Friday, December 28, 2007

Ralat Berita

Koran Tempo --- Dalam pemberitaan Koran Tempo edisi Rabu, 26 Desember 2007, yang berjudul "Apexindo Dapat Kontrak Besar" terdapat sedikit kesalahan. Pada alinea pertama tertulis: "Ini kontrak terbesar sepanjang sejarah perseroan," kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro.

Seharusnya kalimat yang benar adalah: "Ini kontrak pengeboran darat terbesar sepanjang sejarah perseroan," kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro. Redaksi

Wednesday, December 26, 2007

Apexindo Dapat Kontrak Besar

Jakarta, Koran Tempo - PT Apexindo Pratama Duta Tbk. berhasil mendapat perpanjangan kontrak baru dari Virginia Indonesia Co. untuk Rig 9 dan 10 dalam proyek pengeboran di Kalimantan Timur. Nilai kontrak masing-masing sebesar US$ 34,8 juta dan US$ 35,7 sehingga totalnya mencapai US$ 71 selama 2 tahun. "Ini kontrak terbesar sepanjang sejarah perseroan," kata Direktur Utama Apexindo Pratama Duta, Hertriono Kartowisastro, dalam siaran pers kemarin.Menurut dia, Rig 9 dan Rig 10 termasuk rig darat dengan kekuatan terbesar yang dimiliki Apexindo dengan kekuatan rata-rata 2.000 tenaga kuda. Dari delapan Rig yang dimiliki, enam rig darat memiliki kekuatan di atas 1.000 tenaga kuda. “Rig ini dapat bekerja cepat dan efisien.” PADJAR

Monday, December 24, 2007

Apexindo Akan Buyback Obligasi US$79 Juta

warta ekonomi.com --- Agustinus Lomboan, direktur keuangan PT Apexindo Pratama Tbk, menyatakan buy back obligasi sebesar US$79 juta akan dilakukan perusahaan tersebut pada 2008. Hal ini diharapkan mengurangi beban bunga. Apexindo Pratama akan melakukan buy back obligasi dari internal.

Sebelumnya, buy back obligasi telah direncanakan Apexindo Pratama sejak 2007. Namun, saat itu harga obligasi sedang tinggi. Nilai obligasi sebesar 103% di atas par (awal) dengan kupon 12,5%. Mochamad Ade Maulidin

Friday, December 21, 2007

Pendapatan Tembus US$ 246 Juta, Apexindo Percepat Pelunasan Utang US$ 120 Juta

JAKARTA, Investor Daily --- Perusahaan pengeboran tambang PT Apexindo Pratama Duta Tbk akan mempercepat pelunasan utang sebesar US$ 120 juta atau sekitar Rp 1,12 triliun. Perseroan melunasi kewajiban kepada sindikasi lembaga keuangan asing, antara lain Natexis Banques Populaires, Standard Chartered Bank, Goldman Sachs, PMA Investment Advisors, dan United Overseas Bank.

Direktur Apexindo Agustinus B Lomboan mengatakan, percepatan pelunasan utang sebagai salah satu solusi untuk mengurangi beban bunga. Sebab, bunga pinjaman mengacu London Interbank Offered Rate (LIBOR) + 2,15% untuk porsi amortisasi dan 10,5% bunga tetap untuk porsi bullet. Utang akan jatuh tempo hingga tahun 2016.

“Jadi, jatuh temponya masih sembilan tahun lagi, sehingga bisa membebani keuangan kami,” kata dia usai paparan publik perseroan di Jakarta, Rabu (19/12).

Pinjaman perseroan semula berjumlah US$ 125 juta. Utang itu dipakai membangun rigs jack up Soehanah tahun 2006. Namun, tahun ini Apexindo sudah mencicil utang senilai US$ 5 juta, sehingga berkurang menjadi US$ 120 juta.

Menurut Agustinus, pelunasan utang sebesar US$ 120 juta sekaligus mengurangi total kewajiban menjadi US$ 79 juta atau sekitar Rp 734,7 miliar. Sisa utang tersebut merupakan kewajiban obligasi Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 dan Syariah Ijarah Apexindo Pratama Duta I tahun 2005 yang jatuh tempo 2010.

Apexindo juga berencana membeli kembali (buyback) obligasi tersebut pada 2008. Semula rencana buyback tersebut akan dilakukan hingga batas waktu pada 31 Desember 2007. Namun, pembayaran ditunda tahun depan, sebab harga obligasi di pasar saat ini cukup tinggi sebesar 103%.

“Kami tetap memasukkan rencana buyback obligasi, karena salah satu solusi mengurangi beban bunga selain percepatan utang. Tapi, kalau untuk obligasi, kami menunggu situasi pasar agar tidak terlalu mahal,” tutur dia.

Pembelian kembali obligasi juga bermanfaat ganda bagi Apexindo. Selain mengurangi beban bunga, surat utang ini dapat dijual kembali. Peluang buyback obligasi juga terbuka, mengingat perseroan akan memiliki kas internal senilai US$ 100 juta pada 2008.

Jangka Panjang
Sementara itu, Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro menambahkan, tahun depan perseroan diperkirakan membukukan pendapatan sebesar US$ 246,4 juta. Pendapatan ini ditopang pertumbuhan kontrak.“Sebesar 90% kontrak yang diperoleh bersifat jangka panjang, terbesar dari Total E&P Indonesie,” jelas Hertriono.

Total E&P Indonesie telah memberi kontrak pengeboran tambang kepada Apexindo senilai US$ 506,5 juta selama tahun 2007-2012. Sedangkan nilai kontrak VICO mencapai US$ 85,8 juta pada 2007-2010. Perseroan juga masih memiliki sisa kontrak Santos US$ 166,7 juta untuk tahun 2008-2010 dan Chevron Geothermal Salak Ltd US$ 21,6 juta hingga 2008.

“Ada tiga rigs yang masih menunggu kontrak baru atau perpenjangan, sehingga ada peluang memperoleh pendapatan di atas US$ 246,4 juta tahun depan,” ujar dia.

Oleh Jauhari Mahardhika

Apexindo, Vico renew contract

JAKARTA, Jakarta Post: A local oil drilling firm, PT Apexindo Pratama Duta, has received another 2.5-year contract worth US$71 million to conduct drilling in the U.S.-based oil company Vico's oil and gas concession in East Kalimantan.

Apexindo president director Hertriono Kartowisastro said Wednesday that Vico would use Apexindo's two drilling rigs, Rig 9 and Rig 10, to carry out the drilling work at a contract value of $34.8 million and $35.7 million, respectively.

"This is the biggest land-drilling contract that we have got so far," Hertriono said.

Apexindo has conducted drilling work at Vico's Kalimantan oil field for almost two decades. --JP

Apexindo ingin divestasi segera rampung

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Manajemen PT Apexindo Pratama Duta Tbk menginginkan agar divestasi 51,4% sahamnya milik PT Medco Energi Internasional Tbk kepada dua calon pembeli terkuat segera rampung.

Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan manajemen perseroan tidak bisa menjelaskan lebih jauh soal penjualan saham itu.

"Tidak ada yang bisa dikatakan. Itu murni urusan Medco. Kalau kami ingin urusan itu cepat selesai, apa pun keputusannya nanti," tuturnya saat paparan publik, Rabu.

Harga saham berkode APEX pada penutupan Rabu naik Rp75 menjadi Rp2.075. Posisi tertinggi pernah dicatatkan saham ini Rp2.575 pada 5 Oktober dan terendah Rp1.620 pada 11 Januari.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Manajemen Medco semula menyatakan divestasi saham Apexindo diperkirakan rampung sebelum Natal. Namun, hingga kini negosiasi antara Medco dan dua calon pembeli yakni Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara masih berlangsung.

Bahkan, Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro beberapa waktu lalu mengatakan penyelesaian divestasi saham pengeboran itu mundur lagi menjadi akhir Januari tahun depan.

Menurut dia, proses negosiasi secara paralel dengan dua calon pembeli masih dilangsungkan sampai saat ini. "Closing paling mungkin dilakukan setelah tahun baru. Dengan perhitungan masa tidak efektif sebanyak dua minggu pada bulan ini dan juga pada Januari, bisa jadi closing pada pekan ketiga atau mendekati akhir bulan depan," ujarnya.

Penundaan penyelesaian penjualan saham karena beberapa faktor seperti kecocokan harga antara penjual dan pembeli, sehingga negosiasi berjalan alot. Medco meminta harga jual Rp2.700 per saham, sedangkan Abacus menawarkan harga Rp2.450.

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan.

Apexindo mematok pendapatan pada tahun ini meningkat menjadi US$190 juta dibandingkan dengan perolehan tahun lalu US$156,3 juta.

Pertumbuhan kuat

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan optimistis perseroan dapat membukukan pertumbuhan pendapatan yang kuat tahun depan, mengingat saat ini perseroan memperoleh pendapatan yang tertunda (backlog) US$246,4 juta.

Pendapatan yang dimaksud diasumsikan dapat dibukukan mengacu pada perolehan sejumlah kontrak kerja rig jangka panjang terhitung mulai 2008-2012.

Pendapatan backlog ini tecermin dari tarif harian yang dapat bervariasi bergantung pada perolehan kontrak baru dan selama rig (anjungan pengeboran) menjalani masa istirahat (downtime)

Secara berurutan, pendapatan backlog ini mulai 2009 hingga 2012 diperkirakan US$201 juta, US$118,8 juta, US$33,8 juta, dan US$21,7 juta.

"Jumlah itu masih mungkin dinaikkan lagi karena Apexindo tentu tidak akan berdiam diri. Kami akan giat mencari kontrak-kontrak baru terutama yang jangka panjang di masa yang akan datang," ujarnya.

Agustinus memperkirakan kontribusi pendapatan masih akan ditopang oleh penyewaan rig segmen laut 70%-75% dengan tingkat utilisasi di atas 90%. Selebihnya diharapkan datang dari segmen darat.

Dia menolak memproyeksikan laba bersih perseroan pada tahun ini dan tahun depan. Untuk belanja modal, perseroan memperkirakan jumlahnya pada tahun depan akan sedikit menyusut menjadi US$14 juta dibandingkan dengan US$15,12 juta pada tahun ini.

Alokasi jumlah belanja modal yang mengecil itu terjadi sehubungan dengan tidak adanya rencana besar pada tahun depan. Untuk per 30 September 2007, perseroan telah membelanjakan belanja modal sebesar US$12,21 juta di antaranya untuk peningkatan kemampuan (upgrading) rig US$7,6 juta dan upgrading ke depan (ongoing) US$4,34 juta.

Menurut dia, dengan jumlah belanja modal yang mengecil pada 2008 Apexindo berpeluang membukukan kas yang lebih besar sehingga dapat merealisasikan rencana pembelian kembali (buy back) obligasi yang tertunda pada tahun ini.

"Saat ini, posisi kas kami US$43 juta, tetapi berhubung harga obligasi Apexindo di pasar tinggi, rencana buy back pun ditunda. Tahun depan masih ada bujet untuk itu atau mempercepat pelunasan utang bank," katanya. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia

Apexindo Buy Back Obligasi

JAKARTA, Republika--PT Apexindo Pratama Duta Tbk berencana membeli kembali (buy back) obligasi sebesar 79 juta dolar AS. Pembelian kembali obligasi tersebut dilakukan pada 2008.

''Rencana ini sudah sejak awal 2007, tapi karena harga bond naik, terpaksa ditunda,'' kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan di Jakarta, Rabu (19/12). Menurutnya pembelian kembali obligasi tersebut akan menambah laba bersih perusahaan. Pasalnya nilai obligasi Apexindo saat ini terhitung mahal. Nilai obligasi tersebut sudah mencapai 103 persen di atas rasio harga terhadap laba bersih (price to earning ratio/PER) dengan kupon 12,5 persen. ''Kami melakukan ini supaya mendapat insentif,'' tutur dia.

Untuk pembelian kembali obligasi ini, imbuh Agustinus, pihaknya akan menggunakan dana kas internal. Saat ini kas perusahaan sekitar 43 juta dolar AS. Mengenai divestasi saham milik Medco di Apexindo, Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan, pihaknya berharap hal ini segera mendapat keputusan. Pasalnya jika berlarut-larut akan menimbulkan sentimen negatif terhadap saham Apexindo. ''Ini di luar kendali kita,'' tuturnya. ria

Apexindo Akan Beli Balik Obligasi, Berita divestasi saham milik Medco memberi sentimen negatif.

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Apexindo Pratama Duta Tbk. berencana membeli balik (buyback) obligasi sebesar US$ 79 juta pada 2008.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan rencana untuk melakukan buyback sudah ada sejak awal 2007. Namun, rencana itu tak terealisasi karena harga obligasi tersebut di pasar terus naik. "Jadi terpaksa ditunda," ujarnya di Jakarta, Rabu lalu.

