Thursday, March 30, 2006

Apexindo Bangun Rig Seharga USD 137 Juta

TEMPO Interaktif, Jakarta: Kontraktor pengeboran minyak PT Apexindo Pratama Duta Tbk. tengah membangun sebuah rig jackup baru senilai USD 137 juta. Rig yang akan dinamakan Soehanah itu sedang digarap di galangan kapal PTL Shipyard Sembawang, Singapura.

"PTL menjanjikan (selesai) awal Januari 2007," kata Sekretaris Perusahaan Apexindo, Ade Satari, ketika dihubungi Tempo di Jakarta kemarin sore. Pembiayaannya, 20 persen dari kas internal Apexindo sebagai uang muka pada awal 2005. Sisanya dibayar ketika PTL mengantarkan rig.

Apexindo masih mencari pihak yang ingin membiayai 80 persen biaya pembuatan rig. Beberapa calon investor dari dalam dan luar negeri tengah mendekati, tapi Ade merahasiakannya. "Lebih banyak dari luar negeri." Soehanah adalah rig jack up kedua Apexindo setelah rig Raniworo. Plus Soehanah, Apexindo memiliki total 15 rig.

Ibnu Rusydi

Wednesday, March 29, 2006

Laba Bersih PGN Melonjak

Jakarta, Kompas - PT Perusahaan Gas Negara Tbk membukukan lonjakan laba bersih setinggi 82 persen pada tahun buku 2005, dari Rp 388 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 862 miliar. Pendapatan PGN meningkat 22 persen atau Rp 076 miliar, menjadi Rp 5,4 triliun, diikuti peningkatan laba usaha sebanyak 56 persen menjadi Rp 1,6 triliun. Lonjakan laba bersih tersebut menghasilkan perubahan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) menjadi 60:40 dari posisi tahun sebelumnya yang 65:35.

Kepala Peneliti Ekuitas AAA Securities Arianto Reksoprodjo di Jakarta, Senin (27/3), mengatakan, lonjakan pendapatan dan laba bersih PGN tersebut sudah sewajarnya terjadi karena tahun lalu perusahaan telah dua kali menaikkan harga. Menurut Arianto Reksoprodjo, PGN ke depan masih prospektif karena saat ini sedang membangun beberapa infrastruktur baru yang akan menjadi pendorong pendapatan dia di masa depan.

"Pemakaian gas alam untuk pemenuhan kebutuhan energi juga tumbuh pesat, terutama setelah harga bahan bakar minyak naik tinggi per Oktober tahun lalu," katanya.

Menurut Direktur Keuangan PGN Djoko Pramono, dari peningkatan pendapatan sebesar Rp 976 miliar tersebut, sebanyak Rp 671 miliar berasal dari bisnis distribusi gas dan Rp 305 miliar berasal dari bisnis transmisi gas. Djoko mengakui, PGN memang mengalami kendala pasokan di wilayah Jawa Timur. Akan tetapi, volume penjualan distribusi meningkat tujuh persen, dari 288 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) jadi 308 MMSCFD.

Kenaikan tersebut berasal dari ekspansi jaringan distribusi di Batam dan Pekanbaru serta peningkatan volume penjualan baik di Jawa bagian barat maupun Sumatera. Adapun dari bisnis transmisi, volume gas yang diangkut juga meningkat sebesar 27 persen menjadi 602 MMSCFD. Kenaikan terbesar diperoleh dari jalur pipa transmisi Grissik- Singapura yang meningkat 92 persen, dari 92 MMSCFD menjadi 177 MMSCFD.

Perusahaan berhasil memperoleh pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sebesar Rp 2,175 triliun dan mencatatkan EBITDA marjin 40 persen.

Apexindo

Sementara itu, PT Apexindo Pratama Duta Tbk melaporkan telah menandatangani kontrak jasa pengeboran dengan Santos (Sampang) Pty Ltd untuk pekerjaan pengeboran jangka panjang di lepas pantai Madura. Pengeboran yang diperkirakan akan dimulai pada kuartal terakhir 2006 ini akan dikerjakan oleh anjungan pengeboran lepas pantai (rig) jenis jack up bernama Raniworo.

