Friday, April 27, 2007

Apexindo Wins New Drilling Contract

JAKARTA, The Jakarta Post --- PT Apexindo Pratama Duta, a unit of the country’s largest publicly traded oil company, won a contract to drill in a block operated by a joint venture of BP Plc. and Eni SpA.

The onshore rig will drill in Vico Indonesia’s block in East Kalimantan province over a period of six months, Apexindo said in a statement to the Jakarta Stock Exchange on Thursday.

“We are currently moving the rig and other equipment from Madura to the field,” Agustinus Lomboan, the company’s finance director, said by telephone Thursday. “We expect to start work in the second week of May.”

Apexindo, a unit of PT Medco Energi Internasional, own and operates nine onshore drilling rigs and four swamp barges contracted by the Indonesian unit of Total SA. It also operates one jack-up rig in the Middle East for Norway’s Statoil ASA, and recently completed another, which will be use in Total’s fields in East Kalimantan.

Sea Drill Ltd., an oil rig owner controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen, owns a stake in Apexindo. --- Bloomberg

Wednesday, April 18, 2007

Ditopang kontrak baru, prospek Apexindo tetap kinclong

Bisnis Indonesia --- Bukan suatu kekeliruan bagi keluarga Panigoro batal melego saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Pasalnya, setelah merugi dua tahun lalu, kinerja perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penyewaan rig (anjungan pengeboran migas) langsung mengilap. Kontraktor pengeboran itu pun mampu menoreh keuntungan yang spektakuler.

Pada akhir tahun lalu, Apexindo membukukan laba bersih Rp380,8 miliar atau Rp146,07 per saham, meroket 982,95% dari rugi Rp43,13 miliar atau Rp21,21 per saham pada 2005. Perolehan laba ini juga merupakan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.

Di saat yang sama, emiten itu juga membukukan kenaikan penjualan 26,5% menjadi Rp1,4 triliun dari sebelumnya Rp1,1 triliun. Dengan kinerja yang demikian PT Danareksa Sekuritas pun mendongkrak target harga saham Apexindo menjadi Rp2.200 dari sebelumnya Rp2.100 dengan tetap merekomendasikan beli.

Namun, kurangnya katalis membuat harga saham berkode APEX ini tertinggal dari pasar. Namun, Danareksa masih yakin fundamental perseroan masih tangguh, terutama ditopang kontrak yang berhasil diraih dari pesaingnya, khususnya rig darat.

"Kami menyesuaikan prediksi kinerja yang mencerminkan angka hasil audit 2006. Berdasarkan valuasi, kami mendapatkan target harga 2007 sebesar Rp2.200," kata analis Danareksa Bonny Setiawan dalam risetnya terbitan 12 April.

Menurut dia, perubahan laba Apexindo menjadi positif terjadi berkat kenaikan tarif sewa rig yang terjadi menyusul kurangnya suplai, serta peningkatan utilisasi rig baik untuk segmen darat dan laut masing-masing sebesar 68% dan 100%.

Sementara itu, margin kotor naik menjadi 34%, sedikit lebih tinggi dari estimasi Danareksa yang sebesar 33%. Perseroan juga mampu mengendalikan biaya secara efektif karena pada sepanjang tahun lalu tidak terjadi gangguan mekanik.

"Di samping itu, dengan penyelesaian pelabuhan Bojonegara, perseroan mempunyai pengelolaan persediaan yang lebih baik yang menurut kami menjadi salah satu faktor penyumbang [kinerja perseroan]."

Selain pendapatan dan laba bersih yang bagus, beban bunga perseroan pada tahun lalu juga rendah. Menyusul pelunasan semua utang kepada bank pada tahun lalu, perseroan hanya mempunyai utang obligasi sebesar US$750 juta. Utang paling anyar baru disepakati pada awal tahun ini US$125 juta. "Hal tersebut menjelaskan rendahnya biaya bunga perseroan pada 2006," kata Bonny.

Di awal tahun, Apexindo langsung menendang dengan lima kontrak baru untuk rig darat di mana dua di antaranya yakni rig 9 dan 10 bernilai kontrak US$13,9 juta untuk masa kerja enam bulan.

Bonny berpendapat nilai kontrak itu dapat ditingkatkan jika masa kerja diperpanjang lagi. Dia yakin hal itu akan terjadi dengan alasan kedua rig tersebut digunakan oleh kontraktor yang sama dalam satu hingga dua tahun yakni perusahaan migas VICO.