Agustinus menjelaskan, nilai obligasi perseroan saat ini sudah mahal atau mencapai 103 persen di atas harga price to earning ratio dengan kupon 12,5 persen.

Dengan langkah buyback, perseroan berharap bisa mendapat insentif. "Sebab, kalau obligasi dibeli kembali, laba bersih perseroan akan meningkat," ujarnya.

Apexindo, menurut Agustinus, akan menggunakan dana internal kas untuk buyback obligasi itu. "Posisi kas kami sekarang US$ 43 juta," katanya.

Sementara itu, Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro mengumumkan perseroan telah memperoleh tender perpanjangan kontrak Rig 9 dan Rig 10 dari VICO untuk proyek pengeboran di Kalimantan Timur. Dua kontrak itu masing-masing senilai US$ 34,8 juta dan US$ 35,7 juta untuk periode dua setengah tahun. "Ini merupakan kontrak pengeboran darat dengan nilai terbesar yang pernah didapat perseroan," katanya.

Apexindo telah bekerja sama VICO selama lebih dari dua dekade untuk proyek pengeboran ini. Rig 9 dan Rig 10 termasuk rig darat dengan kekuatan rata-rata 2.000 tenaga kuda (horse power).

"Pencapaian tender ini memberikan tambahan signifikan terhadap pendapatan kami seiring dengan peningkatan sekitar 25 persen pada harga sewa harian," kata Hertriono.

Sementara itu, mengenai divestasi 51,39 persen saham milik PT Medco Energi International Tbk. di Apexindo, Hertriono mengatakan pihaknya berharap akan segera mendapat keputusan. Sebab, masalah ini menimbulkan sentimen negatif terhadap saham Apexindo. "Itu issue Medco," katanya.

Sebelumnya, Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan penjualan saham mungkin bakal molor hingga tahun depan. "Kalau bisa selesai sebelum akhir tahun ini bagus, tapi bisa saja molor hingga tahun depan," katanya.

Hingga saat ini, Hilmi melanjutkan, belum ada keputusan siapa calon pembeli yang memenangi penawaran atas penjualan Apexindo. Ia mengindikasikan adanya negosiasi yang alot antara Medco dan calon pembeli tersebut. Medco berencana melepas saham Apexindo dengan harga penawaran Rp 2.700 per lembar. SORTA TOBING

Wednesday, December 19, 2007

Apexindo Dapat Kontrak US$ 71 Juta

JAKARTA, investorindonesia.com --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan konfirmasi perpanjangan kontrak baru untuk Rig 9 dan Rig 10 dari VICO untuk proyek pemboran di Kalimantan Timur, masing-masing senilai US$ 34,8 juta dan 35,7 juta. Total nilai kedua kontrak tersebut sekitar US$ 71 juta untuk periode dua setengah tahun.

"Ini merupakan kontrak pemboran darat dengan nilai terbesar yang pernah didapat perseroan. Apexindo telah mendukung program pemboran VICO selama lebih dari dua dekade dan perseroan," kata Hertriono Kartowisastro dalam siaran pers yang diterima, Rabu.

Rig 9 dan Rig 10 termasuk rig darat dengan kekuatan besar yang dimiliki Apexindo rata-rata 2.000 tenaga kuda (horse power/HP). Dari delapan rig darat yang dimiliki, enam rig darat memiliki kekuatan di atas 1.000 HP.

Menurut dia, peningkatan aktivitas pemboran darat di Indonesia memberikan dampak positif terhadap Apexindo di mana tingginya permintaan atas rig darat secara langsung mempengaruhi harga sewa harian.

Pencapaian Rig 9 dan Rig 10 ini memberikan tambahan signifikan terhadap backlog pendapatan seiring dengan peningkatan sekitar 25% pada harga sewa harian dibanding dengan kontrak sebelumnya. (ant)

Apexindo Dapat Kontrak US$ 71 Juta

JAKARTA, investorindonesia.com --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan konfirmasi perpanjangan kontrak baru untuk Rig 9 dan Rig 10 dari VICO untuk proyek pemboran di Kalimantan Timur, masing-masing senilai US$ 34,8 juta dan 35,7 juta. Total nilai kedua kontrak tersebut sekitar US$ 71 juta untuk periode dua setengah tahun.

"Ini merupakan kontrak pemboran darat dengan nilai terbesar yang pernah didapat perseroan. Apexindo telah mendukung program pemboran VICO selama lebih dari dua dekade dan perseroan," kata Hertriono Kartowisastro dalam siaran pers yang diterima, Rabu.

Rig 9 dan Rig 10 termasuk rig darat dengan kekuatan besar yang dimiliki Apexindo rata-rata 2.000 tenaga kuda (horse power/HP). Dari delapan rig darat yang dimiliki, enam rig darat memiliki kekuatan di atas 1.000 HP.

Menurut dia, peningkatan aktivitas pemboran darat di Indonesia memberikan dampak positif terhadap Apexindo di mana tingginya permintaan atas rig darat secara langsung mempengaruhi harga sewa harian.

Pencapaian Rig 9 dan Rig 10 ini memberikan tambahan signifikan terhadap backlog pendapatan seiring dengan peningkatan sekitar 25% pada harga sewa harian dibanding dengan kontrak sebelumnya. (ant)

Apexindo Akan Buy Back Obligasi US$ 79 Juta

Jakarta, detikfinance - Perusahaan jasa pengeboran migas PT Apexindo Pratama Duta Tbk berencana membeli kembali (buy back) obligasinya sebesar US$ 79 juta pada 2008.

"Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak awal tahun 2007. Tapi karena harga bond naik, terpaksa ditunda," ujar Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan dalam paparan publik di Bursa Efek Indonesia, Rabu (19/12/2007).

Ia menjelaskan nilai obligasi perseroan saat ini sudah mahal atau mencapai 103% di atas harga awal (par) dengan kupon 12,5%.

"Kami melakukan ini supaya mengurangi beban bunga yang ditanggung Apexindo," ungkapnya.

Perseroan akan menggunakan dana internal kas untuk buy back obligasi ini.

Mengenai divestasi saham Medco di Apexindo, Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan perseroan berharap akan segera mendapat keputusan. Karena masalah ini menimbulkan sentimen negatif terhadap saham Apexindo. (ard/qom)

2008, Apexindo Buy Back Obligasi

JAKARTA, okezone.com - PT Apexindo Pratama Duta Tbk kembali mengutarakan niatnya untuk membeli kembali (buy buck) obligasi sebesar USD79 juta pada 2008 mendatang.

Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak awal 2007. Tapi karena harga obligasi naik, terpaksa ditunda.

Demikian disampaikan oleh Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan, dalam paparan publik di Gedung Bursa Efek Jakarta, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (19/12/2007).

"Nilai obligasi Apexindo saat ini sudah mahal atau mencapai 103 persen di atas harga PAR, dengan kupon 12,5 persen," kata Agustinus.

Perseroan akan menggunakan dana internal kas untuk buy back obligasi ini. Menurutnya, kas Apexindo saat ini sekira USD43 juta.

Sementara itu, mengenai divestasi milik Medco di Apexindo, Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan perseroan berharap akan segera mendapat keputusan. Karena masalah ini menimbulkan sentimen negatif terhadap saham Apexindo.

"Kami berharap seepatnya Medco memberi kepastian, agar saham kami tidak terkena sentimen (negatif)," katanya.
(Gaib Maruto Sigit / Trijaya / rhs)

Apexindo Peroleh Tender US$ 70,5 Juta

TEMPO Interaktif, Jakarta: PT Apexindo Pratama Duta Tbk. memperoleh tender perpanjangan Rig 9 dan Rig 10 dari VICO untuk proyek pengeboran di Kalimantan Timur. Dua kontrak itu masing-masing senilai US$ 34,8 juta dan US$ 35,7 juta untuk periode 2,5 tahun.

"Ini merupakan kontrak pengeboran darat dengan nilai terbesar yang pernah didapat perseroan," kata Presiden Direktur Apexindo Pratama Duta, Hertriono Kartowisastro, dalam siaran persnya.

Apexindo bekerja sama dengan VICO selama lebih dari dua dekade untuk proyek pengeboran ini. Rig 9 dan Rig 10 termasuk rig darat dengan kekuatan rata-rata 2.000 tenaga kuda (horse power). "Ini memberikan tambahan signifikan terhadap pendapatan kami, seiring dengan peningkatan sekitar 25 persen harga sewa harian," ucapnya.

Sorta Tobing

Apexindo Dapat Kontrak US$ 71 Juta

JAKARTA, investorindonesia --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan konfirmasi perpanjangan kontrak baru untuk Rig 9 dan Rig 10 dari VICO untuk proyek pemboran di Kalimantan Timur, masing-masing senilai US$ 34,8 juta dan 35,7 juta. Total nilai kedua kontrak tersebut sekitar US$ 71 juta untuk periode dua setengah tahun.

"Ini merupakan kontrak pemboran darat dengan nilai terbesar yang pernah didapat perseroan. Apexindo telah mendukung program pemboran VICO selama lebih dari dua dekade dan perseroan," kata Hertriono Kartowisastro dalam siaran pers yang diterima, Rabu.

Rig 9 dan Rig 10 termasuk rig darat dengan kekuatan besar yang dimiliki Apexindo rata-rata 2.000 tenaga kuda (horse power/HP). Dari delapan rig darat yang dimiliki, enam rig darat memiliki kekuatan di atas 1.000 HP.

Menurut dia, peningkatan aktivitas pemboran darat di Indonesia memberikan dampak positif terhadap Apexindo di mana tingginya permintaan atas rig darat secara langsung mempengaruhi harga sewa harian.

Pencapaian Rig 9 dan Rig 10 ini memberikan tambahan signifikan terhadap backlog pendapatan seiring dengan peningkatan sekitar 25% pada harga sewa harian dibanding dengan kontrak sebelumnya. (ant)

Monday, December 17, 2007

Divestasi Apexindo terganjal permintaan Abacus

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Penyelesaian divestasi 51,37% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk dapat terganjal permintaan Abacus Capital.

Perusahaan ini meminta pembayaran terhadap pembelian saham Apexindo dilakukan secara bertahap selama dua sampai tiga tahun.

Seorang eksekutif yang terlibat dalam transaksi ini menyebutkan, negosiasi antara Medco dan Abacus masih berlangsung. "Abacus meminta pembayaran terhadap Apexindo dilakukan secara bertahap selama dua sampai tiga tahun," ujarnya kemarin.

Melihat kondisi ini, dia menilai Bormindo, peminat saham Apexindo lainnya, berpeluang menang meskipun memberikan harga penawaran Rp2.425 per saham.

"Apabila Bormindo bisa menawarkan syarat pembayaran yang bagus tidak tertutup kemungkinan perusahaan itu menang dalam hal ini."

Harga penawaran Bormindo yang diajukan ke Medco, menurut dia, memang lebih kecil bila dibandingkan dengan Abacus Capital sebesar Rp2.450 per saham.

Saat Bisnis meminta konfirmasi kepada Dirut Medco Energi Hilmi Panigoro dan Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro, tak ada yang mengangkat telepon selulernya.

Hertriono beberapa waktu lalu sempat mengungkapkan keinginan Medco dalam divestasi itu adalah menerima pembayaran secara tunai dan secara sekaligus.

Sementara itu, dua pemodal lainnya Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG) yang juga meminati saham Apexindo sudah dipastikan tidak lolos dalam proses finalisasi pemenang.

Tunda RUPSLB

Medco sebelumnya telah dua kali menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) karena disebabkan oleh belum tercapainya kesepakatan antara perseroan dan calon pembeli Apexindo.

Semula perseroan ingin menggelar RUPSLB pada 27 Desember dengan agenda meminta persetujuan pemegang saham atas rencana divestasi tersebut.

Perseroan mengubah pelaksanaan RUPSLB menjadi 31 Desember. RUPSLB ini juga ditunda lagi sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Sebelum persaingan mengerucut pada Abacus dan Bormindo, empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, dinilai terlampau mahal.

Harga saham Medco pada perdagangan akhir pekan lalu ditutup melemah 0,93% menjadi Rp5.300 per saham dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya Rp5.350.

Sementara itu, harga saham Apexindo ditutup menguat 1,2% menjadi Rp2.100 per saham dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang sebesar Rp2.075 per saham. (munir.haikal@bisnis. co.id)

Oleh M. Munir Haikal
Bisnis Indonesia

Friday, December 14, 2007

Divestasi Apexindo Mungkin Molor Hingga 2008, Bormindo Nusantara telah menyampaikan penawaran

JAKARTA, Koran Tempo -- Rencana PT Medco Energi Internasional Tbk. menjual 51,39 persen saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk. ada kemungkinan bakal molor hingga tahun depan.

"Kalau bisa selesai sebelum akhir tahun ini bagus, tapi bisa saja molor hingga tahun depan," kata Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro kepada Tempo kemarin.