Pekerjaan akan dilakukan selama tiga tahun dan di dalamnya terdapat alternatif perpanjangan. Nilai kontrak ini mencapai sekitar 170 juta dollar AS. "Kami merasa gembira karena ini merupakan kontrak dengan nilai terbesar dalam sejarah perseroan. Pencapaian ini sejalan dengan strategi perseroan yang memfokuskan diri pada proyek-proyek pengembangan cadangan-cadangan besar berjangka panjang," kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisatro.

Saat ini kecenderungan permintaan jasa rig jenis jack up di dunia sangat tinggi, seiring dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi dan produksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minyak dan gas. Padahal, tingkat utilisasi armada rig jenis jack up dunia saat ini telah maksimum dan suplai dari produksi rig jack up baru sangat terbatas. Hal itu memicu kenaikan harga sewa harian rig jack up secara signifikan. (ANV)

Apexindo raih kontrak US$170 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk menandatangani kontrak jasa pengeboran senilai US$170 juta dengan Santos (Sampang) Pty Ltd untuk pekerjaan pengeboran jangka panjang di Laut Jawa, Madura, Indonesia yang akan dimulai kuartal terakhir 2006.

Pekerjaan pengeboran tersebut akan dikerjakan oleh rig jack up Apexindo, Raniworo dan akan berlangsung untuk periode tiga tahun, termasuk dengan opsi perpanjangan.

Dirut Apexindo Hertriono Kartowisatro mengungkapkan kontrak itu adalah kontrak terbesar dalam sejarah perusahaannya.

"Pencapaian ini sejalan dengan strategi perseroan yang memfokuskan diri pada proyek-proyek pengembangan cadangan-cadangan besar berjangka panjang" ujarnya dalam siaran pers yang diterima Bisnis, kemarin.

Dia menjelaskan tren permintaan rig jack up di dunia saat ini cukup tinggi, seiring dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi dan produksi yang dilakukan oleh perusahaan migas.

Armada jack up dunia saat ini, katanya, telah berada pada tingkat utilisasi maksimum dan suplai dari produksi jack up baru sangat terbatas.

"Kondisi ini tentu memicu kenaikan harga sewa harian jack up dengan sangat signifikan," tambah Agustinus B. Lomboan, Direktur Keuangan PT Apexindo. (Bisnis/bdd)

Apexindo gets $170m contract

Jakarta, The Jakarta Post: Publicly listed PT Apexindo Pratama Duta, an oil, gas and geothermal contractor, announced Monday that it had secured a three-year drilling contract from Santos (Sampang) Pty Ltd worth US$170 million.

In a press statement, the company said the drilling roject located in the Java Sea, was expected to commence in the last quarter of this year. A Raniworo jack-up rig would be employed.

“We are delighted to have been able to obtain this contract. It is the largest contract in the company’s history,” said Hertriono Kartowisasatro, Apexindo’s president.

The Company said that the demand for jack-up rigs worlwide would continue to increase amid higher oil exploration and production in line with higher energy demand. – JP

Apexindo Dapat Kontrak Baru US$ 170 Juta

JAKARTA, Investor Daily Online --- Perusahaan pengeboran minyak PT Apexindo Pratama Duta Tbk. telah menandatangani Kontrak Jasa Pemboran dengan Santos (Sampang) Pty. Ltd. (Santos) untuk pekerjaan pemboran jangka panjang di Laut Jawa, Madura, Indonesia.

"Pekerjaan pemboran yang diperkirakan akan dimulai pada kwartal terakhir 2006 ini akan dikerjakan oleh rig jack up Apexindo, Raniworo, dan akan berlangsung untuk periode tiga tahun, termasuk dengan opsi perpanjangan. Kontrak Apexindo ini memiliki nilai sekitar US$ 170 juta," kata Dirut Apexindo, Hertriono Kartowosastro, di Jakarta, Selasa. "Kami merasa gembira mendapatkan kontrak dengan nilai kontrak terbesar dalam sejarah Perseroan. Terlebih mengingat jangka waktu kontrak ini yang cukup panjang, yaitu sekitar tiga tahun,” kata dia.