Kalau pun diadakan tender ulang, Bonny yakin Apexindo bisa mengalahkan peserta lain karena perseroan mempunyai tarif yang lebih murah.

Tingkat utilisasi

Tiga kontrak lainnya meski nilainya kecil yaitu US$8,6 juta paling tidak bakal mengangkat tingkat utilisasi tahun ini. Bonny pun menggenjot estimasi tingkat utilisasi rig darat dari 58% menjadi 63% pada tahun ini.

Dengan kemungkinan masa kerja kontrak tiga bulan yang dikantongi tiga rig tersebut diperpanjang, serta tarif sewa baru lebih tinggi 8%-22% dibandingkan 2006 membuat Bonny menaikkan pendapatan dari rig segmen darat menjadi US$46 juta pada 2007, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya US$44 juta.

Di sisi lain, keterlambatan pengiriman jack-up rig baru Soehanah dari Januari menjadi Mei memicu Bonny untuk memangkas prediksi pendapatan rig itu 33% menjadi hanya US$40 juta. Kendati demikian, prospek perseroan tetap cerah dengan adanya kontrak US$170 juta dari Total E&P Indonesie untuk 22 bulan masa kerja Soehanah.

Bonny juga memangkas estimasi pendapatan rig segmen laut 11% jadi US$144 juta pada 2007, menyusul penundaan kerja rig Raniworo selama dua bulan. Rig tersebut sedang dilabuhkan sebelum mengebor untuk Crescent dengan nilai kontrak US$5,2 juta.

Mengenai rencana penambahan jack-up rig karena biaya pembangunannya yang selangit, Bonny menilai kemungkinan Apexindo membeli jack-up rig bekas. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari

Wartawan Bisnis Indonesia

Wednesday, April 11, 2007

PT Apexindo Set to Chalk Up 30% Increase in Net Profit

Asia Pulse Pte Ltd, rigzone.com --- Publicly listed oil drilling company PT Apexindo Pratama Duta (JSX:APEX) has forecast a 30% increase in net profit to Rp495 billion (US$165 million) this year, compared with last year.

The subsidiary of the Medco Group reported Rp380.8 billion in net profit last year, as against a net loss of Rp43.1 billion in the previous year.

Apexindo chief commissioner Hilmi Panigoro said that demand for drilling services was strong, with the soaring price of oil encouraging producers to launch intensive exploration.

The company, which has a number of oil rigs, posted sales valued at Rp1.4 trillion last year, up from Rp1.1 trillion in the previous year.

Tuesday, April 10, 2007

Medco Perkirakan Laba Naik 20 Persen

Jakarta, Kompas - PT Medco Energi International Tbk memperkirakan laba bersih yang diperoleh perseroan tahun 2006 akan mengalami peningkatan sampai 20 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kenaikan keuntungan terutama didorong harga minyak dunia yang tinggi. Presdir Medco Energi International Hilmi Panigoro, Senin (9/4) di Jakarta, mengemukakan, kenaikan laba itu belum dipotong penghapusbukuan Medco Brantas 60 juta dollar AS.

Pada kurun waktu Januari sampai September 2006, keuntungan kotor yang dicapai perseroan 270,4 juta dollar AS.

Pada periode yang sama tahun 2005, Medco Energi mencetak keuntungan kotor 247 juta dollar AS. Medco menaungi sejumlah anak usaha yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi migas, petrokimia, pembangkitan, dan jasa pengeboran.

"Dari sisi produksi, tahun 2006 memang tidak ada penambahan, tapi harga minyak sangat bagus," ujar Hilmi. Dari blok yang mereka miliki di dalam dan luar negeri, produksi minyak mentah Medco sekitar 70.000 barrel per hari dan gas sekitar 120 juta kaki kubik per hari.

Medco kini telah menyiapkan belanja modal 300 juta dollar AS untuk tahun 2007. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2006 sebesar 240 juta dollar AS.

Medco Energi pada 16 Maret 2007 melepas kepemilikannya di Blok Brantas. Dengan menjual Medco Brantas, perseroan terbebas dari kewajiban menanggung dampak semburan lumpur di sumur Banjar Panji 1.

Medco Global

Apexindo Pratama Duta, anak perusahaan Medco yang bergerak di bidang pengeboran, diproyeksikan bakal menyumbang keuntungan terbesar.

Pendapatan Apexindo tahun 2006 sebesar 156,3 juta dollar AS. "Keuntungan terbesar tetap berasal dari bidang pengeboran. Saat ini saja kontrak offshore rig yang diperoleh Apexindo sudah naik dua kali lipat," ujar Hilmi.