Hingga saat ini, Hilmi melanjutkan, belum ada keputusan siapa calon pembeli yang memenangi penawaran atas penjualan Apexindo. Ia mengindikasikan adanya negosiasi yang alot antara Medco dan calon pembeli tersebut. "Jelas (alot) karena menjual perusahaan itu banyak yang harus dibicarakan," ujarnya sesaat sebelum hubungan telepon tiba-tiba terputus.

Awalnya, Medco berencana mengumumkan pemenang pembeli perusahaan gas dan minyak ini pada 26 November lalu. Namun, akhirnya diperpanjang hingga sepekan untuk menambah waktu negosiasi hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli.

Medco Energi berencana melepas saham Apexindo dengan harga penawaran Rp 2.700 per lembar. Terakhir, calon pembeli Apexindo hanya tersisa tiga, yaitu Abacus Capital, Recapital Investment Bank, dan perusahaan pengeboran PT Bormindo Nusantara.

Dua calon pembeli lainnya, Essar Oil dari India dan 3i Group Plc., mundur karena menganggap harga permintaan Medco Energi Rp 2.700 per saham terlalu mahal. Adapun Texas Pacific Group mengundurkan diri.

Secara terpisah, Komisaris Bormindo M. Ramdani Basri menyatakan masih terus menunggu keputusan final pemenang penjualan Apexindo ini. Namun, menurut dia, hingga saat ini masih belum ada perkembangan informasi mengenai penjualan saham tersebut.

Ia juga menyampaikan bahwa Bormindo telah mengajukan penawaran sesuai dengan harga yang ditawarkan Medco. "Karena, kalau bid, kami harus mengikuti yang mereka (Medco) tawarkan," kata Ramdani melalui telepon tanpa mau menjelaskan lebih terperinci.

Sebelumnya, sumber Tempo menyampaikan bahwa dalam divestasi saham Apexindo tersebut, Abacus memberikan penawaran tertinggi, yakni Rp 2.450 per lembar. Urutan penawar berikutnya adalah Bormindo, selanjutnya Recapital (Koran Tempo, 27 November).

Dalam divestasi ini, Medco Energi menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan. Dari sekitar 50 investor yang diundang membeli saham Apexindo milik Keluarga Panigoro ini, hanya 19 calon investor yang mengembalikan formulir pernyataan minat.

Medco Energi berniat menjual kepemilikan sahamnya di Apexindo karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan minyak dan gas di sektor hulu.

Medco Energi menguasai 52,4 persen saham Apexindo. Pemegang saham Apexindo lainnya adalah Seadrill Ltd., melalui Abacus Capital International Ltd., sebanyak 32,3 persen dan publik 15,3 persen. WAHYUDIN FAHMI

Penjualan Apexindo Molor

JAKARTA (SINDO) - Rencana PT Medco Energi International Tbk menjual 51,39 persen saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk kemungkinan tertunda sampai tahun depan. Pasalnya, rencana pengumuman pemenang tender penjualan Apexindo tanpa ada kepastian.

"Kalau bisa selesai sebelum akhir tahun ini bagus, tapi bisa saja molor hingga tahun depan," ungkap Presiden Direktur Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro, di Jakarta kemarin.

Sampai saat ini, papar Hilmi, belum ada keputusan siapa calon pembeli yang memenangi penawaran atas penjualan Apexindo. Hal itu disebabkan negosiasi penjualan Apexindo antara Medco dan pembeli berjalan alot. "Jelas alot, karena menjual perusahaan itu banyak yang harus dibicarakan," ujarnya.

Awalnya, Medco berencana mengumumkan pemenang pembeli Apexindo pada 26 November 2007, lalu. Namun, akhirnya diperpanjang hingga sepekan untuk menambah waktu negosiasi hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli. Medco berencana melepas saham Apexindo dengan harga penawaran Rp2.700 per lembar.

Terakhir, calon pembeli Apexindo hanya tersisa tiga, yaitu Abacus Capital, Recapital Investment Bank, dan perusahaan pengeboran PT Bormindo Nusantara. Dua calon pembeli lainnya, Essar Oil dari India dan 3i Group Plc, menganggap harga permintaan Medco Energi Rp2.700 per saham terlalu mahal. Adapun Texas Pacific Group (TPG) juga mengundurkan diri.

Dihubungi terpisah, Komisaris Bormindo M. Ramdani Basri menyatakan masih terus menunggu keputusan final pemenang penjualan Apexindo. Namun, menurut dia, hingga saat ini masih belum ada perkembangan informasi mengenai penjualan saham tersebut.

Menurut Ramdani Bormindo telah mengajukan penawaran sesuai dengan harga yang ditawarkan Medco. "Karena, kalau bid, kami harus mengikuti yang mereka (Medco) tawarkan," kata Ramdani melalui telepon tanpa bersedia menjelaskan lebih terperinci dengan alasan rahasia.

Sebelumnya, dikabarkan bahwa dalam divestasi saham Apexindo tersebut, Abacus memberikan penawaran tertinggi, yakni Rp 2.450 per lembar. Urutan penawar berikutnya adalah Bormindo, selanjutnya Recapital.

Dalam divestasi anak usaha itu, Medco Energi menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan. Dari sekitar 50 investor yang diundang membeli saham Apexindo milik Keluarga Panigoro ini, hanya 19 calon investor yang mengembalikan formulir pernyataan minat. Medco Energi berniat menjual kepemilikan sahamnya di Apexindo karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan minyak dan gas di sektor hulu.

Sampai kuartal III tahun ini Apexindo membukukan penurunan laba bersih 11,5% menjadi USD23 juta dari periode yang sama tahun lalu USD26 juta. Laba bersih yang lebih rendah ini terutama disebabkan oleh kenaikan beban bunga perseroan menjadi sebesar USD10,1 juta atau meningkatsiginifikan sebesar 146,3% dari USD4,1 juta pada tahun lalu.

Sementara itu, perseroan membukukan peningkatan pendapatan dari USD111,8 juta menjadi USD140 juta pada kuartal III tahun ini. Jumlah tersebut meningkat sebesar 25,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. (rahmat baihaqi)

Thursday, December 13, 2007

Penjualan Apexindo Molor Lagi

JAKARTA, okezone.com - Rencana PT Medco Energi International Tbk untuk melepas 51,39 persen saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk bakal molor lagi hingga 2008 mendatang. Belum adanya keputusan calon pembeli yang memenangkan penawaran atas penjualan Apexindo masih menjadi kendala.

Demikian disampaikan oleh Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro, saat dihubungi di Jakarta, Kamis (13/12/2007).

"Kalau bisa selesai sebelum akhir tahun ini bagus, tapi bisa saja molor hingga tahun depan," kata Hilmi.

Menurutnya, negosiasi penjualan anak usaha yang bergerak di bidang jasa pertambangan ini, sangat alot.

"Jelas alot, karena menjual perusahaan itu banyak yang harus dibicarakan," ujarnya.

Awalnya, Medco berencana mengumumkan pemenang pembeli Apexindo pada 26 November 2007, lalu. Namun, akhirnya diperpanjang hingga sepekan untuk menambah waktu negosiasi hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli.

Pelepasan Apexindo ini, dengan harga penawaran Rp2.700 per lembar. Hingga saat ini, calon pembeli Apexindo hanya tersisa tiga, yaitu Abacus Capital, Recapital Investment Bank, dan perusahaan pengeboran PT Bormindo Nusantara.

Dua calon pembeli lainnya, Essar Oil dari India dan 3i Group Plc, menganggap harga permintaan Medco Energi Rp2.700 per saham terlalu mahal. Sedangkan Texas Pacific Group (TPG) mengundurkan diri.

(rhs)
Hadi Suprapto - Okezone

Monday, December 10, 2007

Nilai Transaksi US$ 56,83 Juta, Medco Kuasai 70% Saham Mitsui di Blok Langsa

JAKARTA, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk melalui anak usahanya, MEI Euro Finance Ltd, meningkatkan kepemilikan sahamnya pada Medco Moeco Langsa Ltd menjadi 70% dari sebelumnya 35%. Saham tersebut dibeli dari Mitsui Oil Exploration Co Ltd (Moeco). Nilai transaksi kurang dari US$ 56,83 juta.

Dirut Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengatakan, perseroan melalui MEI Finance sebelumnya memiliki 35% saham Medco Moeco. Namun, pada November 2007, Mitsui dari Jepang ingin melepas 35% sahamnya. “Mungkin mereka ingin merasionalisasi asetnya di Indonesia,” kata dia kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Medco kini mengubah nama Medco Moeco menjadi Medco E&P Langsa Ltd. Sedangkan sisa saham sebesar 30% masih dimiliki mitra lokal, Modec Production Pte Ltd. Perusahaan lewat MEI Euro Finance juga menjadi operator TAC (technical assistance contract) EAO (East Aceh Offshore) Langsa.

Menurut dia, Blok Langsa sudah memasuki tahap produksi. Produksinya maksimum mencapai sekitar 1.000 per barel. Tambang minyak ini terletak di lepas pantai sebelah timur Aceh dengan luas 77 kilometer persegi.

Hilmi mengakui, pihaknya belum bisa menyebutkan nilai transaksi pengambilalihan saham Mitsui. Namun, kata dia, transaksi itu tidak bersifat material dan tidak mengandung benturan kepentingan. Dengan demikian, Medco tidak perlu menggelar RUPSLB untuk meminta persetujuan pemegang saham. “Nilai transaksinya tidak terlalu besar, makanya tidak material,” ujar dia.

Berdasarkan peraturan Bapepam, transaksi yang tidak bersifat material bila nilainya tidak melebihi 10% dari pendapatan dan 20% dari ekuitas secara konsolidasi. Dalam transaksi pengambilalihan saham Mitsui, Medco menggunakan laporan keuangan konsolidasi tahun 2006 (auditan).

Pada 2006, perseroan membukukan pendapatan sebesar US$ 568,32 juta. Dengan begitu, nilai transaksinya ditaksir tidak melebihi US$ 56,83 juta.

Pengamat pasar modal Pardomuan Sihombing mengatakan, kinerja keuangan Medco sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, faktor terhambatnya adalah divestasi saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk yang belum jelas hingga saat ini. Akibatnya, harga saham Medco sempat mengalami tekanan jual. Namun, pada penutupan perdagangan Jumat (7/12), saham rebound Rp 100 (2%) dari Rp 5.200 menjadi Rp 5.300.

Divestasi Apexindo

Hilmi menjelaskan, pemenang divestasi saham Apexindo dapat diketahui publik sebelum akhir tahun. Tapi dari segi hukumya, hal itu baru rampung pada Januari 2008. “Sampai saat ini, kami masih bernegosiasi dengan dua calon peserta,” kata dia.

Menurut dia, kedua peserta tinggal Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara. Dua peserta lainnya, Texas Pacific Group (TPG) dan Recapital Investment Bank, sudah gugur.

Abacus merupakan peserta yang mengajukan penawaran tertinggi sebesar Rp 2.450 meskipun jauh dari permintaan Medco Rp 2.700 per saham. Jika Abacus terpilih, perseroan akan meraup dana senilai Rp 3,31 triliun. Bormindo menawarkan harga lebih rendah Rp 25 dari Abacus, yaitu Rp 2.425. Artinya, bila Bormindo terpilih, Medco bakal memperoleh dana Rp 3,28 triliun.


Oleh Jauhari Mahardhika

Friday, December 7, 2007

Ketidakpastian divestasi tekan saham Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Ketidakpastian penyelesaian yang menyelimuti divestasi 51,4% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk membuat harga saham perusahaan pengeboran itu kemarin ditutup merosot Rp275 per saham atau 11,82% dari posisi 29 November.

Manajemen Medco semula menyatakan divestasi saham Apexindo milik PT Medco Energi Internasional Tbk diperkirakan rampung sebelum Natal. Namun, hingga kini negosiasi antara Medco dan dua calon pembeli yakni Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara masih berlangsung.

Bahkan, Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan penyelesaian divestasi saham pengeboran itu mundur lagi menjadi akhir Januari tahun depan.

Menurut dia, proses negosiasi secara paralel dengan dua calon pembeli masih dilangsungkan sampai saat ini. "Closing paling mungkin dilakukan setelah tahun baru. Dengan perhitungan masa tidak efektif sebanyak dua minggu pada bulan ini dan juga pada Januari, bisa jadi closing pada pekan ketiga atau mendekati akhir bulan depan," paparnya saat dihubungi Bisnis kemarin.

Penundaan penyelesaian penjualan saham karena beberapa faktor seperti kecocokan harga antara penjual dan pembeli, sehingga negosiasi berjalan alot. Medco meminta harga jual Rp2.700 per saham, sedangkan Abacus menawarkan harga Rp2.450.

