JAKARTA, Bisnis Indonesia: Manajemen PT Apexindo Pratama Duta Tbk menginginkan agar divestasi 51,4% sahamnya milik PT Medco Energi Internasional Tbk kepada dua calon pembeli terkuat segera rampung.
Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan manajemen perseroan tidak bisa menjelaskan lebih jauh soal penjualan saham itu.
"Tidak ada yang bisa dikatakan. Itu murni urusan Medco. Kalau kami ingin urusan itu cepat selesai, apa pun keputusannya nanti," tuturnya saat paparan publik, Rabu.
Harga saham berkode APEX pada penutupan Rabu naik Rp75 menjadi Rp2.075. Posisi tertinggi pernah dicatatkan saham ini Rp2.575 pada 5 Oktober dan terendah Rp1.620 pada 11 Januari.
Medco berencana menjual kepemilikannya di perusahaan pengeboran itu karena akan memfokuskan bisnisnya pada pengembangan hulu minyak dan gas. Untuk melakukan divestasi tersebut, Medco menunjuk Credit Suisse sebagai penasihat keuangan.
Manajemen Medco semula menyatakan divestasi saham Apexindo diperkirakan rampung sebelum Natal. Namun, hingga kini negosiasi antara Medco dan dua calon pembeli yakni Abacus Capital dan PT Bormindo Nusantara masih berlangsung.
Bahkan, Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro beberapa waktu lalu mengatakan penyelesaian divestasi saham pengeboran itu mundur lagi menjadi akhir Januari tahun depan.
Menurut dia, proses negosiasi secara paralel dengan dua calon pembeli masih dilangsungkan sampai saat ini. "Closing paling mungkin dilakukan setelah tahun baru. Dengan perhitungan masa tidak efektif sebanyak dua minggu pada bulan ini dan juga pada Januari, bisa jadi closing pada pekan ketiga atau mendekati akhir bulan depan," ujarnya.
Penundaan penyelesaian penjualan saham karena beberapa faktor seperti kecocokan harga antara penjual dan pembeli, sehingga negosiasi berjalan alot. Medco meminta harga jual Rp2.700 per saham, sedangkan Abacus menawarkan harga Rp2.450.
Hilmi, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu, mengatakan Apexindo kemungkinan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan dan seharusnya dinilai pada 12 kali laba ke depan.
Apexindo mematok pendapatan pada tahun ini meningkat menjadi US$190 juta dibandingkan dengan perolehan tahun lalu US$156,3 juta.
Pertumbuhan kuat
Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan optimistis perseroan dapat membukukan pertumbuhan pendapatan yang kuat tahun depan, mengingat saat ini perseroan memperoleh pendapatan yang tertunda (backlog) US$246,4 juta.
Pendapatan yang dimaksud diasumsikan dapat dibukukan mengacu pada perolehan sejumlah kontrak kerja rig jangka panjang terhitung mulai 2008-2012.
Pendapatan backlog ini tecermin dari tarif harian yang dapat bervariasi bergantung pada perolehan kontrak baru dan selama rig (anjungan pengeboran) menjalani masa istirahat (downtime)
Secara berurutan, pendapatan backlog ini mulai 2009 hingga 2012 diperkirakan US$201 juta, US$118,8 juta, US$33,8 juta, dan US$21,7 juta.
"Jumlah itu masih mungkin dinaikkan lagi karena Apexindo tentu tidak akan berdiam diri. Kami akan giat mencari kontrak-kontrak baru terutama yang jangka panjang di masa yang akan datang," ujarnya.
Agustinus memperkirakan kontribusi pendapatan masih akan ditopang oleh penyewaan rig segmen laut 70%-75% dengan tingkat utilisasi di atas 90%. Selebihnya diharapkan datang dari segmen darat.
Dia menolak memproyeksikan laba bersih perseroan pada tahun ini dan tahun depan. Untuk belanja modal, perseroan memperkirakan jumlahnya pada tahun depan akan sedikit menyusut menjadi US$14 juta dibandingkan dengan US$15,12 juta pada tahun ini.
Alokasi jumlah belanja modal yang mengecil itu terjadi sehubungan dengan tidak adanya rencana besar pada tahun depan. Untuk per 30 September 2007, perseroan telah membelanjakan belanja modal sebesar US$12,21 juta di antaranya untuk peningkatan kemampuan (upgrading) rig US$7,6 juta dan upgrading ke depan (ongoing) US$4,34 juta.
Menurut dia, dengan jumlah belanja modal yang mengecil pada 2008 Apexindo berpeluang membukukan kas yang lebih besar sehingga dapat merealisasikan rencana pembelian kembali (buy back) obligasi yang tertunda pada tahun ini.
"Saat ini, posisi kas kami US$43 juta, tetapi berhubung harga obligasi Apexindo di pasar tinggi, rencana buy back pun ditunda. Tahun depan masih ada bujet untuk itu atau mempercepat pelunasan utang bank," katanya. (pudji.lestari@bisnis.co.id)
Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia
Friday, December 21, 2007
Apexindo ingin divestasi segera rampung
Labels: Divestasi Apexindo, Kinerja 2007, Obligasi