rp 353.5 billion compared to Rp 189.3 billion the year before. This was caused by the improvement of utilization rate to 61% compared to 46% last year following effective new contracts, especially for geothermal drilling, and the increase in dayrates. On the other hand, revenue contribution from offshore segment also rose by 11.0% to Rp 676.6 billion on the back of Apexindo achievement to maintain 100% utilization rate following the low breakdown rate that the Company was able to generate maximum earnings. Maintained and controlled overall cost appropriately has made direct and indirect cost to merely increase by 16.9%, even though costs in drilling business tend to ascend as demand for rigs is in the rise. Apexindo is able to stabilize the costs so that they do not go linearly with the surging of operational activities, therefore giving more contributions to the Company's profitability level. This is reflected in the improvement of the Company's gross margin from 28.9% to 34.4% and the upsurge of operating margin to 29.5% from 22.3%. The condition ultimately supported the increase in EBITDA by 41.0% to Rp 439.5 billion and EBITDA margin from 39.0% to 42.7%.

The Company has been consistently reducing pressure from distortions to improve bottom line. In third quarter this year, Interest Expense was decreased by 58.5% to merely Rp 38.2 billion. This was in line with the diminishing interest bearing debts that declined by 20.6% year on year (YoY). As EBITDA improved, interest coverage ratio got better to 11.5x compared to last year's 3.4x. Further, with proper financial strategy and improving Rupiah exchange rate, Apexindo successfully booked Gain on Foreign Exchange of Rp 13.4 billion compared to last year's Rp 58.1 billion of Loss on Foreign Exchange. Moreover, Apexindo recorded Gain from Swap Transaction of Rp 120.9 billion driven by improved marked to market valuation on the Company's swap transaction. The Company has conservatively booked Loss from Swap Transaction last year with exchange rate assumption of approximately Rp 9.800,- per USD.

In the third quarter, the Company's balance sheet became healthier following improving performance and declining interest bearing debts. Debt to Equity ratio was booked at 0.4x or better than last year's 0.7x. Liquidity has also been maintained at outstanding level to 3.8x. Agustinus adds, "We are delightful with the achievement, which has exceeded our initial target. It is expected that Revenue in full year 2006, taking into account Rupiah appreciation, may grow at approximately 25% YoY or higher than previously projected at 10% YoY. Meanwhile, with excellent performance and consistent efficiency, EBITDA is expected to reach Rp 600 billion in which equivalent to US $65 million or up by approximately 30% compared to last year's number with the margin above 40%".

Margin EBITDA Capai 43%, Apexindo Targetkan Pendapatan US$ 150 Juta

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk menargetkan, pendapatan sebesar US$ 150 juta pada akhir 2006 atau naik 29% dibandingkan US$ 116,6 juta akhir 2005. Kenaikan tersebut dipicu oleh peningkatan harga sewa harian dan tingkat utilisasi rig perseroan.

Manajemen Apexindo menyampaikan hal tersebut dalam materi paparan publik yang disampaikan kepada otoritas bursa di Jakarta, awal pekan ini. "Tingkat utilisasi rig lepas pantai ditargetkan sebesar 100% dan rig darat 70%," kata manajemen perseroan.

Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk tersebut juga memproyeksikan, pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$ 60 juta hingga US$ 65 juta per 31 Desember 2006. Sedangkan margin EBITDA diharapkan meningkat menjadi 45%, menyusul program efisiensi yang diterapkan secara konsisten.

“Margin EBITDA Apexindo saat ini tercatat sekitar 43% dan menempati posisi ke-8 dari 15 perusahaan sejenis di dunia,” tandas laporan tersebut. Margin EBITDA tertinggi dimiliki Diamond Offshore sebesar 56%, disusul ENSCO (54%), dan Noble Corp (54%).

Hingga akhir kuartal ketiga 2006, pendapatan perseroan mencapai US$ 111,8 juta, naik 34,2% dibandingkan periode sama 2005 US$ 83,4 juta. EBITDA tumbuh 45% menjadi US$ 47,7 juta dari sebelumnya US$ 32,9 juta.

Bila ditilik per kuartal, pendapatan dan EBITDA Apexindo mencatat tren kenaikan. Pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 31,6 juta dan US$ 13,5 juta pada kuartal pertama 2006.

Pada kuartal kedua lalu, pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 37 juta dan US$ 16,6 juta. Pendapatan dan EBITDA terus tumbuh pada kuartal ketiga 2006 menjadi masing-masing US$ 43,2 juta dan US$ 17,6 juta.