Sebelum persaingan mengerucut pada Abacus dan Bormindo, empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Ikhsan Binarto, analis saham PT Optima Investama, menambahkan penurunan harga saham Apexindo dipicu oleh penundaan penjualan, sehingga menimbulkan sentimen negatif.

"Pemodal ritel mempunyai pikiran jangka pendek. Begitu ada ketidakpastian, mereka langsung panic selling. Itu ciri khas investor ritel Indonesia," katanya.

Namun, dia mengakui penjualan saham membutuhkan negosiasi, sehingga memerlukan waktu lama, tetapi pemodal tidak sabar menunggu keputusan akhir. Bila mengacu pada posisi rekor Rp2.575 pada penutupan perdagangan saham Apexindo pada 10 Mei, berarti harga saham emiten itu sudah anjlok lebih dari 20%.

Dengan penurunan harga tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo sudah tergerus Rp1,38 triliun menjadi Rp5,40 triliun per penutupan perda- gangan kemarin.

Hilmi menambahkan tekanan harga yang dialami saham Apexindo kemungkinan disebabkan oleh ketidakpastian penyelesaian divestasi.

Namun, dia menilai secara fundamental ki-nerja perusahaan penyedia jasa pengeboran minyak dan gas itu masih baik. Anak usaha Medco itu mempunyai kontrak jangka menengah dan panjang dengan tarif yang bagus. Apalagi, utilisasi rig juga tinggi.

Menurut Hilmi, negosiasi yang memakan waktu lebih panjang dari perkiraan dikarenakan banyak aspek di dalam kesepakatan jual beli (sale and purchase agreement/SPA) yang perlu dibahas.

Bilamana SPA pun sudah ditandatangani, biasanya selalu ada proses bringing down due diligence yang bisa memakan waktu dua hingga tiga pekan. Untuk saat ini, Hilmi tetap optimistis transaksi bisa ditutup meskipun mundur dari target semula.

Ikhsan menambahkan seharusnya manajemen Apexindo memberikan informasi panduan kepada investor, terutama soal perkembangan negosiasi. "Medco mungkin sibuk dengan negosiasi, padahal informasi panduan itu bersifat material bagi pemodal."

Sementara itu, Medco kembali menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) hingga waktu yang belum ditentukan setelah sebelumnya sempat mengubah jadwal rapat umum dari 27 Desember menjadi 31 Desember. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@ bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Thursday, December 6, 2007

Salamander temukan gas alam

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Salamander Energy Inggris berhasil menemukan cadangan gas alam di Blok Simenggaris masing-masing SS-2 dan SS-3, Sembakung Selatan, Kalimantan Timur.

Menurut siaran pers yang dirilis Salamander, kedua lapangan yang dibor oleh rig Apexindo-2 dan telah berhasil ditemukan itu segera diajukan plan of development ke BP Migas kuartal pertama 2008.

"Dengan permintaan dan harga gas yang cenderung naik, penemuan di lapangan Sembakung Selatan tentunya sangat menarik. Tidak itu saja, dengan risiko yang rendah tapi menghasilkan sesuatu yang bernilai," kata Chief Executive Salamander James Menzies dalam siaran persnya yang dikutip dari website perusahaan itu, kemarin. (Bisnis/fh)

Tuesday, December 4, 2007

Medco tunda lagi RUPSLB divestasi

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk menunda rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) dari semula 31 Desember hingga waktu yang belum ditentukan karena kesepakatan perjanjian jual beli antara perseroan dan calon pembeli belum juga tercapai.

"Dengan sangat menyesal, kami menyampaikan bahwa perseroan belum dapat menyelenggarakan RUPSLB pada 31 Desember," ujar Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia.

Dia berjanji akan melaporkan lebih lanjut, jika perjanjian jual beli tersebut sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak. (Bisnis/rni)

Divestasi Apexindo Terhambat

JAKARTA, Investor Daily --- Negosiasi penjualan 51,39% saham PT Medco Energi Internasional Tbk di PT Apexindo Pratama Duta Tbk terhambat. Soalnya, Medco dan calon pembeli, Abacus Capital dan Bormindo Nusantara, gagal mencapai kesepakatan.

Medco semula akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 31 Desember 2007.

“Dengan sangat menyesal, kami belum dapat menyelenggarakannya, karena kesepakatan perjanjian jual belinya dengan calon investor belum tercapai,” kata Presiden Direktur Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro dalam laporan tertulisnya ke Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (3/12).

Menurut dia, Medco segera melaporkan lebih lanjut perkembangannya bila perjanjian jual beli saham Apexindo sudah ditandatangani dengan pemenangnya. Sebelumnya, Hilmi juga mengakui Medco kesulitan melego saham Apexindo, karena tidak ingin membuat kesalahan dalam mengambil keputusan final.

Dia memastikan, peserta divestasi saham Apexindo tinggal dua, Abacus Capital dan Bormindo Nusantara. Sebab, dua peserta lainnya, yaitu Texas Pacific Group (TPG) dan Recapital Investment Bank, sudah tersingkir.

Abacus merupakan peserta yang mengajukan penawaran tertinggi sebesar Rp 2.450, meskipun masih jauh dari permintaan Medco Rp 2.700 per saham. Jika Abacus terpilih, Medco akan meraup dana sebesar Rp 3,31 triliun. Sedangkan Bormindo menawarkan harga lebih rendah Rp 25 dari Abacus, yakni Rp 2.425. Kalau Bormindo terpilih, Medco bakal memperoleh dana Rp 3,28 triliun.

Namun, tegas dia, perbedaan harga tersebut tidak serta merta Bormindo gugur dan pemenangnya Abacus. Soalnya, Medco memiliki perhitungan sendiri. “Perhitungan kami tidak hanya menyangkut harga, karena dalam sales purchase agreement (SPA) ada faktor lain yang harus dipertimbangkan misalnya komitmen dan garansi investor baru terhadap kelangsungan bisnis Apexindo,” tegas dia.

Tekanan Jual
Pengamat pasar modal Pardomuan Sihombing menilai, terhambatnya jual beli saham Apexindo dapat menyebabkan keraguan bagi investor untuk saham Medco. “Hari ini (Senin) sudah ada tekanan jual untuk saham perseroan,” ujar dia.

Pada perdagangan kemarin, saham Medco ditutup melemah Rp 100 (1,88%) dari Rp 5.400 menjadi Rp 5.300. Saham Apexindo turun Rp 50 (2,2%) dari Rp 2.300 ke posisi Rp 2.250. Aksi jual ini diperkirakan terus berlangsung bila jual beli 51,39% saham Apexindo tidak jelas. Pasalnya, pelaku pasar bertanya-tanya apakah benar isu divestasi Apexindo tersebut hanya untuk mengerek saham Medco.

Menurut dia, ketidakjelasan jual beli saham mulai tercium bagi pelaku pasar, ketika Medco berkukuh dengan harga Rp 2.700 per saham. Padahal, kata Pardomuan, harga tersebut terlalu mahal. Medco seharusnya memberikan diskon, karena jumlah saham yang dijual sangat besar. “Kalau tidak, jual beli bisa gagal lagi,” tegas dia.

Hal sama juga diungkapkan analis Optima Investama Ikhsan Binarto. Penundaan RUPSLB perseroan disebabkan belum adanya kesepakatan jual beli, sehingga secara otomatis memberikan sentimen negatif bagi pergerakan saham. Jika Medco semakin cepat menjual sahamnya pada Apexindo, dananya dapat digunakan untuk keperluan ekspansi. “Sebaliknya, bila terus tertunda, tidak hanya berpengaruh terhadap pergerakan saham, tapi juga kinerja keuangan,” ujar dia.

Ikhsan memperkirakan, harga saham Medco bisa terkoreksi dalam beberapa waktu ke depan hingga ada kepastian pelaksanaan RUPSLB. Artinya, semakin lama ditunda, saham Medco semakin terkoreksi dalam.

Oleh Jauhari Mahardhika & Deviana Chuo

Monday, December 3, 2007

Medco Sulit Putuskan Pemenang Divestasi Apexindo

Jakarta, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk kesulitan memutuskan pemenang divestasi 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik perseroan. Akibatnya, Medco menunda keputusan yang seharusnya akhir pekan lalu hingga bats waktu yang belum ditentukan.

“Penjualan saham ini sulit, karena kami tidak ingin membuat kesalahan dalam mengambil keputusan final. Mudah-mudahan kalau lancar, bisa ditentukan pekan ini,” kata Dirut Medco Energi Hilmi Panigoro kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Hilmi memastikan, peserta divestasi saham Apexindo kini tinggal dua, yakni Abacus Capital dan Bormindo Nusantara. Dua peserta lainnya, Texas Pacific Group (TPG) dan Recapital Investment Bank, sudah tersingkir.

Abacus mengajukan penawaran tertinggi sebesar Rp 2.450 per lembar saham, jauh dari pemintaan Medco Rp 2.700. Jika Abacus terpilih, Medco akan meraup dana senilai Rp 3,31 triliun. Sedangkan Bormindo menawar lebih rendah Rp 25 dari Abacus, yakni Rp 2.425. Bila Bormindo terpilih, Medco bakal memperoleh dana Rp 3,28 triliun.

Namun perbedaan harga ini tidak serta-merta membuat Bormindo gugur dan pemenangnya Abacus. Sebab, Medco memiliki perhitungan khusus. “Perhitungan kami tidak hanya menyangkut masalah harga, karena dalam sales purchase agreement (SPA) ada faktor lain yang harus dipertimbangkan, misalnya, komitmen dan garansi dari investor baru terhadap kelangsungan usaha Apexindo,” kata Hilmi.

Sementara itu, Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro berharap, kucuran dana segar dari pemenang divestasi Apexindo. Dana tersebut akan digunakan mengembangkan bisnis. Ia juga mengakui, proses divestasi saham ini cukup berbelit, sehingga sulit diputuskan dengan cepat. (jau/c108)

Friday, November 30, 2007

Bormindo berpeluang kuasai Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Bormindo Nusantara berpeluang menang dalam tender penjualan 51,4% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk meskipun memberikan harga penawaran Rp2.425 per saham.

Harga penawaran ini lebih kecil dibandingkan penawaran Abacus Capital Rp2.450 per saham yang diajukan kepada pemilik 51,4%. Penutupan transaksi penjualan 51,4% saham Apexindo direncanakan selesai pada awal tahun depan.

Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan harga bukan satu-satunya pertimbangan dalam penentuan pemenang.

"Dalam proses negosiasi penjualan saham Apexindo, harga merupakan faktor penting, tetapi poin-poin persyaratan pembelian [sale and purchase agreement/SPA] tentu harus dipertimbangkan. Kalau harganya tinggi, tetapi uangnya baru diterima dua tahun kemudian, siapa yang mau apalagi persyaratannya bukan main," ujarnya kemarin.

Dia menuturkan perusahaan migas yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro itu menyatakan keinginannya untuk menerima pembayaran secara tunai dalam transaksi penjualan saham perusahaan? pengeboran. Harga saham Apexindo kemarin ditutup stagnan pada level Rp2.325 per saham.

Dengan nilai Rp2.325 per saham berarti kapitalisasi pasar Apexindo mencapai Rp6,12 triliun.

Tidak lolos

Hertriono menjelaskan dua pemodal lain yaitu Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG) sudah dipastikan tidak lolos dalam proses finalisasi pemenang. "Dari awal dalam proses uji teknis, mereka sudah tidak masuk."

Dia menjelaskan Medco menginginkan penyelesaian transaksi penjualan saham itu dilaksanakan secepatnya. "Hilmi Panigoro [Dirut Medco] sudah mengatakan supaya proses ini selesai secepatnya. Mudah-mudahan saja pekan ini bisa terwujud."

Sumber Bisnis menambahkan apabila Bormindo berhasil membeli Apexindo, perusahaan itu kemungkinan dibeli oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk.

Beberapa waktu lalu, Komut Bormindo dan Dirut Nusantara dipegang oleh eksekutif yang sama yakni M. Ramdani Basri. Namun, kemungkinan itu dibantah oleh Ramdani.

"Tak ada hubungan antara Nusantara Infrastructure dan Bomindo Nusantara. Saya dulu kebetulan pernah dipercaya menjadi Komisaris Utama Bormindo," tuturnya.

Nusantara Infrastructure tetap fokus untuk mengembangkan proyek semen, pengolahan air, dan pembangkit listrik. Bahkan, emiten itu juga berencana melebarkan ke bisnis pengeboran minyak.

Sementara itu, Medco menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) disebabkan oleh belum tercapainya kesepakatan antara perseroan dengan calon pembeli Apexindo.

Semula perseroan ingin menggelar RUPSLB pada 27 Desember dengan agenda meminta persetujuan pemegang saham atas rencana perseroan melakukan divestasi 51,4% saham perseroan di Apexindo. Perseroan mengubah pelaksanaan RUPSLB menjadi 31 Desember.