Ia menambahkan, pencapaian ini sejalan dengan strategi Perseroan yang memfokuskan diri pada proyek-proyek pengembangan cadangan-cadangan besar berjangka panjang. Tren permintaan akan rig jack up di dunia saat ini cukup tinggi, seiring dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi dan produksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minyak dan gas, katanya.

Armada jack up dunia saat ini telah berada pada tingkat utilisasi maksimum dan suplai dari produksi jack up baru sangat terbatas. Kondisi ini tentu memicu kenaikan harga sewa harian jack up dengan sangat signifikan, katanya menambahkan.

Sementara itu Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B. Lomboan, menjelaskan, penandatanganan kontrak ini merupakan suatu keberhasilan besar yang didapat Perseroan, untuk mendapatkan kontrak jangka panjang beserta harga sewa harian baru yang tinggi.

"Apabila dibandingkan dengan harga sewa harian Rig Raniworo pada kontrak-kontrak sebelumnya, Raniworo saat ini berada pada posisi keuangan yang sangat menguntungkan dan kami berharap bahwa kondisi ini akan membuat Pendapatan dan marjin keuntungan Perseroan meningkat signifikan, yang secara efektif akan dibukukan pada 2007," ujarnya. (ant)

Tuesday, March 28, 2006

Saham-saham yang berpeluang untung dari proyek Cepu

Kontan --- Tender pembangunan dan pengeboran Blok Cepu belum lagi mulai. Namun, pemain saham sudah mulai bergerak memburu saham-saham yang diperkirakan bakal kecipratan rezeki Cepu. Mau ikutan?


Nada-nada sumbang langsung berkumandang begitu pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Cepu ke tangan ExxonMobil. Banyak yang kecewa berat, bahkan kesal, kok bisa-bisanya pemerintah menyerahkan pengelolaan ladang minyak yang memiliki kandungan 600 juta barel hingga 2 miliar barel itu ke tangan perusahaan Amerika. “Proyek Cepu adalah pengorbanan terbesar Indonesia untuk menarik investor asing,” cetus Mustafa Kamil, analis Philip Securities.

Tapi bursa saham punya kepentingannya sendiri. Alih-alih mengurusi soal nasionalisme yang terluka, para peternak duit –yang sebagian besar investor asing- malah sibuk menebak-nebak dan bergerilya memburu saham-saham perusahaan yang diperkirakan bakal ambil bagian dalam proyek Cepu.

“Kita memang belum tahu seberapa besar proyek tersebut, tapi yang jelas akan cukup besar. Dia akan membawa keberuntungan besar bagi beberapa perusahaan yang terlibat di dalamnya,” cetus Katarina Setiawan, Kepala Riset Kim Eng Securities.

Siapa yang bakal ketiban pulung rezeki Cepu?

Ingin ikutan menyedot rezeki Cepu dan tak mau kalah cepat dari pemain saham lain? Tentu Anda harus segera pula berburu saham-saham yang potensial.

Saham Semen Gresik merupakan salah satu yang diperkirakan bakal ketiban pulung proyek Cepu. Lokasinya yang dekat dengan Cepu membuat Gresik berpeluang menjadi pemasok semen. Silakan simak analisis saham ini di KONTAN pekan lalu (edisi 20 Maret 2006: Membangun Untung dari Saham Semen).

Pilihan lainnya adalah perusahaan kontraktor pelat merah, Adhi Karya (ADHI). “Pemerintah kan biasanya dapat jatah, dan Adhi mungkin saja kebagian proyek pembangunan jalan, irigasi, atau tata airnya,” ujar Mustafa. Analisa saham ini juga sudah kami tulis dalam KONTAN edisi 13 Maret 2006 (Mencari-cari Peraih Rapor Biru).

Di luar kedua saham ini, berikut beberapa saham lain yang menurut para analis paling layak diburu untuk mengantisipasi rezeki Cepu.

Apexindo (APEX) dan Medco (MEDC)

Anak perusahaan Medco Energi (MEDC) ini bergerak di bidang jasa pengeboran minyak, baik di lepas pantai (offshore) maupun di daratan (onshore) Tak hanya bermain di Indonesia, Apexindo juga banyak menangani proyek pengeboran minyak di negara-negara lain. Maka, tak heran jika banyak orang memperkirakan emiten bersimbol APEX ini akan kebagian order jasa pengeboran dari Blok Cepu.