Sedangkan laba usaha per 30 September 2006 mencapai US$ 31,4 juta, naik signifikan 76% dari periode sama tahun lalu US$ 17,9 juta. Alhasil, Apexindo membukukan laba bersih US$ 26 juta dari sebelumnya merugi US$ 9,7 juta.

Pada Januari-September 2006, perseroan membukukan rasio lancar 3,8 kali, lebih tinggi dari periode Januari-September 2005 sebesar 3,4 kali. Rasio kewajiban terhadap ekuitas (DER) tercatat 0,4 kali dari sebelumnya 0,6 kali.

Backlog Pendapatan

Pada 2007, Apexindo mengantungi backlog pendapatan sebesar US$ 186 juta. Jumlah tersebut turun menjadi US$ 150 juta pada 2008 dan menjadi US$ 120 juta dan US$ 5 juta pada dua tahun berikutnya.

Backlog dihitung dengan mengalikan harga sewa rig harian berdasarkan kontrak dengan periode kontrak. “Backlog pendapatan bersifat indikatif dari full contractual day rate, sehingga dapat berubah-ubah mengikuti rig downtime dan adanya kontrak baru,” papar manajemen Apexindo.

Sementara itu, pembangunan rig jack-up terbaru milik Apexindo bernama Soehanah telah mencapai 80% hingga September 2006 dan diharapkan rampung pada Januari 2007. Belanja modal yang dianggarkan untuk pembelian rig baru sekitar US$ 150 juta.

Uang muka sebesar US$ 26,7 juta telah dibayarkan pada 2005, sedangkan sisanya dipenuhi lewat fasilitas pembiayaan jangka panjang senilai US$ 125 juta.

Rig bertipe Baker Marine Design Pacific Class 375 tersebut telah memperoleh kontrak jangka panjang dari E&P Indonesie selama 22 bulan, ditambah periode perpanjangan sembilan bulan. Nilai kontrak mencapai sekitar US$ 170 juta. Baru-baru ini Soehanah sukses melakukan water launching test di PPL Shipyard Singapore, tempat rig jack-up dirakit. (gie)

Akhir 2006, Apexindo Targetkan Laba Bersih US$ 32 Juta

Jakarta, detik.com - Perusahaan jasa tambang, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), menargetkan laba bersih sampai akhir tahun mencapai US$ 32 juta. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2005 yang mencatat rugi bersih Rp 43,126 miliar.

Pendapatan hingga akhir tahun juga diprediksi naik 29 persen menjadi US$ 150 juta.

"Kenaikan tersebut karena peningkatan sewa harian dan utilisasi on shore," kata Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus Lomboan, dalam publik ekspose di Gedung BEJ, Rabu (8/11/2006).

Sampai akhir tahun ini, utilisasi rig of shore (lepas pantai) ditargetkan sebesar 100 persen atau terpakai semua. Sedangkan utilisasi rig on shore ditargetkan sebesar 70 persen.

Untuk tahun 2007, total pendapatan perseroan ditargetkan lebih dari US$ 200 juta. "Tahun depan dari kontrak yang ada tanpa kontrak baru pendapatan kita mencapai US$ 186 juta, tapi kita tentu akan mencari kontrak-kontrak baru," tutur Agustinus.

Namun demikian akibat melesetnya operasi rig Raniworo untuk kontrak Santos, yang diperkirakan terlambat tiga bulan, serta rig Soehanah untuk kontrak total E&P selama satu bulan, Apexindo berpotensi kehilangan pendapatan sebesar US$ 17 juta.

Tahun depan perseroan menganggarkan capex senilai US$ 142,3 juta. Sebesar US$ 123,2 juta akan digunakan membayar penyelesaian rig Soehanah. Sisanya untuk capex rutin.
(ir/ir)

Margin EBITDA Capai 43%, Apexindo Targetkan Pendapatan US$ 150 Juta

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk menargetkan, pendapatan sebesar US$ 150 juta pada akhir 2006 atau naik 29% dibandingkan US$ 116,6 juta akhir 2005. Kenaikan tersebut dipicu oleh peningkatan harga sewa harian dan tingkat utilisasi rig perseroan.

Manajemen Apexindo menyampaikan hal tersebut dalam materi paparan publik yang disampaikan kepada otoritas bursa di Jakarta, awal pekan ini. "Tingkat utilisasi rig lepas pantai ditargetkan sebesar 100% dan rig darat 70%," kata manajemen perseroan.

Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk tersebut juga memproyeksikan, pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$ 60 juta hingga US$ 65 juta per 31 Desember 2006. Sedangkan margin EBITDA diharapkan meningkat menjadi 45%, menyusul program efisiensi yang diterapkan secara konsisten.