Sebelum persaingan mengerucut pada Abacus dan Bormindo, empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Dia juga menuturkan pemegang saham baru Apexindo diharapkan menyuntik dana segar untuk tambahan belanja modal perseroan.

Perusahaan pengeboran itu memperkirakan pendapatan perseroan tahun ini diperkirakan US$200 juta.

Estimasi pendapatan itu berdasarkan pertimbangan perpanjangan proyek baru dengan kenaikan tarif.

Apexindo diperkirakan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan.

Harga saham Medco pada perdagangan kemarin ditutup melemah 3,64% menjadi Rp5.300 per saham dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya Rp5.500. Harga saham tertinggi Medco diraih pada 11 September 2007 yaitu Rp6.100. (munir.haikal@bisnis.co.id/ wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Thursday, November 29, 2007

Divestasi Apexindo belum jelas, Medco tunda RUPSLB

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk menunda pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa, karena belum tercapai kesepakatan antara perseroan dan calon pembeli PT Apexindo Pratama Duta.

Rencananya perseroan akan menggelar RUPSLB pada 27 Desember dengan agenda meminta persetujuan pemegang saham atas rencana perseroan melakukan divestasi 51,4% saham perseroan di Apexindo.

Namun, Medco mengubah jadwal pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa menjadi 31 Desember.

"Penundaan ini terpaksa kami lakukan, mengingat saat ini belum tercapai kesepakatan antara perseroan dan calon pembeli," ujar Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Jakarta kemarin.

Hilmi tidak bersedia memberi penjelasan lebih jauh mengapa kesepakatan antara Apexindo dan calon pembeli itu tidak tercapai. "Maaf, saya lagi meeting," ujarnya kepada Bisnis.

Harga saham perseroan pada perdagangan kemarin ditutup stagnan Rp5.500 per saham dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya. Sementara itu, harga saham tertinggi diraih pada 11 September 2007 yaitu Rp6.100.

Abacus & Bormindo bersaing

Dua calon pembeli yakni Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara kini berebut saham Apexindo, sedangkan Texas Pacific Group dan PT Recapital Investment Bank dikabarkan tak lolos ke babak akhir tender divestasi perusahaan pengeboran itu.

Medco bersikeras meminta harga penjualan Apexindo Rp2.700 per saham yang dinilai banyak analis terlalu mahal. Itu membuat dua calon institusi lainnya yakni 3i Group Plc dan Essar Oil mundur dari divestasi tersebut.

Emiten migas yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro tersebut pernah tiba-tiba membatalkan penjualan Apexindo dengan alasan bisnis pengeboran sedang bagus. Padahal, waktu itu calon pembeli seperti Aban Loyd Chiles, China Oilfield Services Limited, dan SeaDrill Ltd menyatakan minatnya membeli Apexindo.

Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan.

Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar. (Abraham Runga) (rahayuningsih@bisnis.co.id)

Oleh Rahayuningsih
Bisnis Indonesia

Wednesday, November 28, 2007

Pilih Abacus, Bormindo, atau Apexindo batal dijual?

Pilih Abacus, Bormindo, atau Apexindo batal dijual?

Bisnis Indonesia --- Menjelang babak akhir penentuan pemenang divestasi 51,4% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, Texas Pacific Group dan Recapital Investment Bank justru tak lolos. Persaingan antara Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara pun semakin mengerucut.

Siapakah yang akhirnya berhasil mengakuisisi Apexindo Abacus atau Bormindo Keputusan akhir tentu berada di tangan Keluarga Panigoro sebagai pengendali PT Medco Energi Internasional Tbk sekaligus pemilik perusahaan pengeboran itu.

Kalau harga tak cocok, bisa-bisa Keluarga Panigoro batal lagi melepas Apexindo seperti tempo dulu dengan alasan bisnis pengeboran sedang bagus.

Abacus menjadi calon pembeli penawar satu-satunya yang berani memasukkan harga penawaran Rp2.450, berarti Rp250 lebih rendah dari permintaan Medco Rp2.700 per saham.

Permintaan harga Rp2.700 dinilai terlalu mahal, tetapi angka itu sudah jauh di atas valuasi Rp1.900 ketika Medco menolak calon pembeli Apexindo yakni Aban Loyd Chiles, China Oilfield Services, dan perusahaan energi asal Norwegia SeaDrill Ltd.

Gara-gara dianggap terlalu mahal, dua calon pembeli potensial Apexindo yakni 3i Group dan Essar Oil mundur teratur dari divestasi itu.

Bila melihat harga minyak dunia yang kini masih bertengger di level US$98 per barel, sewa rig menjadi semakin mahal. Dengan harga minyak yang hingga akhir tahun ini diprediksi bisa melampaui US$100 per barel dari level tertinggi 21 November di posisi US$99,29, tingginya sewa rig memberikan pendapatan yang signifikan bagi Apexindo.

Apalagi, emiten itu memperbarui beberapa kontrak sewa rig, sehingga pendapatan perseroan tahun ini diprediksi menyentuh US$200 juta. Tentu saja sumbangan itu berdampak positif terhadap Medco.

Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Medco ingin berkonsentrasi pada bisnis hulu minyak dan gas, sehingga muncul rencana menjual saham Apexindo. Dengan potensi kinerja Apexindo yang kinclong tahun depan, apakah keluarga Panigoro tetap melanjutkan divestasi itu.

Padahal, emiten migas itu juga sudah menyiapkan rapat umum pemegang saham luar biasa pada 27 Desember dengan agenda tunggal yakni meminta restu dari pemegang saham atas rencana penjualan 51,4% saham Apexindo.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup turun ke level Rp2.325 dari penutupan sebelumnya Rp2.400.

Spekulasi

Sumber Bisnis menjelaskan Abacus mewakili manajemen Apexindo. Bila divestasi itu dimenangkan Abacus, berarti terjadi management buyout, sehingga tidak ada investor strategis yang masuk.

Bila Bormindo yang memenangkan pembelian Apexindo, cerita bakal berubah. Sumber itu menambahkan PT Nusantara Infrastructure Tbk kemungkinan mengambil alih Bormindo setelah berhasil membeli Apexindo.

Namun, kemungkinan itu dibantah oleh Dirut Nusantara Infrastructure M. Ramdani Basri. "Tak ada hubungan antara Nusantara Infrastructure dan Bormindo Nusantara. Saya dulu kebetulan pernah dipercaya menjadi Komisaris Utama Bormindo," tuturnya.

Nusantara Infrastructure tetap fokus untuk mengembangkan proyek semen, pengolahan air, dan pembangkit listrik. Bahkan, emiten itu juga berencana melebarkan ke bisnis pengeboran minyak.

Berdasarkan laporan Nusantara per September 2007, pemegang saham utama emiten itu adalah PT Bosowa Trading International 59,42% dan Mensa Capital Pte Ltd sebanyak 19,75% saham.

Kepala Riset PT Erdikha Elit Lanang Trihardian menjelaskan Nusantara Infrastructure mempunyai dua bisnis utama yakni jalan tol dan distribusi semen.

"Jalan tol menyumbang pendapatan terbesar Nusantara, sehingga berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan," katanya yang beberapa waktu lalu mengunjungi Nusantara (company visit) beberapa waktu lalu.

PER tinggi

Dia mengakui PER saham Nusantara tergolong tinggi karena harga sahamnya naik beberapa waktu lalu.

Harga saham Nusantara kemarin stagnan di level Rp275. Harga saham emiten itu pernah mencapai posisi tertinggi Rp345 per saham. Berdasarkan Bloomberg, rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio/PER) Nusantara kini mencapai 61,31 kali. Level itu tergolong mahal dibandingkan dengan PER grup perusahaan sejenisnya yang masih mencapai 55,93 kali.

Menurut Lanang, Nusantara mempunyai beberapa rencana yang dikembangkan ke depan seperti memasuki bisnis pengolahan air di Batam, pengeboran minyak, dan menjajaki peluang menggabungkan Semen Bosowa ke Nusantara.

"Semuanya masih rencana. Kalau rencana itu berjalan, bisa bagus. Namun, saat ini sumbangan pendapatan terbesar masih berasal dari jalan tol dan sahamnya sudah agak mahal," katanya.

Nusantara juga tengah menjajaki pinjaman bank dari Singapura dan Hong Kong senilai Rp600 miliar-Rp700 miliar yang akan digunakan untuk mengakuisisi perusahaan semen senilai Rp1,8 triliun yang dijadwalkan rampung tahun ini.

"Perusahaan itu [semen] tengah bernegosiasi dengan bank mengenai utangnya karena dengan akuisisi, maka Nusantara akan mengambil alih segala kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan semen asal Sulawesi tersebut," ujar Ramdani. (Bisnis, 1 Oktober 2007)

Lanang menambahkan Nusantara mengincar perusahaan pengeboran minyak.

Meski tidak bersedia menyebutkan nama perusahaan pengeboran yang akan dibeli, katanya, Nusantara berencana mengakuisisi perusahaan pengeboran di bawah level Apexindo.

Terkait Semen Bosowa, dia menjelaskan informasi yang diperoleh dari Nusantara menyebutkan prosesnya masih dalam tahap uji tuntas.

Nusantara juga menjajaki kepemilikan 51% saham pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan baku batu bara di luar Jawa bernilai investasi total US$200 juta. Pembangkit listrik tenaga batu bara itu berkapasitas 2x100 MW.

Pendapatan Nusantara hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp200 miliar. Hingga per September 2007, pendapatan Nusantara mencapai Rp136,09 miliar dan laba bersih Rp16,45 miliar. (wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Wisnu Wijaya
Wartawan Bisnis Indonesia

Tuesday, November 27, 2007

Pekan Ini, Medco Putuskan Pemenang Tender Apexindo

Jakarta, Investor Daily --- PT Medco Energi Internasional Tbk akan memutuskan pemenang tender penjualan 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik perseroan pada pekan ini. Soalnya, negosiasi Medco dengan peserta tender sudah masuk tahap akhir. “Negosiasi tidak hanya menyangkut harga, tapi juga hak dan kewajiban pemegang saham baru Apexindo. Mudah-mudahan bisa selesai dalam pekan ini,” kata Dirut Medco Hilmi Panigoro kepada Investor Daily di Jakarta, Senin (26/11).

Hilmi belum bisa mengungkapkan harga yang diinginkan Medco. Ketika ditanya apakah harga Rp 2.700 per lembar saham akan diturunkan, dia juga menolak berkomentar.”Yang pasti, kami masih bernegosiasi,” ujar dia.

Komisaris Bormindo Nusantara Ramdani Basri membenarkan bahwa proses tender saham Apexindo masih berlangsung. “Belum ada perkembangan yang berarti, jelas dia. Namun, kata Ramdani, empat peserta yang ikut tender tidak satu pun yang mengajukan harga Rp 2.700 per saham, seperti yang diinginkan Medco.

Bormindo merupakan salah satu peserta tender. Bormindo mengajukan penawaran Rp 2.425 per saham. Penawaran itu lebih rendah Rp 25 dari Abacus Capital selaku bidder yang mengajukan harga tertinggi sebesar Rp 2.450.

Bormindo kini tengah bersaing ketat dengan Abacus. Bormindo menempati posisi kedua, sedangkan Abacus teratas. Jika Abacus terpilih, Medco akan meraup dana sebesar Rp 3,31 triliun. Namun, jika Bormindo terpilih Medco bakal memperoleh dana Rp 3,28 triliun.

Selain Bormindo dan Abacus, posisi selanjutnya ditempati Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG). Ketika dikonfirmasi, Presiden Direktur Recapital Rosan Roeslani enggan berkomentar. “Saya lagi meeting,” ucap dia singkat. (jau)

Medco Perpanjang Masa Divestasi Apexindo, Tinggal tersisa tiga penawar

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Medco Energi Internasional Tbk. memperpanjang masa negosiasi penjualan 51,39 persen saham di PT Apexindo Pratama Duta Tbk. hingga minggu depan. Awalnya, pengumuman pemenang pembeli perusahaan minyak dan gas tersebut diumumkan kemarin. "Waktu negosiasi ditambah karena ternyata butuh waktu lebih dari yang kami perkirakan," kata Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro kepada Tempo di Jakarta kemarin.

Menurut dia, perpanjangan waktu negosiasi bukan karena alotnya pembahasan harga penjualan saham Apexindo. "Hak dan kewajiban penjual-pembeli butuh pembahasan panjang," ujarnya.

Ia mengungkapkan saat ini tinggal tersisa tiga calon pembeli saham Apexindo, yaitu Abacus Capital, Recapital Investment Bank, dan perusahaan pengeboran, PT Bormindo Nusantara.