Terkait dengan rencana ekspansi ke luar negeri, Hilmi tetap yakin Medco Global—subholding untuk anak-anak perusahaan yang beroperasi di luar negeri— bisa dibentuk sebelum akhir tahun ini. Bank untuk membentuk subholding sudah bisa ditunjuk pertengahan April ini.

Setelah subholding terbentuk, Medco Global akan melakukan penawaran saham perdana kepada publik di Bursa London. Jumlah saham yang akan dilepas maksimal 49 persen.

Hilmi menjelaskan, Bursa London dipilih untuk memudahkan calon investor yang sebagian besar berada di Timur Tengah dan Afrika Utara. (DOT)

Laba 2007 Apexindo diprediksi naik 30%

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk akhir tahun ini diperkirakan membukukan kenaikan laba bersih minimum 30%, atau menjadi Rp495 miliar.

Per Desember 2006, anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk yang bergerak di bidang pengeboran ini membukukan laba bersih Rp380,8 miliar atau Rp146,07 per saham, dari posisi 2005 rugi Rp43,1 miliar atau Rp21,21 per saham.

Komisaris Utama Apexindo Hilmi Panigoro mengatakan proyeksi kenaikan laba bersih itu didorong masih besarnya permintaan jasa pengeboran, di tengah kecenderungan proyek eksplorasi minyak dan gas yang stagnan.

"Produksi gas dan minyak pada 2007 akan flat, tetapi permintaan jasa drilling akan naik lagi, sehingga setidaknya laba bersih Apexindo akan naik 30%," tuturnya kepada pers, kemarin.

Tren peningkatan permintaan jasa pengeboran, lanjut dia, tercermin dari kinerja Apexindo tahun lalu yang membukukan kenaikan penjualan 26,5% menjadi Rp1,4 triliun dari sebelumnya Rp1,1 triliun.

Peningkatan pendapatan itu didorong segmen anjungan pengeboran (rig) darat yang naik 88,6% menjadi Rp529,5 miliar dari semula Rp280,8 miliar. Di sisi lain, segmen rig laut menyumbang pendapatan Rp906,4 miliar, atau naik hanya 6% dari Rp854,7 miliar.

Menurut catatan Bisnis, Apexindo kini mengantongi empat kontrak pengeboran baru dan perpanjangan kontrak lama dengan total nilai proyek US$22,5 juta. Perseroan mendapat perpanjangan kontrak US$13,9 juta untuk pengeboran selama enam bulan di Kalimantan Timur dari VICO untuk Rig 9 dan Rig 10.

Perseroan juga mendapat konfirmasi kontrak untuk rig 15 dari Pearoil (Tungkal) Limited senilai US$2,6 juta, kontrak rig 8 sebesar US$2,5 juta dari Lundin Blora BV, dan rig 2 dari joint operation body Pertamina-Medco Tomori senilai US$3,5 juta.

"Perseroan akan terus aktif mengikuti tender pengeboran darat maupun laut, memantapkan posisi Apexindo sebagai kontraktor pengeboran terkemuka, tidak hanya untuk segmen pengeboran lepas pantai tapi juga untuk pengeboran darat baik di Indonesia maupun Asia Tenggara," kata Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro (Bisnis, 14 Maret).

Belanja modal

Sementara itu, Hilmi menjelaskan Medco sendiri akan membelanjakan sebagian besar dari US$200 juta belanja modal untuk membiayai proyek pengeboran di dalam maupun luar negeri.

Medco sedang merampungkan proyek pengeboran sumur eksplorasi ketiga di Libya yang diperkirakan menyimpan 150 juta barel minyak dan menghasilkan 50.000 barel per hari.

Sebastian Tobing, analis riset emiten pertambangan PT Trimegah Securities Tbk, menilai proyeksi laba tersebut terhitung masih realistis, mengingat aktivitas pengeboran sumur minyak di seluruh dunia masih meningkat. Dia memperkirakan pengeboran lepas pantai masih menjadi pasar besar untuk Apexindo.

"Pengeboran sumur minyak baru sekarang banyak di daerah yang terpencil, dan terutama di lepas pantai. Permintaan di sini masih besar," tuturnya.

Banyaknya kontrak pengeboran yang diraih perusahaan-perusahaan minyak dan gas di Indonesia tahun ini akan berbanding lurus dengan pencapaian perusahaan pengeboran. Di Indonesia, pengeboran itu nanti terhadang pada tantangan adanya kontrak eksplorasi yang baru dari pemerintah.