Apalagi dari delapan unit onshore rigs miliknya, tahun ini Apex memang masih memiliki tiga unit onshore rigs yang belum digunakan alias idle. Ini memungkinkan bisa ikutan dalam proyek pengeboran Cepu. “Kalau spesifikasi onshore rigs kami sesuai dengan kebutuhan mereka, tentu kami akan ikut tender,” kata Ade Satari, Corporate Secretary Apexindo.

Sebuah sumber yang dekat dengan Apexindo berkata, Apexindo hampir pasti kebagian proyek pengeboran Cepu. Sebab Apex sudah meneken nota kesepakatan alias memorandum of understanding (MOU) dengan PT Petrogas Wira Jatim. Ini adalah perpanjangan tangan badan usaha milik daerah (BUMD) Jawa Timur yang mendapat sebagian dari porsi 10% saham pengelolaan Blok Cepu. “Berdasarkan MoU itu, untuk pekerjaan proyek minyak di Jawa Timur, Apexindo akan ikut mengerjakannya,” beber si sumber. “Jadi Petrogas Wira punya akses, Apexindo punya expertise.”

Di luar harapan rezeki Cepu, pertengahan Maret lalu Apex memperoleh kontrak geothermal di Gunung Salak, Jawa Barat. Kontrak dari Chevron senilai US$ 22 juta dengan tarif lebih mahal sekitar 15% ini akan mengerek pendapatan Apex tahun ini.

Prospek yang bagus inilah yang membuat para analis meperkirakan, harga saham Apex yang Senin siang 20 Maret lalu Rp 1.160 per saham berpeluang naik ke kisaran Rp 1.425-Rp 1.500 per saham.

Tak hanya Apexindo, harga saham induknya Medco Energi juga berpeluang naik. Maklum, si emak menguasai 52% saham Apex, sehingga kinerja Apex akan terkonsolidasi dalam kinerjanya tahun ini. Menurut perkiraan perusahaan sekuritas Amerika, JP Morgan, harga saham Medco berpeluang naik menjadi Rp 4.650 per saham. Artinya, ada potensi kenaikan 12,72% dari harganya pada paruh pertama perdagangan Senin 20 Maret 2006 lalu.

Bakrie & Brothers (BNBR)

Kalau Apexindo diperkirakan bakal kebagian proyek pengeboran, Bakrie & Brothers diperkirakan bakal kebagian jatah memasok pipa proyek Cepu. Maklum BNBR adalah merupakan salah satu produsen pipa untuk proyek minyak dan gas bumi yang lumayan terkenal. Beberapa perusahaan besar tercatat sebagai pelanggannya, sebut saja CNOOC, Unocal, Caltex, Exspan, Pertamina dan Perusahaan Gas Negara.

Direktur Legal dan Corporate Secretary BNBR Juliandus Tobing mengatakan, manajemen BNBR belum pernah membahas soal pipa untuk Cepu. “Tapi, secara prinsip, kalau ada peluang bisnis di bisnis infrastruktur kami akan ikut,” ujarnya.

Selain dari Cepu, Bakrie berpeluang besar memenangi tender proyek-proyek infrastruktur. Sebab, perusahaan warisan Ahmad Bakrie ini merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang lumayan besar.

Menurut Fordyanto Widjaja, analis JP Morgan Securities Indonesia, BNBR tak hanya akan bermain di infrastruktur minyak dan gas, melainkan juga dari sektor konstruksi dan sektor bahan bangunan. Maklum saja, BNBR pun terkenal sebagai salah satu produsen material bangunan besar di Indonesia, sehingga berpeluang pula memasok produknya untuk proyek infrastruktur. Makanya, Fordyanto menilai saham BNBR adalah pilihan terbaik bagi investor yang hendak ikut mencicipi rezeki proyek infrastruktur.

Di luar prospek Cepu dan infrastruktur, BNBR memiliki tiga bisnis utama yang saat ini sama-sama memberikan keuntungan. Pertama, bisnis infrastruktur yang mencakup bisnis kontraktor, pipa, material bangunan, dan komponen otomotif. Tahun lalu, dari total pendapatannya yang diperkirakan sebesar Rp 2,7 triliun, sektor infrastruktur ini menyumbang Rp 1,48 triliun.