Namun, dia menolak menyebutkan harga penawaran atas saham Apexindo yang sudah masuk. Dia juga membantah kabar transaksi bakal batal karena harga penawaran yang masuk lebih rendah dari target Rp 2.700 per lembar. "Soal harga itu confidential (rahasia). Kalau kabar batal itu hanya rumor," ujarnya.

Menurut sumber Tempo, dalam divestasi saham Apexindo tersebut, Abacus memberikan penawaran tertinggi sebesar Rp 2.450 per lembar. Urutan penawar berikutnya adalah Bormindo, selanjutnya Recapital.

Dua calon pembeli lainnya, Essar Oil dari India dan 3i Group Plc. mundur karena menganggap harga permintaan Medco Energi Rp 2.700 per saham terlalu mahal. Adapun Texas Pacific Group (TPG) mengundurkan diri.

Komisaris Bormindo M. Ramdani Basri membenarkan pihaknya berada pada urutan penawar kedua. "Tapi kami tidak bisa berbicara banyak karena sudah terikat perjanjian kerahasiaan," ujarnya saat dihubungi kemarin di Jakarta.

Direktur Utama Recapital Advisors Rosan Perkasa Roeslani belum dapat memberikan tanggapan karena mengaku sedang rapat.

Dalam divestasi ini, Medco Energi menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan. Dari sekitar 50 investor yang diundang membeli saham Apexindo milik keluarga Panigoro ini, hanya 19 calon investor yang mengembalikan formulir pernyataan minat.

Medco Energi berniat menjual kepemilikan sahamnya di Apexindo karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan minyak dan gas di sektor hulu.

Medco Energi menguasai 52,4 persen saham Apexindo. Pemegang saham Apexindo lainnya adalah Seadrill Ltd, melalui Abacus Capital International Ltd. sebanyak 32.3 persen, dan publik 15,3 persen. Wahyudin Fahmi

Monday, November 26, 2007

Terkait Penjualan Saham Apexindo, Bormindo dan Abacus Bersaing Ketat

JAKARTA, Investor Daily --- PT Bormindo Nusantara bersaing ketat dengan Abacus Capital dalam memenangi penjualan 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk. Bormindo mengajukan penawaran sebesar Rp 2.425 per lembar, sedangkan Abacus Rp 2.450 atau penawaran tertinggi di antara peserta lainnya.

“Kami sudah mengajukan proposal investor strategis dengan harga lebih rendah Rp 25 dari penawaran Abacus. Kalau terpilih sebagai pemenang, kami siap menyuntikkan dana segar kepada Apexindo,” kata Komisaris Bormindo Nusantara Ramdani Basri kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ia menegaskan, tak satu pun peserta tender yang mengajukan penawaran seharga Rp 2.700. Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga saham Apexindo ditutup menguat Rp 25 menjadi Rp 2.400. Nilai transaksi mencapai Rp 281,66 juta. Sedangkan harga saham Medco ditutup menguat Rp 250 menjadi Rp 5.400. Nilai transaksi tercatat Rp 126,98 miliar.

Ramdani juga saat ini menjabat dirut PT Nusantara Infrastructure Tbk. Salah satu pemegang saham terbesar Nusantara adalah Bosowa Trading sebesar 47,42%. Peserta lainnya adalah Texas Pacific Group (TPG) dan Recapital Investment Bank.

Jika Abacus terpilih sebagai pemenang, Medco akan mengantungi dana segar Rp 3,31 triliun. Sebaliknya kalau Bormindo terpilih, perusahaan ini menerima senilai Rp 3,28 triliun. “Kami berharap terpilih sebagai pemenang dan tetap berkomitmen tinggi untuk memajukan usaha Apexindo,” tandas dia.

Abacus merupakan sebuah grup pengelola aset dan penasihat keuangan yang berbasis di Asia. Perusahaan ini fokus dalam mengelola aset

Sementara itu, Dirut Medco Hilmi Panigoro mengaku, pihaknya sudah bernegosiasi dengan dua calon pembeli pada Sabtu (24/11) dan dua calon lainnya pada hari ini.

Dia menjelaskan, perseroan belum dapat memastikan pengumuman pemenang tender penjualan saham Apexindo. Sebab, banyak hal perlu dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut bukan semata-mata menyangkut harga penawaran, tetapi juga memperhatikan kepastian kelangsungan bisnis Apexindo pada masa mendatang.

Hilmi tidak bersedia menyebutkan nama kedua peserta tender tersebut, termasuk identitas kedua peserta lainnya. “ Yang jelas, peserta ada dari dalam negeri dan luar negeri. Itu sangat confidential ,” tandas dia.

Sebelumnya, dia mengatakan, pemenang tender siap diumumkan pada 26 November 2007.

Dirut Recapital Investment Bank Rosan Roeslani mengaku, pihaknya belum bernegosiasi dengan Medco hingga akhir pekan lalu. “Kami belum bertemu Medco. Saya masih berada di Singapura, sehingga belum tahu perkembangannya,” kata dia kepada Investor Daily.

Sejak awal proses tender dibuka, 50 calon pembeli berminat membeli saham Apexindo. Namun dalam seleksi berikutnya, peserta turun menjadi 20. Sedangkan seleksi terakhir hanya diikuti enam calon pembeli. Tapi dua perusahaan mundur, sehingga tinggal empat calon.

Pemain Global

Mengomentari penjualan Apexindo, Kepala Riset Mega Capital Indonesia Felix Sindhunata mengatakan, hal itu akan berdampak positif kepada Apexindo dan Medco. Sebab, Medco meraup dana segar untuk keperluan ekspansi. Sebaliknya, manajemen Apexindo akan lebih bagus dengan masuknya investor baru. “Akan lebih baik kalau yang terpilih investor asing, karena kesempatan Apexindo menjadi pemain global lebih besar dibandingkan perusahaan lokal,”

Menurut Hilmi, pelepasan saham dilakukan agar Medco lebih fokus pada pengembangan industri hulu minyak dan gas. Untuk itu, perseroan telah menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan untuk proses divestasi ini.

Apexindo menyumbangkan sekitar 15% terhadap pendapatan Medco selama ini. Tapi jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 21% pada 2008. Apexindo mencetak laba bersih pada semester-I 2007 sebesar US$ 15 juta, turun 7,4% dari periode sama tahun sebelumnya US$ 16,2 juta.

Sedangkan sumbangan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) mencapai US$ 38,6 juta pada akhir Juni 2007, naik 28,7% dari tahun sebelumnya US$ 30 juta.

Dia mengaku, penjualan saham Apexindo tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah aset tetap. Namun, perseroan akan menerima dalam bentuk uang tunai. Divestasi ini juga berdampak terhadap rasio utang. ***

Oleh Eva Fitriani dan Jauhari Mahardhika

Friday, November 23, 2007

Abacus jadi penawar tertinggi Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Abacus Capital memberikan harga penawaran Rp2.450 per saham pada divestasi 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk.

Penawaran itu menjadikan Abacus Capital sebagai calon pembeli Apexindo yang berani memasukkan harga tertinggi.

Namun, harga penawaran itu jauh di bawah ekspektasi Medco Energi yang menginginkan harga saham Apexindo bisa dilepas di level Rp2.700 per saham.

Apabila Medco memutuskan Abacus sebagai pemenang tender divestasi Apexindo, perusahaan migas yang dikendalikan Keluarga Panigoro tersebut bakal mengantongi dana segar Rp3,35 triliun.

Abacus mewakili managemen Apexindo dalam penjualan saham tersebut, sehingga melalui proses management buyout option.

Sumber Bisnis mengatakan PT Bormindo Nusantara memberikan penawaran paling besar setelah Abacus baru kemudian diikuti oleh Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG).

"Sampai saat ini belum ada pengumuman dari Medco terkait penawaran yang telah diajukan oleh empat calon pembeli itu. Rencananya, hasil penawaran ini akan diumumkan Senin pekan depan," ujarnya kemarin.

Bila mengacu harga penawaran dari Abacus, Medco kemungkinan besar menerima harga tertinggi itu. Namun, Medco bisa saja menolak penawaran harga dari Abacus dan menunda divestasi Apexindo, berarti Medco menunda dua kali penjualan saham perusahaan pengeboran tersebut.

Dirut Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan pengumuman pemenang tender divestasi Apexindo diupayakan Senin pekan depan.

"Yang namanya negosiasi tentu perlu waktu. Mudah-mudahan Senin pekan depan sudah ada pemenang," tuturnya.

Namun, dia tidak bersedia menyebutkan calon pembeli yang memasukkan harga penawaran tertinggi.

Empat calon pembeli telah memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Akibat dari pengunduran diri tersebut, Apexindo memperpanjang jadwal memasukkan penawaran dari semula 8 November menjadi 13 November.

Ditutup naik

Harga saham Apexindo kemarin ditutup di level Rp2.375 per saham, naik 2,15% dibandingkan dengan harga hari sebelumnya Rp2.325. Bila mengacu pada harga saham tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo saat ini Rp6,25 triliun.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade Satari menambahkan pendapatan perseroan tahun ini diperkirakan US$200 juta.

"Agak susah untuk menyebutkan perkiraan laba bersih tahun ini karena dipengaruhi banyak faktor seperti nilai tukar," tuturnya.

Estimasi pendapatan itu berdasarkan pertimbangan perpanjangan proyek baru dengan kenaikan tarif.

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan.

Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Medco akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis. (munir.haikal@bisnis.co.id/ wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Monday, November 19, 2007

26 November, Pemenang Tender Apexindo Diumumkan

Jakarta, Investor Daily – PT Medco Energi Internasional Tbk akan mengumumkan pemenang tender penjualan 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk pada 26 November 2007. Jumlah calon pembeli (bidder) yang memasukan harga penawaran ke Medco tinggal empat, menyusul pengunduran diri dua calon lainnya.

“Ada empat calon yang sudah memasukkan harga penawaran tahp akhir. Kami segera mengevaluasinya, sehingga dapat diumumkan Senin mendatang (26/11),” kata Dirut Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro kepada Investor Daily di Jakarta, Sabtu (17/11).

Dia mengatakan, pihaknya belum bisa merinci harga penawaran keempat bidder itu, karena terkait kode etik prosedur tender. Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga saham Apexindo ditutup pada Rp 2.400.

Sejak awal proses tender dibuka, sekitar 50 calon pembeli berminat membeli saham Apexindo. Namun dalam seleksi berikutnya, peserta turun menjadi 20. Sedangkan seleksi terakhir hanya diikuti enam calon pembeli. Tapi dua perusahaan mundur sehingga tinggal empat calon memasukkan harga. Keempat bidder itu terdiri atas Texas Pacific Group (TPG), Abacus Capital, Recapital Investment Bank, dan perusahaan pengeboran PT Bormindo Nusantara. “Kami mengikuti proses tender divestasi saham Apexindo,” kata Komisaris Recapital Advisor Sandiaga S Uno melalui pesan singkat kepada Investor Daily, baru-baru ini.

Menurut dia, pelepasan saham dilakukan agar Medco lebih fokus pada pengembangan industri hulu minyak dan gas. Perseroan menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan untuk proses divestasi ini. (rad)

Wednesday, November 14, 2007

4 Calon pembeli Apexindo masukkan harga penawaran

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Empat calon pembeli kemarin memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk.

Empat investor yang memasukkan penawaran itu adalah perusahaan pengelola dana raksasa Texas Pacific Group (TPG), Abacus Capital, Recapital Investment Bank dan perusahaan pengeboran PT Bormindo Nusantara.

"Ada empat institusi yang memasukkan proposal penawaran untuk membeli 52% saham Apexindo," ujar sumber Bisnis, kemarin.

Dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi, Rp2.700 per saham, terlampau mahal.

Akibat dari pengunduran diri tersebut, Apexindo memperpanjang jadwal memasukkan penawaran dari semula 8 November menjadi 13 November.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup di level Rp2.400 per saham naik 1,05% dibandingkan dengan harga hari sebelumnya Rp2.375. Bila mengacu pada harga saham tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo saat ini Rp6,31 triliun.

Ketika dikonfirmasi, Presdir Medco Hilmi Panigoro mengatakan masih di luar negeri, sehingga belum memperoleh informasi soal Apexindo.

Direktur Keuangan Medco Cyril Noerhadi mengatakan belum bisa menjelaskan seputar divestasi Apexindo. "Pada saatnya akan diumumkan. Saat ini saya belum bisa menjawab soal itu. Proses divestasi terus berlanjut."

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Dia berharap kandidat pembeli Apexindo sekaligus transaksi sudah dapat ditetapkan sebelum awal Desember. "Kalau sebelum akhir tahun, berarti paling tidak sebelum Natal."

Medco akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis.

Sumber tadi menambahkan kepastian pemenang tender divestasi Apexindo bakal diumumkan pekan ketiga hingga keempat bulan ini.

"Abacus kemungkinan sebagai pengatur pembiayaan untuk manajemen Apexindo ikut dalam divestasi itu," katanya.