Khusus untuk Apexindo, lanjut dia, kinerja mereka akan sangat terbantu dengan mulai beroperasinya sumur rig Soehanah secara penuh pada tahun ini.

Pada perdagangan kemarin, harga saham Apexindo (APEX) ditutup menguat Rp10 ke posisi Rp1.770. (arif.gunawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S.

Bisnis Indonesia

Monday, April 9, 2007

Emiten tambang kinclong

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Harga komoditas dunia mendongkrak perolehan pendapatan dan laba bersih emiten pertambangan pada 2006, dan hal itu diperkirakan masih berlanjut tahun ini.

Dari 10 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, semuanya mencatat pertumbuhan pendapatan, kecuali PT Energi Mega Persada Tbk yang mengalami penurunan penjualan sebesar 2%. (lihat tabel)

Pendapatan perusahaan pertambangan migas itu menyusut dari Rp1,68 triliun pada akhir 2005 menjadi Rp1,65 triliun tahun lalu, setelah volume penjualan perseroan turun.

PT Medco Energi Internasional Tbk hingga hari ini belum memublikasikan laporan keuangan akhir tahun 2006.

Dari sisi perolehan laba bersih, PT Citatah Industri Marmer Tbk menjadi satu-satunya emiten yang membukukan rugi bersih, meskipun pendapatannya naik 26,71% tahun lalu. Kerugian perusahaan tahun lalu turun menjadi Rp20,58 miliar dibandingkan sebelumnya yang sebesar Rp28,31 miliar.

PT Apexindo Pratama Duta Tbk yang pada 2005 membukukan rugi bersih sebesar Rp43,13 miliar mampu membalik posisi keuangannya menjadi untung Rp380,78 miliar, atau tumbuh 982,95% dari tahun lalu.

Dari 10 emiten itu, PT Central Korporindo International Tbk menjadi perusahaan yang mencatat pertumbuhan paling pesat dalam tempo setahun. Pendapatan dan laba bersih perseroan masing-masing tumbuh sebesar 323% dan 4.678%. Kendati demikian, belum ada analis yang menganalisis kinerja Cenko dan Citatah.

Analis emiten sumber daya mineral PT Trimegah Securities Tbk Sebastian Tobing mengatakan pendapatan dan laba bersih emiten pertambangan tahun lalu paling banyak terdongkrak oleh kenaikan harga komoditas dunia.

Meski terjadi peningkatan volume penjualan, sebagaimana dialami PT Bumi Resources Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk, hal itu kurang signifikan dibandingkan dengan lonjakan harga komoditas.

"Sebagai gambaran, harga nikel sekarang naik menjadi US$22 per pound dibandingkan dengan rata-rata US$10 per pound pada 2006. Harga timah juga sudah naik menjadi US$13.500 per pound, dari rata-rata harga tahun lalu sebesar US$8.800. Itu berarti terjadi kenaikan sekitar dua kali lipat," tuturnya kemarin.

Sebastian memperkirakan harga nikel turun pada paruh kedua 2007 menjadi rata-rata US$17 per pound. Harga minyak mentah dan batu bara bakal naik sekitar 10%. Harga minyak mentah diperkirakan rata-rata US$60 per barel.

Harga komoditas ini diperkirakan turun dari harga rata-rata tahun lalu yang mencapai US$68 per barel. Hal ini karena turunnya permintaan minyak mentah dunia.

Berlanjut

Secara terpisah, analis emiten pertambangan PT BNI Securities Norico Gaman menilai keuntungan yang diperoleh emiten dari kenaikan harga komoditas masih akan berlanjut tahun ini dan mencapai puncaknya pada 2008.

Ini karena secara historis siklus kenaikan harga komoditas berlangsung selama lima tahun, dan kenaikan itu terjadi sejak 2003.

Permintaan komoditas meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi China dan India.

Norico memperkirakan pendapatan industri pertambangan tumbuh 30% per tahun hingga 2010, sedangkan laba bersih tumbuh 58%.

Pertumbuhan ini terjadi karena di dalam negeri biaya produksi barang tambang dinilai relatif rendah dan menggunakan rupiah. Padahal, sebagian terbesar hasilnya diekspor dalam mata uang dolar AS. (puji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia

Apexindo bayar kupon Rp21 miliar

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk menyiapkan Rp21,95 miliar untuk membayar kupon bunga obligasi Apexindo Pratama Duta I/ 2006 dan cicilan bagi hasil ijarah (obligasi syariah) Apexindo Pratama Duta I/ 2005.