“Margin EBITDA Apexindo saat ini tercatat sekitar 43% dan menempati posisi ke-8 dari 15 perusahaan sejenis di dunia,” tandas laporan tersebut. Margin EBITDA tertinggi dimiliki Diamond Offshore sebesar 56%, disusul ENSCO (54%), dan Noble Corp (54%).

Hingga akhir kuartal ketiga 2006, pendapatan perseroan mencapai US$ 111,8 juta, naik 34,2% dibandingkan periode sama 2005 US$ 83,4 juta. EBITDA tumbuh 45% menjadi US$ 47,7 juta dari sebelumnya US$ 32,9 juta.

Bila ditilik per kuartal, pendapatan dan EBITDA Apexindo mencatat tren kenaikan. Pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 31,6 juta dan US$ 13,5 juta pada kuartal pertama 2006.

Pada kuartal kedua lalu, pendapatan dan EBITDA mencapai masing-masing US$ 37 juta dan US$ 16,6 juta. Pendapatan dan EBITDA terus tumbuh pada kuartal ketiga 2006 menjadi masing-masing US$ 43,2 juta dan US$ 17,6 juta.

Sedangkan laba usaha per 30 September 2006 mencapai US$ 31,4 juta, naik signifikan 76% dari periode sama tahun lalu US$ 17,9 juta. Alhasil, Apexindo membukukan laba bersih US$ 26 juta dari sebelumnya merugi US$ 9,7 juta.

Pada Januari-September 2006, perseroan membukukan rasio lancar 3,8 kali, lebih tinggi dari periode Januari-September 2005 sebesar 3,4 kali. Rasio kewajiban terhadap ekuitas (DER) tercatat 0,4 kali dari sebelumnya 0,6 kali.

Backlog Pendapatan

Pada 2007, Apexindo mengantungi backlog pendapatan sebesar US$ 186 juta. Jumlah tersebut turun menjadi US$ 150 juta pada 2008 dan menjadi US$ 120 juta dan US$ 5 juta pada dua tahun berikutnya.

Backlog dihitung dengan mengalikan harga sewa rig harian berdasarkan kontrak dengan periode kontrak. “Backlog pendapatan bersifat indikatif dari full contractual day rate, sehingga dapat berubah-ubah mengikuti rig downtime dan adanya kontrak baru,” papar manajemen Apexindo.

Sementara itu, pembangunan rig jack-up terbaru milik Apexindo bernama Soehanah telah mencapai 80% hingga September 2006 dan diharapkan rampung pada Januari 2007. Belanja modal yang dianggarkan untuk pembelian rig baru sekitar US$ 150 juta.

Uang muka sebesar US$ 26,7 juta telah dibayarkan pada 2005, sedangkan sisanya dipenuhi lewat fasilitas pembiayaan jangka panjang senilai US$ 125 juta.

Rig bertipe Baker Marine Design Pacific Class 375 tersebut telah memperoleh kontrak jangka panjang dari E&P Indonesie selama 22 bulan, ditambah periode perpanjangan sembilan bulan. Nilai kontrak mencapai sekitar US$ 170 juta. Baru-baru ini Soehanah sukses melakukan water launching test di PPL Shipyard Singapore, tempat rig jack-up dirakit. (gie)

Thursday, November 2, 2006

Pendapatan Apexindo Naik 29,9%

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) mencatat laba bersih pada kuartal ketiga 2006 sebesar Rp 289,2 miliar atan naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 156,5 miliar. Peningkatan laba bersih ditopang tingginya pendapatan usaha sekitar 28,9% menjadi Rp 1,0 triliun dan kegiatan operasi secara efisien.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan mengungkapkan, perseroan mampu meningkatkan laba usaha sekitar 70,9% mejadi Rp 304,1 miliar dibandingkan pada kuartal ketiga 2005 Rp 177,9 miliar.

“Peningkatan kinerja keuangan didukung membaiknya operasional. Peralatan pengeboran bekerja dengan maksimum dan kualitas tinggi. Selain itu, kondisi pasar sangat kondusif,” ujar dia lewat siaran pers yang diterima Investor Daily di Jakarta, Selasa (31/10).

Agustinus mengatakan, peningkatan kinerja mendorong pertumbuhan EBITDA menjadi Rp 439,5 miliar atau naik 41,0%. Sedangkan kenaikan pendapatan usaha dipicu pendapatan sektor pengeboran darat menjadi Rp 353,5 miliar dari sebelumnya Rp 189,3 miliar.