Kedua, bisnis telekomunikasi lewat Bakrie Telecom (BTEL) dan Bakrie Communication Service. Tahun lalu, diperkirakan BTEL menyumbang Rp 362 miliar terhadap pendapatan BNBR.

Ketiga, perkebunan, lewat anak perusahaannya Bakrie Sumatera Plantation (UNSP). Tahun 2005 lalu, perkebunan sawit dan karet ini diperkirakan menyumbang Rp 891,2 miliar bagi pendapatan BNBR. Tahun ini, UNSP menargetkan pendapatannya akan naik sekitar 20%. Tingginya harga CPO dan harga karet membuat UNSP berpeluang besar mencapai target ini.

Dengan prospek secerah itu, para analis memperkirakan harga saham BNBR yang Senin siang 20 Maret lalu bertengger di Rp 175 per saham nakal terus naik. “Target harga kami Rp 225 per saham,” ramal Edwin Sebayang, analis Evergreen Kapital.

Namun, hati-hati. Saham Grup Bakrie ini mengundang banyak risiko pula. Sebut saja harga sahamnya yang sering kali bergerak aneh. “Saat kinerjanya buruk, harga sahamnya bisa naik. Eh, saat kinerjanya bagus, harganya malah saja,” cetus Martin Marpaung, analis Bali Securities.

Selain itu ada risiko proyek-proyek infrastruktur yang tadi diharapkan mendongkrak kinerjanya tersebut bisa saja tertunda. Dus, bila BNBR mengerjakan banyak proyek besar pada waktu bersamaan, kondisi keuangannya bisa mengetat akibat terbatasnya modal dan seretnya likuiditas.

Risiko lain, BNBR masih sangat bergantung pada sedikit pemasok baja. Ini membuat posisi tawarnya lebih lemah. Selain itu, jika ada apa-apa pada pemasoknya, produksi BNBR juga bakal terganggu.

Yang tak kalah penting, BNBR sangat rentan terhadap perubahan kurs. Maklum, sebagian besar aset, utang dan penghasilannya dihitung dalam mata uang dolar.

Summary: Apexindo hampir pasti kebagian proyek pengeboran Cepu. Sebab Apex sudah meneken nota kesepakatan alias memorandum of understanding (MOU) dengan PT Petrogas Wira Jatim. Ini adalah perpanjangan tangan badan usaha milik daerah (BUMD) Jawa Timur yang mendapat sebagian dari porsi 10% saham pengelolaan Blok Cepu. “Berdasarkan MoU itu, untuk pekerjaan proyek minyak di Jawa Timur, Apexindo akan ikut mengerjakannya,” beber si sumber. “Jadi Petrogas Wira punya akses, Apexindo punya expertise.”

Tuesday, March 21, 2006

Medco Akuisisi Saham Bangkanai Petroleum

Jakarta, Kompas - Penjualan Arutmin, Kaltim Prima Coal, dan IndoCoal bakal mendongkrak nilai saham Bumi Resources. Dengan nilai total penjualan mencapai tiga kali dari nilai pembelian ketiga perusahaan itu, saham Bumi Resources akan mencapai Rp 1.533 per saham.

Di pasar, sebelum dihentikan sementara perdagangannya akhir pekan lalu, saham Bumi ditransaksikan pada harga Rp 980.

Demikian penilaian Kepala Peneliti Ekuitas AAA Securities Arianto Reksoprodjo di Jakarta, Sabtu (18/3). Dijelaskan, nilai penjualan ketiga anak perusahaan yang mencapai 3,2 miliar dollar AS itu mencerminkan valuasi nilai perusahaan (enterprise value) 71 dollar AS per ton atau tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan valuasi pembelian KPC oleh Bumi pada tahun 2003 yang pada valuasi nilai perusahaan 28 dollar AS per ton.