Beberapa calon pembeli itu mempunyai jejak investasi di Indonesia. TPG sedang dalam proses akuisisi 71,61% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan sedang membidik saham mayoritas di Garuda Indonesia.

Recapital Securities merupakan bagian dari grup Recapital yang mempunyai portofolio investasi di beberapa perusahaan seperti PT Thames Pam Jaya, Pizza Hut dan beberapa perusahaan lain. (munir.haikal@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Saturday, November 10, 2007

Medco Global Akan Dijual

Jakarta, Kompas - Medco Energi Internasional akan melepaskan lagi anak perusahaannya, Medco Global. Sebelumnya Medco Energi juga melepaskan Apexindo Pratama Duta Tbk. Pelepasan Medco Global akan dilakukan dalam dua tahap, private placement dan penawaran saham kepada publik atau IPO.

Medco Global adalah perusahaan induk yang menaungi eksplorasi Medco Energi di luar negeri. "Kami menjual blok-blok itu karena menginginkan manajemen risiko yang lebih baik," kata Direktur Keuangan Medco Cyril Noerhadi di Jakarta, Jumat (9/11).

Walaupun Medco Global akan dijual, Medco Energi Internasional akan menjaga kepemilikan mayoritasnya. Selain itu, Medco Energi akan tetap menjadi operator, tidak hanya menjadi mitra pasif. Saat ini sudah ada beberapa pihak yang tertarik membeli saham Medco Global.

Private placement akan dilakukan pada tahun ini agar dana yang didapatkan besar. Cyril belum mau mengatakan berapa persen saham Medco Global yang akan dilepas pada calon mitra strategisnya.

"Pelepasan saham untuk private placement berkisar antara 1 persen hingga 48 persen," kata Cyril Noerhadi yang juga mantan Dirut Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Kisaran harga juga belum dapat disebutkan, "Tergantung berapa mitra pada private placement mau membelinya," kata Cyril.

Sebagian besar blok yang dikuasai Medco Global masih dalam tahap eksplorasi sehingga harus dilihat dahulu berapa besar sebenarnya kandungan minyak di dalamnya. Dia juga belum mengungkapkan di mana saham Medco Global akan dicatatkan.

Adapun proses pelepasan Apexindo Duta Pratama sudah sampai tahap uji tuntas (due diligence) dari para investornya.

"Pelepasan Apexindo masih tetap pada jadwal. Due diligence sudah berjalan. Akan tetapi, siapa saja penawarnya belum dapat diungkapkan sekarang," kata Cyril.

Apexindo adalah anak perusahaan Medco yang bergerak dalam jasa pengeboran minyak, sebagian besar mengerjakan proyek-proyek pengeboran minyak di luar negeri.

Sementara itu, kenaikan harga minyak mentah tidak serta-merta meningkatkan pendapatan Medco karena biaya-biaya yang berkaitan dengan eksplorasi juga meningkat.

Manajemen Medco mengakui tidak dapat bersaing dengan kompetitor lain dalam bidang teknologi maupun permodalan. Sehingga Medco harus menekan biaya dan menjadi operator dengan biaya rendah.

Pada laporan kuartal III-2007, Medco Energi mencatat penurunan volume penjualan minyak dan gas sebesar 10,4 persen dibandingkan dengan sembilan bulan pertama tahun 2006.

Penurunan tersebut terjadi karena penurunan alami produksi minyak di Blok Rimau. "Rimau merupakan blok yang mature, produksinya lama-kelamaan akan menurun, sedangkan blok lainnya belum berproduksi, masih dalam dua atau tiga tahun lagi," ujar Cyril.

Rata-rata produksi Medco Energi sebesar 70.000 barrel per hari setara minyak. Jumlah ini terdiri atas 50.000 produksi minyak dan 20.000 produksi gas.

Jumlah produksi ini diperkirakan akan stagnan hingga dua tahun ke depan, sampai ada eksplorasi baru lainnya, seperti di blok minyak yang dimiliki Medco di Lematang, Senoro, dalam dua tahun ke depan (joe).

Thursday, November 8, 2007

Apexindo dapat kontrak US$13,2 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Perusahaan pengeboran PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak proyek pengeboran darat di Kalimantan Timur senilai US$13,2 juta untuk satu tahun dari Vico Indonesia.

Dalam siaran pers dari Apexindo disebutkan proyek pengeboran itu akan dikerjakan oleh rig 5 setelah sebelumnya bekerja untuk Star Energi atau Magma Nusantara di Pengalengan, Jabar.

Pengeboran untuk Vico dijadwalkan mulai bulan ini dan rig tersebut sedang dipindahkan ke lokasi Vico di Badak, Kaltim.

"Kami bangga berhasil menunjukkan rekam jejak yang sangat baik, sehingga mendapat kepercayaan dari Vico Indonesia untuk tetap mendukung program pengeboran mereka selama lebih dari dua dekade," tutur Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro kemarin.

Keberhasilan memperoleh kontrak tanpa waktu tunggu yang panjang akan berpengaruh positif terhadap tingkat utilisasi rig darat perseroan yang mencapai 75% hingga triwulan III tahun ini, tingkat utilisasi tertinggi sejak 2002.

Selain itu, tingginya tingkat permintaan untuk rig darat secara langsung memengaruhi harga sewa harian.

Apexindo mendapat kenaikan harga sewa harian 10% pada kontrak dengan Vico ini, sehingga meningkatkan sumbangan pendapatan dari segmen rig darat.

Dengan efisiensi yang konsisten dan pertumbuhan yang meyakinkan dari segmen rig darat, profitabilitas Apexindo diharapkan meningkat secara signifikan tahun ini. (Bisnis/wiw)

Monday, November 5, 2007

Pendapatan Apexindo Naik 25,2%

Jakarta, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) membukukan peningkatan pendapatan sebesar 25,2% dari US$ 111,85 juta pada kuartal ketiga 2006 menjadi US$ 139,33 pada periode sama tahun 2007. Kenaikan tersebut turut mendongkrak EBITDA sebesar 43,8% menjadi US$ 68,6 juta dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 47,7 juta.

“Segmen lepas pantai tetap mengontribusi pendapatan terbesar, yakni 64,3% terhadap total pendapatan perseroan hingga akhir September 2007. Ini berarti, kontribusinya naik sebesar 25,5% dari tahun lalu,” kata Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari dalam keterangan tertulisnya kepada otoritas pasar modal di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sedangkan segmen rig darat menyumbang senilai US$49,9 juta atau meningkat 30,3% dari US$ 39,3 juta tahun sebelumnya. Tingkat utilisasi rig darat mencapai level tertinggi sejak tahun 2002 sebesar 75%. Pencapaian ini dipicu perolehan kontrak-kontrak baru rig darat dengan kenaikan harga sewa harian dan periode kontrak yang lebih panjang.

Menurut dia, tingkat utilisasi rig lepas pantai turun dari 100% tahun lalu menjadi 83%. Penurunan tersebut dipicu dry clocking Jack up Raniworo dari Februari-Mei 2007 dan keterlambatan penyerahan rig Jack up Soehanah oleh shipyard. (c108)

Essar Oil kemungkinan mundur dari divestasi Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Satu per satu calon pembeli PT Apexindo Pratama Duta Tbk rontok. Setelah 3i Group Plc mundur, kini giliran Essar Oil India kemungkinan besar mengurungkan niatnya membeli 52% saham perusahaan pengeboran itu.

Kedua perusahaan itu berpendapat harga Rp2.700 per saham yang diminta penjual Apexindo yakni PT Medco Energi Internasional Tbk, perusahaan yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro, terlalu mahal.

"Essar Oil kemungkinan besar mengikuti langkah 3i yang mundur dari divestasi Apexindo. Harganya terlalu mahal," tutur sumber Bisnis, kemarin.

Seiring dengan mundurnya dua perusahaan itu, satu-satunya investor strategis yang masih tersisa adalah perusahaan kontraktor dan pengeboran PT Bormindo Nusantara. Akibat pengunduran diri tersebut, Apexindo memperpanjang jadwal memasukkan penawaran dari semula 8 November menjadi 13 November.

Essar merupakan salah satu calon pembeli saham perusahaan pengeboran yang telah ditetapkan masuk daftar pendek (shortlisted) bersama lima institusi lainnya yakni 3i Grup Plc, Texas Pacific Group, Bormindo, Abacus Capital, dan Recapital Investment Bank.

Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro ketika dikonfirmasi menolak menjelaskan secara rinci soal mundurnya kedua calon pembeli tersebut.

"Dalam proses divestasi selalu ada permintaan untuk menjaga kerahasiaan para pihak yang bertransaksi," ujarnya kemarin.

Hilmi mengaku tidak mengetahui soal perpanjangan waktu memasukkan penawaran. "Kalau ada yang minta pengunduran jadwal selama beberapa hari, saya pikir itu masih wajar karena bisa saja ada calon pembeli yang perlu melengkapi uji tuntasnya."

Harga saham Apexindo Jumat pekan lalu ditutup di level Rp2.475 per saham tidak berubah dibandingkan hari sebelumnya. Mengacu pada harga saham tersebut, kapitalisasi pasar Apexindo saat ini Rp6,51 triliun.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada hulu minyak dan gas. (munir.haikal@bisnis. co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Thursday, November 1, 2007

Harga Minyak Untungkan Industri Pengeboran

JAKARTA, Investor Daily --- Kenaikan harga minyak mentah dunia hingga mencapai di atas US$ 90 per barel, secara tidak langsung diharapkan menguntungkan industri pengeboran nasional. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengeboran Minyak Indonesia (APMI) Bambang Purwohadi, kenaikan harga minyak mentah tersebut memicu tingginya sewa anjungan (rig) sekitar 10-15%.

Pria kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 Januari 1951 yang menjabat direktur utama PT DJ Services Indonesia dan pernah menjadi direksi pada PT Medco Antareja itu menyebutkan, saat ini 85% rig di Indonesia sudah terkontrak, sedangkan 15% sisanya masih nganggur dan siap mengikuti tender pengeboran.

Seperti apa kondisi industri pengeboran nasional saat ini, berikut petikan wawancara wartawan Investor Daily Tri Listiyarini dengan Bambang Purwohadi di Jakarta, belum lama ini.

Adakah dampak positif untuk industri pengeboran nasional naiknya harga minyak hingga menembus level US$90 pe barel?

Tentu saja. Namun, imbasnya sangat kecil dan bersifat tidak langsung. Dampak kenaikan harga minyak bagi industri pengeboran baru terasa tiga bulan ke depan, sekitar Januari 2008. Sebab, sebagian besar rig-rig yang ada sudah terkontrak sejak enam bulan lalu, yang bisa menikmati hanya rig-rig yang belum terkontrak. Itu pun mereka harus mengikuti tender dulu untuk bisa menikmati keuntungan tingginya harga minyak.

Sebenarnya, berapa jumlah rig yang sudah terkontrak dan yang belum?

Secara umum, 85% rig-rig Indonesia sudah terkontrak, sisanya 15% itu yang masih ‘nganggur’ dan siap mengikuti tender pengeboran.

Untuk rig yang sudah terkontrak, apakah sang pemilik bisa menaikkan sewa seiring kenaikan harga minyak?

Kalau yang sudah terkontrak, sewa tetap mengacu pada harga ketika tender. Kenaikan sewa bisa dilakukan pemilik rig yang tengah mengikuti tender. Yang jelas, kenaikan sewa sangat dipengaruhi kenaikan harga minyak, kalau harga minyak naik sewa juga bisa naik, tapi kalau harga turun sewanya juga bisa turun. Saya perkirakan, kenaikan harga minyak saat ini hanya sementara saja, hingga akhir tahun rata-rata hanya US$ 70-72 per barel. Karena itu, kalau ada kenaikan sewa tidaklah terlalu besar.



Sampai berapa besar kenaikan sewanya?

Selain bergantung pada harga minyak, kekuatan rig bervariasi, demikian juga jenisnya, yakni jenis rig lepas pantai (off shore) atau darat (on shore), karena itu sewanya juga berbeda-beda. Namun demikian, rata-rata kenaikannya sekitar 10-15%. Misalnya, rig kecil jenis on shore dengan kekuatan 500-1.000 hp (horse power) sewanya naik menjadi US$ 10.000-20.000 per hari. Untuk jenis yang sama dengan ukuran lebih besar di atas itu, sewanya bisa naik menjadi US$ 60.000-80.000 per hari. Sementara itu, untuk rig raksasa (jack up) dengan kekuatan di atas 100.000 hp dan berjenis off shore, sewanya bisa di atas US$ 150.000 per hari.

Seberapa besar utilisasi rig nasional, baik di dalam maupun di luar negeri?