Menurut dia, utilisasi pengeboran telah mencapai 61% dibandingkan tahun sebelumnya 46%.

Membaiknya kinerja keuangan pada kuartal ketiga 2006, lanjut dia, juga disebabkan turunnya bunga utang. Dengan begitu, rasio utang terhadap ekuitas mencapai 0,4 kali atau lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya 0,7 kali. Tingkat likuiditas berhasil dipertahankan pada rasio lancar 3,8 kali. (hut)

Apexindo bukukan laba Rp289,2 miliar

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk pada akhir September 2006 membukukan laba bersih Rp289,2 miliar, naik 200% dibandingkan rugi bersih Rp156,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan terebut dipicu pertumbuhan pendapatan yang meningkat 28,9% dan kegiatan operasi yang efektif dan efisien.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan menjelaskan selama sembilan bulan pertama tahun ini, perseroan mampu mengoptimalkan kinerja peralatan pengeboran dan menekan kenaikan biaya langsung dan tak langsung.

Akibatnya, laba usaha meningkat 70,9% menjadi Rp304,1 miliar dari Rp177,9 miliar pada tahun sebelumnya. (Bisnis/ags)

Thursday, October 19, 2006

Apexindo Buyback Obligasi Rp 250 M

Jakarta, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk berencana membeli kembali (buyback) oblihasi senilai Rp 250 miliar mulai 1 November 2006. Obligasi yang akan dibeli kembali adalah Obligasi Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 senilai Rp 510 miliar dan Obligasi Syariah Ijarah Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 sebesar Rp 240 miliar.

“Pelaksanaan pemeblian kembali obligasi ini mulai dilakukan pada 1 November 2006 hingga 31 Desember 2007,” kata Direktur Apexindo Agustinus B Lomboan dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Surabaya (BES) di Jakarta, Selasa (17/10).

Menurut dia, tujuan buyback obligasi untuk disimpan dan dijual kembali perseroan di kemudian hari.

Perseroan menerbitkan, Obligasi Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 pada 8 April 2005 dan mulai dicatatkan di BES pada 11 April 2005. Surat utang memperoleh peringkat A- dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). (gie)

Apexindo Buyback Sebesar Rp250 Miliar

JAKARTA, Media Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk berencana membeli kembali (buyback) senilai maksimal Rp 250 miliar.

"Pelaksanaan pembelian kembali mulai 1 November 2006 hingga 31 Desember 2007," kata Direktur Apexindo Agustinus B Lomboan dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Surabaya (BES) di Jakarta, Selasa (17/10).

Target buyback adalah Obligasi Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 senilai Rp510 miliar dan Obligasi Syariah Ijarah Apexindo Pratama Duta I tahun 2005 senilai Rp240 miliar.

Agustinus mengatakan tujuan buyback obligasi tersebut untuk disimpan dan dijual kembali oleh perseroan di kemudian hari.

Perseroan menerbitkan Obligasi Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 pada 8 April 2005 dan mulai dicatatkan di BES pada 11 April 2005. Surat utang tersebut memperoleh peringkat 'idA-' dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Obligasi Syariah Ijarah Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 liar diterbitkan dan dicatatkan di BES pada hari sama dengan Obligasi Apexindo Pratama Duta I tahun 2005. Kedua obligasi akan jatuh tempo pada 8 April 2010. (Ant/OL-06)

Apexindo akan beli balik obligasi

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk berencana melakukan pembelian kembali (buyback) dua jenis obligasinya dengan nilai total Rp 250 miliar.

Dalam pengumuman resminya kepada PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), Direktur Apexindo Agustinus Lomboan menyebutkan pelaksanaan pembelian kembali itu akan dilakukan mulai 1 November 2006 sampai 31 Desember 2007.

"Tujuan pembelian kembali tersebut untuk disimpan dan di kemudian hari dapat dijual kembali," tuturnya.

Kedua obligasi yang dibeli balik itu adalah obligasi I/ 2005 senilai Rp510 miliar dan obligasi syariah ijarah I/ 2005 sebesar Rp240 miliar. Keduanya akan jatuh tempo pada 8 April 2010. (Bisnis/ags)

Saturday, October 7, 2006

Kru Apexindo Raih Penghargaan


Gunung Salak, Investor Daily – Kru Rig 4 Apexindo Jojo Suwarjo (Mechanic) menjadi salah satu dari empat penerima penghargaan keselamatan dalam program Global Drilling & Completion (D&C) Behavioral Based Safety (BBS) dari Chevron.