Saat ini Bumi Resources mempunyai utang lebih kurang 586 juta dollar AS, sebanyak 480 juta dollar AS di antaranya merupakan utang secured notes yang diterbitkan oleh Indocoal Exports yang turut dijual. Dengan demikian, setelah penjualan anak perusahaan, utang Bumi Resources tersisa 106 juta dollar AS, ditambah uang kas sekitar satu juta dollar AS.

”Dengan asumsi kurs Rp Rp 9.300 per dollar AS, transaksi tersebut membuat nilai Bumi Resources menjadi Rp 1.533 per saham,” katanya.

Dalam jangka pendek, penjualan ini akan menghasilkan laba dari pos luar biasa bagi Bumi Resources sehingga membuka kemungkinan untuk pembayaran dividen yang jauh lebih besar daripada tahun sebelumnya. Namun, kata Arianto, pertanyaan yang muncul adalah sumber pendapatan apa yang akan menggantikan keduanya.

”Masa depan dari perusahaan ini akan sangat tergantung pada keputusan usaha yang akan dilakukannya setelah itu,” katanya.

Dalam pengumuman yang diedarkan, manajemen tengah menelaah kemungkinan investasi di bidang perminyakan, gas alam, mineral dan energi. Dikabarkan, perusahaan akan mengakuisisi Energi Mega Persada, yang juga dimiliki oleh grup usaha Bakrie, tetapi informasi itu dibantah oleh manajemen Bumi Resources.

Medco

Sementara itu, Medco Energi Internasional kembali mengumumkan telah menandatangani perjanjian jual beli 100 persen saham Mitra Energi Bangkanai di Bangkanai Petroleum (L) Berhad dengan nilai 3,75 juta dollar AS. Menurut Direktur Pengembangan Medco Rashid I Mangunkusumo, Bangkanai Petroleum memiliki 15 persen hak partisipasi di blok Bangkanai. ”Blok Bangkanai terletak di sepanjang daratan perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dengan luas wilayah 6.976 kilometer persegi,” katanya.

Sebagaimana diberitakan, dalam dua bulan pertama tahun ini, Medco melalui berbagai anak perusahaannya telah menandatangani berbagai transaksi akuisisi dan kontrak karya. Melalui dua anak perusahaan, Medco E&P Indonesia dan Medco E&P Lematang telah menandatangani perjanjian jual beli gas dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk jangka tujuh dan delapan tahun. Total nilai kontrak pembelian gas tersebut 627,5 juta dollar AS.

Anak perusahaan Medco Far East Limited telah memenangi kontrak jasa mengembangkan 18 lapangan di wilayah Nimr-Karim. Ladang minyak di sebelah selatan Oman ini memproduksi 18.000 barrel minyak per hari. Besarnya imbalan dan biaya yang dikeluarkan ditentukan dalam kontrak jasa. Dalam hal ini, Medco berhak atas 100 persen biaya, yang dapat digantikan sebesar 30 persen per tahun dari pendapatan kotor.

Sementara itu, anak perusahaan Medco yang bergerak di jasa pengeboran, Apexindo Pratama Duta, juga telah menandatangani sejumlah kontrak jasa, seperti pengeboran darat pada anjungan lima di Blok Jambi Merang, Sumatera Selatan, senilai 4,8 juta dollar AS berjangka setahun, perpanjangan kontrak dari Total E&P Indonesia untuk dua anjungan pengeboran lepas pantai, dengan nilai masing-masing sebesar 46,9 juta dollar AS dan 53,1 juta dollar AS. (anv)

Wednesday, March 15, 2006

Chevron Gandeng Apexindo

TEMPO Interaktif, Jakarta: Chevron Geothermal Salak Ltd menggandeng PT Apexindo Pratama Duta Tbk. untuk pekerjaan jasa pengeboran rig darat proyek panas bumi di Gunung Salak, Jawa Barat.

Kontrak itu senilai USD 21,6 juta selama dua tahun, dan dimulai awal kuartal kedua tahun ini. "Tanda tangan kontraknya tanggal 10 Maret," kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan dalam penjelasan kepada Bursa Efek Jakarta hari ini.

Menurut Agustinus, perusahaannya berharap kontribusi pendapatan Apexindo dari segmen rig darat meningkat seiring peningkatan utilisasi dan harga sewa harian.
Harga sewa harian dari kontrak itu meningkat 15 persen dibanding kontrak sejenis beberapa tahun lalu.