Dalam keterbukaan informasinya kepada PT Bursa Efek Surabaya (BES), Direktur Utama Agustinus B. Lomboan memaparkan kupon bunga obligasi yang akan dibayar adalah Rp15,06 miliar, sementara bagi hasil ijarah nilainya Rp6,89 miliar.

Pembayaran kupon bunga obligasi dan cicilan imbal hasil ijarah itu merupakan pembayaran yang kedelapan. Perseroan akan segera mengirim dana tersebut ke rekening T Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai agen pembayaran. (Bisnis/ags)

Apexindo Bayar Bunga Obligasi

JAKARTA, Koran Tempo -- PT Apexindo Pratama Duta Tbk. akan membayar kupon bunga kedelapan obligasi I dan cicilan fee ijarah I/2005 senilai Rp 21,9 miliar.

"Dana akan kami transfer ke rekening PT Kustodian Sentral Efek Indonesia sebagai agen pembayaran," kata Direktur Utama Apexindo Pratama Duta Agustinus B. Lomboan dalam suratnya kepada Bursa Efek Jakarta akhir pekan lalu.

Perincian pembayarannya, untuk obligasi Apexindo Pratama Duta I/2005 sebesar Rp 15,06 miliar, sedangkan pembayaran obligasi syariah ijarah Apexindo Pratama Duta I/2005 senilai Rp 6,88 miliar. FAHMI

Monday, April 2, 2007

Laba Bersih Apexindo Rp380,8 Miliar

JAKARTA, Media Indonesia Online: PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) pada 2006 membukukan laba bersih sebesar Rp380,8 miliar atau Rp146,07 per saham. Perolehan laba ini meningkat cukup siginifikan dibanding 2005 yang mengalami rugi bersih sebesar Rp43,1 miliar.

"Perolehan laba ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah yang dipicu oleh pertumbuhan pendapatan, kemampuan perseroan melakukan efisiensi dan keuntungan non-kas dari transaksi swap," kata Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B Lomboan dalam laporan tertulisnya kepada Bursa Efek Jakarta, Senin (2/4).

Agustinus mengatakan, pendapatan Apexindo meningkat 26,5% menjadi Rp1,4 triliun atau setara dengan US$156,3 juta dibandingkan dengan Rp1,1 triliun atau setara dengan US$116,6 juta di tahun sebelumnya.

Peningkatan tersebut, kata dia, disebabkan segmen rig darat yang memiliki prestasi mengesankan di tahun 2006. Pendapatan dari segmen rig darat tercatat Rp529,5 miliar atau naik sebesar 88,6% dari Rp280,8 miliar.

"Pertumbuhan yang signifikan pada segmen rig darat dipicu oleh perbaikan pada tingkat utilisasi segmen rig darat yang meningkat dari 51% menjadi 68% yang disebabkan oleh perolehan beberapa kontrak baru," jelasnya.

Kontrak-kontrak baru itu antara lain, kontrak baru untuk Rig 4 dan Rig 5 yang mendapatkan kontrak jangka panjang untuk pemboran panas bumi senilai masing-masing US$21,6 juta dan US$ 22,3 juta.

Sementara, tingkat utilisasi segmen rig laut berhasil dipertahankan di 100%. Pendapatan dari segmen rig laut meningkat sebesar 6,0% menjadi Rp906,4 miliar dibandingkan Rp854,7 miliar di tahun lalu. Peningkatan ini disebabkan oleh kontrak dari Jack up Raniworo dengan Crescent Petroleum Inc dan Indago Oman Ltd yang memiliki harga sewa harian 40% lebih tinggi dari kontrak sebelumnya. (Sdk/OL-06)

Apexindo Cetak Rekor Laba Bersih

JAKARTA, Bisnis Indonesia --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk mencetak rekor laba bersih tertinggi sepanjang sejarah Rp 380,8 miliar atau Rp 146,07 per saham dari sebelumnya rugi Rp 43, 1 miliar atau Rp 21,21 per saham. Perseroan juga membukukan kenaikan penjualan 26,5% menjadi Rp 1,4 triliun dari sebelumnya Rp 1,1 triliun, setara dengan US$ 116,6 juta menjadi US$ 156,3 juta.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan mengatakan peningkatan pendapatan didorong oleh sumbangan dari segmen rig darat. Pendapatan dari segmen ini naik 88,6% menjadi Rp 529,5 miliar dari semula Rp 280,8 miliar. Di sisi lain, segemen rig laut menyumbang pendapatan Rp 906,4 miliar, naik 6% dari Rp 854,7 miliar. (Bisnis/PUL).