Sebanyak 80% dari jumlah rig nasional yang jumlahnya kurang dari 100 digunakan di dalam negeri, sisanya sebanyak 20% masih belum digunakan. Perlu diketahui, kemampuan rig nasional masih sedikit lebih rendah dibandingkan negara lain, karena itu penggunaannya mayoritas untuk pemenuhan dalam negeri. Memang ada beberapa yang bisa tembus ke luar negeri, seperti milik PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Apa penyebab kemampuan rig nasional kurang bisa bersaing dengan rig-rig dari luar negeri?

Sebenarnya, perbedaan rig nasional dengan di luar negeri tidak terlalu mencolok. Hanya saja, dari sisi teknologi kemampuan rig-rig di dalam negeri masih kurang. Rig-rig nasional masih belum mampu mengaplikasikan teknologi pengeboran laut dalam. Rig-rig yang mampu menembus laut dalam masih dikuasai negara-negara seperti Amerika Serikat dan Norwegia.

Upaya seperti apa yang bisa dilakukan perusahaan layanan pengeboran untuk bisa bersaing dengan perusahaan sejenis di luar negeri?

Tentunya berusaha membuat rig-rig yang mampu mengebor di laut dalam. Sebab, saat ini, pengeboran minyak di dunia sudah bergeser ke cekungan-cekungan yang berada di laut dalam yang cenderung ‘sulit’. Mereka bisa mengirimkan sumber daya manusia (SDM)-nya untuk studi banding, sekolah, atau kursus ke negara yang menguasai teknologi itu.***

Friday, October 26, 2007

3i mundur dari divestasi Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Belum tuntas menjalankan uji tuntas (due diligence) lanjutan, perusahaan investasi pengelola portofolio (private equity firm) 3i kemungkinan besar mengundurkan diri dari proses pembelian 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

Penyebab utama mundurnya investor institusi itu karena Medco meminta harga jual Apexindo yang terlampau mahal.

"Meski harga saham Apexindo di pasar kemarin ditutup naik ke level Rp2.500, tetapi permintaan harga Apexindo Rp2.700 per saham sangat mahal, sedangkan 3i menawar Rp2.400 per saham," tutur satu eksekutif yang mengetahui transaksi itu kepada Bisnis, kemarin.

Padahal, 3i merupakan salah satu calon pembeli saham perusahaan pengeboran milik PT Medco Energi Internasional Tbk yang telah ditetapkan masuk daftar pendek (shortlisted) bersama lima institusi lainnya yakni Essar Oil India, Texas Pacific Group, PT Bormindo Nusantara, Abacus Capital, dan Recapital Investment Bank.

3i merupakan salah satu raksasa perusahaan investasi pengelola portofolio dan penyedia sumber pembiayaan untuk menghidupkan kembali suatu perseroan (venture capital).

Setiap tahun, 3i berinvestasi US$2 miliar di berbagai portofolio di Eropa, Asia, dan AS. Perusahaan itu juga berkomitmen bekerja sama dan bermitra dengan pemegang saham mayoritas.

3i baru saja membeli 6,6% kepemilikan saham produsen pipa minyak dan gas Welspun Gujarat Rohren Ltd senilai US$80 juta melalui penawaran kedua.

Ketika dikonfirmasi, Presdir Medco Energi Hilmi Panigoro tidak menjawab panggilan di telepon selulernya.

Bahkan, dia tidak merespons pesan singkat yang dikirimkan Bisnis.

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Dia berharap kandidat pembeli Apexindo sekaligus transaksi sudah dapat ditetapkan sebelum awal Desember. "Kalau sebelum akhir tahun, berarti paling tidak sebelum Natal."

Medco akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis.

Harga saham Apexindo kemarin ditutup menguat ke level Rp2.500 dari penutupan sebelumnya Rp2.400 per saham.

Mengacu harga penutupan kemarin, rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio/PER) Apexindo mencapai 22,13 kali dan estimasi setahun ke depan 11,76 kali.

Dibandingkan dengan estimasi PER setahun ke depan Northern Offshore 4,14 kali, perusahaan pengeboran yang tercatat di bursa saham Norwegia, estimasi PER Apexindo sangat mahal.

Namun, dibandingkan dengan PER Seadrill Ltd, berkapitalisasi pasar US$9,47 miliar, yang kini mencapai 39,11 kali, PER Apexindo, yang mempunyai kapitalisasi pasar hanya US$688,59 juta, jauh lebih murah.

Ikhsan Binarto, analis saham PT Optima Investama, mengatakan dengan permintaan harga Rp2.700 per saham, seharusnya harga Apexindo ditarik ke atas mendekati level itu. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu. wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia

Friday, October 19, 2007

Six firms may bid for Medco's stake in unit

The Jakarta Post, Jakarta --- Six potential investors have been short-listed to bid for the 51.3 percent stake of oil and gas firm PT Medco Energi International in its subsidiary PT Apexindo Pratama Duta -- one of the country's top drilling contractors.

One of the six bidders is PT Bormindo Nusantara, also a drilling contractor, according to an online report.

"There are six companies that have been short-listed and we are one of them," M. Ramdani Basri, a Bormindo commissioner, told Detik.com news portal on Thursday.

When contacted by The Jakarta Post, Apexindo president director Hertriono Kartowisastro refused either to confirm or deny the report.

Ramdani said Bormindo is in the preliminary stages of a due diligence and will soon submit its price valuation.

Asked about the source of the funds, he said the company planned to seek loans from banks and other financial institutions.

"We are indeed seeking the funding, but most likely not from domestic sources," he said.

Medco, the country's largest publicly listed oil and gas company, wants to sell its stake in Apexindo so it can focus on its core business.

Acting as the divestment financial adviser is Credit Suisse Global.

Previously, Medco offered the stake to around 50 potential investors.

Established in 1984, Apexindo offers drilling services to oil, gas and geothermal companies. In July 2002, it became the first drilling contractor listed on the Jakarta Stock Exchange. (JP/Astrid Wibisono)

Recapital dan Bormindo Incar Saham Apexindo

JAKARTA, Investor Daily --- Recapital Advisor Group dan PT Bormindo Nusantara bersaing ketat dengan sejumlah investor asing untuk membeli 51,39% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk melalui proses tender.

“Kami memang ikut dalam proses tender divestasi saham Apexindo. Saat ini Recapital sudah masuk seleksi tahap ketiga,” kata pendiri Recapital Advisor Sandiaga S Uno kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (18/10).

Namun, Sandiaga yang juga Ketua Umum Hipmi belum bersedia menyebutkan total dana yang disiapkan guna mengakuisisi Apexindo, termasuk alasan ekspansi ke bisnis energi. Pesaing lokal lainnya yakni PT Bormindo Nusantara. Sedangkan sisanya merupakan investor asing.

Bormindo dikabarkan tengah melakukan proses uji tuntas (due diligence) dan segera memasukan harga valuasi. Di sisi lain, perseroan menjajaki pinjaman bank lokal dan asing untuk mendanai rencana akuisisi tersebut.

Ketika dikonfirmasikan kepada Dirut Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengenai keterlibatan kedua perusahaan itu dalam seleksi tahap ketiga, ia enggan menjawabnya. “Peserta yang masuk cukup berimbang antara perusahaan lokal dan asing. Yang jelas saat ini calon pembeli tinggal enam,” kata Hilmi.

Dia mengatakan, proses seleksi peserta tender divestasi saham Apexindo itu melibatkan penasihat keuangan Credit Suisse. Hasil seleksi terakhir baru diumumkan pekan kedua November 2007.

Sejak awal proses tender digelar, terdapat sekitar 50 perusahaan peserta. Namun yang ikut dalam seleksi berikutnya tinggal 20. Seleksi berikutnya tinggal menyisahkan enam calon pembeli.

Medco Energi dikabarkan bersedia melepas 51,39% saham Apexindo seharga Rp 2.400 per lembar. Sedangkan pada perdagangan Kamis (18/10), harga saham Apexindo ditutup pada posisi Rp 2.475 per lembar.

Apexindo menyumbang sekitar 15% terhadap pendapatan Medco. Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga 21% pada 2008. Laba bersih pada semester pertama 2007 mencapai sebesar US$ 15 juta atau turun 7,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 16,2 juta. Hal itu disebabkan penurunan keuntungan nonkas yang dipicu transaksi share swap.

Sumbangan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tercatat US$ 38,6 juta pada Juni 2007 atau naik 28,7% dari Juni 2006 US$ 30 juta.

Menurut dia, penjualan saham Apexindo tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah aset tetap. Namun, bersamaan dengan itu, perseroan akan menerima uang tunai.

Hilmi mengatakan, divestasi saham ini berdampak terhadap rasio utang terhadap ekuitas. Soalnya, hasil divestasi akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan, termasuk investasi pada usaha hulu minyak dan gas bumi.

Apexindo baru-baru ini memperoleh tiga kontrak kerja pemboran darat senilai US$ 7 juta. Kontrak pertama adalah onshore driling rigs service dengan EMP Kangean Limited senilai US$ 2,11 juta. (rad)

Pembeli Apexindo mayoritas institusi keuangan

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Empat lembaga keuangan asing dan lokal mendominasi calon pembeli 52% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Perusahaan pengeboran itu kini masih dikuasai oleh perusahaan yang dikendalikan Keluarga Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk

Empat institusi keuangan itu adalah perusahaan pengelola dana raksasa Texas Pacific Group (TPG), 3i Group, Abacus Capital, Recapital Investment Bank, sedangkan dua lainnya adalah perusahaan pengeboran yakni PT Bormindo Nusantara dan Essar Oil dari India.

Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.

"Valuasi saham yang ditawarkan oleh Medco cukup tinggi bisa mencapai enam kali nilai bukunya. Namun, sampai saat ini belum ada kesepakatan antara Medco dengan calon pembeli karena ini juga baru penawaran awal," ujar eksekutif yang mengetahui transaksi itu, kemarin.

Medco, katanya, ingin menjual saham Apexindo di posisi Rp2.400 per saham. Keinginan itu terlihat masuk akal, mengingat harga saham Apexindo kini berangsur melonjak ke posisi 2.400-an. Saham itu kemarin ditutup naik ke level Rp2.475 dari penutupan perdagangan sebelumnya Rp2.450.

Harga saham Medco kemarin justru ditutup melemah ke Rp4.900 dari penutupan hari sebelumnya Rp5.050 per saham.

Dengan harga Rp2.475, itu mencerminkan rasio harga saham terhadap laba bersih per saham Apexindo (price to earning ratio/PER) 22,79 kali dan estimasi setahun ke depan 12,14 kali.

Mengacu rasio itu, saham Apexindo jauh lebih murah dibandingkan dengan harga saham Seadrill Ltd, sebelumnya memiliki 32% saham perusahaan pengeboran itu, yang kini mencapai 40,98 kali. Namun, saham Apexindo jauh lebih mahal ketimbang saham perusahaan sejenis Nabors Industrial Ltd sebesar 8,09 kali yang sahamnya tercatat di bursa efek AS.

Presdir Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan daftar pendek calon pembeli terdiri dari enam perusahaan. Namun, dia menolak merincinya. "Saya mengetahui hal itu, tetapi saya tidak mau menyebutkan karena terkait kerahasiaan."

Sebelum Natal

Dia menjelaskan keenam calon pembeli kini berhak mendapatkan ulasan data dari manajemen Apexindo, yang merupakan tahap lanjutan dari uji tuntas. Dia berharap kandidat pembeli Apexindo sekaligus transaksi sudah dapat ditetapkan sebelum awal Desember. "Kalau sebelum akhir tahun, berarti paling tidak sebelum Natal."

Hilmi juga mengatakan akan menerima siapa pun kandidat pembeli Apexindo, baik itu lembaga keuangan maupun perusahaan sejenis.

Hilmi Panigoro, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan. Nilai perusahaan itu mencapai US$900 juta atau 51% premium dari nilai pasar.

Norico Gaman, Head of Research BNI Securities, menambahkan calon pembeli Apexindo lebih baik bergerak di bidang yang sama, mengingat hal itu menentukan kelanjutan usaha pengeboran.

"Kalau perusahaan sejenis, mereka tentu perhatikan pertumbuhan Apexindo. Tetapi, di sisi lain Medco juga menginginkan harga penjualan yang terbaik," tuturnya.

Sebagai jalan tengah, perusahaan sejenis yang kini berminat terhadap Apexindo dapat mengajukan harga penawaran yang lebih baik.

Jika pemenangnya institusi keuangan seperti TPG, mereka hanya menyertakan modal di Apexindo. "Tentu saja mereka dapat menjual lagi saham Apexindo kalau sudah untung."

Grup Essar kini juga mengincar saham PT Krakatau Steel dan akan membangun pabrik baja di Kalimantan. TPG sedang dalam proses akuisisi 71,61% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dari Recapital dan sedang membidik saham mayoritas di Garuda Indonesia. (Pudji Lestari) (arif.gunawan@bisnis.co.id/munir.haikal@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S., M. Munir Haikal & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia