Thursday, May 15, 2008

Divestasi mundur, Apexindo kehilangan potensi US$300 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Ketidakpastian proses divestasi 80,6% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk oleh induknya PT Medco Energi Internasional Tbk membuat perusahaan pengeboran migas kehilangan potensi pendapatan US$300 juta atau setara Rp2,76 triliun.

Presdir Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan perseroan absen dari dua tender proyek pengeboran migas, menyusul tertundanya penjualan saham Apexindo milik Medco Energi.

Dia menjelaskan tender tersebut adalah yang digelar oleh Total Brunei dan Total Indonesie pada Desember 2007. Perseroan memilih absen dari tender karena khawatir calon pemegang saham Apexindo yang baru tidak sejalan dengan rencana bisnis perseroan.

"Kalau memenangi tender dan kami tidak bisa menjamin dapat mengantar rig itu nanti pada pertengahan 2009, hal itu akan menodai reputasi kami di pasar. Kami bisa dimasukkan daftar hitam [black list], apalagi kami ini perusahaan kecil," ujarnya saat berdiskusi dengan redaksi Bisnis Indonesia dalam kunjungannya, kemarin.

Di samping itu, katanya, dalam proses tender pengeboran, Apexindo juga harus mendapat persetujuan dari Medco selaku pemegang saham pengendali. Sayangnya, Medco sudah berniat untuk melepas kepemilikannya di Apexindo sejak 2006.

Dalam kesempatan itu, Hertriono didampingi pula oleh Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan dan Sekretaris Perusahaan Ade R. Satari beserta staf.

Kendati demikian, Hertriono mengatakan Apexindo akan berupaya untuk tetap mengikuti tender. "Kami akan ikut semuanya sampai ke hitung-hitungan, tetapi ya lihat perkembangan dalam dua bulan ini lah."

Dua kali tender

Dengan kegagalan Apexindo mengikuti dua kali tender tersebut, Agustinus menambahkan perseroan kehilangan potensi pendapatan hingga US$300 juta. Ini dihitung dari perkiraan tarif rata-rata US$30.000 per hari untuk dua rig [anjungan pengeboran migas] selama tiga tahun, rata-rata masa kontrak yang diraih oleh perseroan.

"Nilai kontrak ini [US$30.000] masih lebih kecil dibandingkan dengan nilai kontrak yang diperoleh perusahaan asing sebesar US$35.000-US$40.000 per hari. Kalau misalnya kami meraih US$175.000-US$185.000 [termasuk biaya] per hari saja, ada arus kas bebas US$145.000."

Ketidakpastian divestasi saham Apexindo juga membuat manajemen menunda rencana penambahan jack-up rig, yang sudah direncanakan sejak tahun lalu. Manajemen Apexindo mengharapkan pada akhir tahun ini dan awal 2009, kegiatan bisnis bisa berjalan normal kembali karena kalau tidak maka bakal terjadi stagnasi.

Menurut Agustinus, pertumbuhan perseroan dari kontrak yang didapat bakal flat pada 2010, sehingga diperoleh kontrak baru untuk mempertahankan pertumbuhan pendapatan sebesar 27% dan laba bersih 52% sebagaimana pada tahun lalu. (sylviana.pravita@bisnis.co.id/pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Sylviana Pravita R.K.N. & Pudji Lestari

Bisnis Indonesia