Program D&C BBS tersebut melibatkan seluruh unit usaha Chevron di seluruh dunia, dan setiap bulannya akan dipilih empat pemenang yang dianggap telah menunjukkan perilaku keselamatan kerja yang memuaskan.

Jojo Suwarjo merupakan warga negara Indonesia pertama dari rekanan bisnis Indonesia yang menerima pengakuan internasional tersebut.

“Apexindo tentunya sangat bangga. Ini membuktikan bahwa budaya keselamatan yang telah dibangun Apexindo secara teliti dan komprehensif, telah membuahkan hasil”, kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro di sela acara penyerahaan penghargaan tersebut.

General Manager Drilling & Completion IndoAsia Business Unit dari Chevron, Jim Barron mengatakan, Program BBS yang dilakukan oleh Chevron merupakan program yang difokuskan pada kegiatan pemboran dan workover dari seluruh unit bisnis Chevron seluruh dunia dan dilaksanakan untuk mendorong perilaku keselamatan, yang akan menciptakan budaya keselamatan di lingkungan kerja. (es)

Thursday, October 5, 2006

Apexindo Siapkan Rp 21,69 Miliar Bayar Kupon Bunga dan Cicilan Fee Ijarah ke-6 Obligasi I

JAKARTA, investorindonesia.com --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) telah menyiapkan dana Rp 14,77 miliar untuk pembayaran kupon bunga ke-6 Obligasi Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 dan Rp 6,92 miliar untuk cicilan fee ijarah ke-6 Obligasi Syariah Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005.

Dana sebesar Rp 21,69 miliar tersebut akan ditransfer ke PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jelas Direktur Utama Apexindo, Hertriono Kartowsiastro, dalam laporannya kepada Ketua Bapepam-LK di Jakarta, Rabu, seperti dilansir Antara. PT Apexindo Pratama Duta Tbk bergerak di bidang usaha investasi, perdagangan, jasa dan lainnya merupakan anak perusahaan PT Medco Energi International Tbk dengan kepemilikan saham 51% per akhir Agustus 2006. Sementara pemegang saham lainnya adalah Asian Opportunities Fund I Segregated P 15,95 %, CLSA Ltd 15,95%, dan sisanya dikuasai oleh publik. (ant/gor)

Apexindo siap bayar bunga obligasi

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk telah menyiapkan dana untuk membayar kupon keenam dan cicilan fee ijarah keenam atas obligasi syariahnya setelah dikurangi pajak yaitu senilai Rp21,68 miliar.

Direktur utama PT Apexindo Pratama Duta Tbk Hertriono Kartowisastro mengatakan Apexindo mempunyai obligasi I/2005 sebesar Rp14,76 miliar dan obligasi syariah ijarah sebesar Rp6,92 miliar.

"Sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan, maka sejumlah dana sebesar Rp21,68 miliar akan kami transfer ke PT Kustodian Sentral Efek Indonesia sebagai agen pembayaran," ujarnya dalam keterbukaan informasi kepada BEJ kemarin. (Bisnis/rni)

Wednesday, September 27, 2006

PT Apexindo Secures $125 Million in Financing

Rigzone.com, PT Apexindo 9/27/2006 --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk has signed a loan facility in the amount of US $125 million for the construction of its newest jackup, Soehanah. This credit facility is an asset based financing, which is based on the asset value and the ability of the asset to generate income. The facility has a tenor of 10 years with a very competitive interest rate scheme at LIBOR+2.15% for the amortized portion, and at 10.5% fixed interest rate for the bullet payment portion.

This credit facility is a syndication credit facility led by Natexis Banques Populaires, as agent, security trustee and book runner with Goldman Sachs LLC, PMA Investment Advisors and Standard Chartered Bank as Joint Mandated Lead Arrangers, and United Overseas Bank Ltd. as Lead Arranger.

This facility is the first loan to obtain a tenor exceeding 7 years from foreign banks achieved by Indonesian company and this certainly is a big attainment for Apexindo. Agustinus B. Lomboan, Finance Director of Apexindo explained, "We would like to thank the credible foreign banks as well as foreign investors, which have given their trust to Apexindo to obtain a very long term loan with competitive interest rates in supporting the growth and business development of the Company".

The Soehanah is able to immediately generate income since the rig has successfully secured a 3 years contract valued at US $170 million with Total E&P Indonesie. Therefore, the cash flow of this asset can immediately be attained which is subsequently utilized to repay the creditors timely or even sooner than scheduled.

Apexindo is an established company, with international reputation and continuously growing. As the commitment in managing the Company based on good corporate governance and accurate business strategy, it is an appropriate decision from bankers or other creditors to provide loans for Apexindo in the future.