Apexindo raih kontrak US$22 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak pekerjaan dari Chevron Geothermal Salak Ltd untuk kegiatan pengeboran panas bumi di Gunung Salak senilai US$22 juta.

Kontrak tersebut berjangka waktu dua tahun dengan masa pekerjaan dimulai sekitar awal kuartal kedua tahun ini.

Menurut Hertriono Kartowisastro, Dirut Apexindo, perusahaan akan meningkatkan utilisasi anjungan pengeboran (rig) darat yang dioperasikan perusahaan saat ini.

"Kontrak dari Chevron senilai US$22 juta itu tentu menggembirakan, kami memperolehnya dari salah satu perusahaan multinasional terkemuka," katanya dalam siaran persnya, kemarin.

Dia menambahkan kontrak itu juga membuktikan kemampuan Apexindo untuk bersaing di pasar pemboran panas bumi yang saat ini tengah berkembang. (Bisnis/irs)

Summary: PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak pekerjaan dari Chevron Geothermal Salak Ltd untuk kegiatan pengeboran panas bumi di Gunung Salak senilai US$22 juta.

Apexindo Raih Kontrak Pengeboran Panas Bumi

Jakarta, Kompas - PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak dari Chevron Geothermal Salak Ltd untuk pengeboran panas bumi di Gunung Salak, Jawa Barat. Kontrak pekerjaan jasa pengeboran darat selama dua tahun yang dimulai awal kuartal kedua 2006 itu bernilai 22 juta dollar AS. Sebelumnya, Apexindo mendapatkan kontrak pengerjaan pengeboran berkelanjutan untuk anjungan pengeboran atau rig Raniworo tipe jack up dari Crescent Petroleum Company Inc dan Indago Oman Ltd dengan nilai kontrak sekitar 5,2 juta dollar AS.

”Kami gembira, karena Chevron merupakan salah satu perusahaan produsen energi panas bumi terkemuka di dunia dengan pengalaman lebih dari 30 tahun,” kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kartowisastro di Jakarta, Senin (13/3).

Dengan kontrak pengeboran panas bumi dari Chevron, manajemen optimistis bahwa utilisasi rig darat akan meningkat. Tingginya kegiatan eksplorasi dan produksi oleh perusahaan-perusahaan energi baik di laut dan di darat saat ini akan ikut mendorong laju permintaan jasa pengeboran. ”Kontribusi pendapatan dari segmen rig darat diharapkan akan meningkat seiring dengan optimisme peningkatan utilisasi serta kenaikan harga sewa harian. Harga sewa harian yang didapat dari kontrak ini naik sekitar 15 persen dibandingkan kontrak sejenis beberapa tahun lalu,” kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan,

Kontrak ini akan meningkatkan pendapatan Apexindo tahun ini karena rig darat itu akan mulai bekerja efektif dalam kuartal kedua tahun 2006. Dikatakan, keberhasilan mendapatkan kontrak-kontrak jangka panjang untuk rig darat yang didukung dengan harga sewa harian yang meningkat akan mendorong tingkat profitabilitas perseroan. Hal ini berpengaruh positif pada kemampuan Apexindo dalam memberikan tingkat pengembalian kepada pemegang saham yang lebih baik.

”Komitmen pemerintah untuk mengembangkan sumber-sumber energi potensial, seperti panas bumi, diharapkan akan mendorong semakin aktifnya kegiatan eksplorasi dan produksi di Indonesia,” ujar Hertriono.

Apexindo merupakan kontraktor pengeboran minyak, gas, dan panas bumi swasta dengan jumlah armada rig terbesar di Indonesia. Apexindo menyediakan jasa pengeboran di darat maupun lepas pantai dengan menggunakan sembilan rig darat dan lima rig lepas pantai. (anv)

Summary: PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan kontrak dari Chevron Geothermal Salak Ltd untuk pengeboran panas bumi di Gunung Salak, Jawa Barat. Kontrak pekerjaan jasa pengeboran darat selama dua tahun yang dimulai awal kuartal kedua 2006 itu bernilai 22 juta dollar AS. Sebelumnya, Apexindo mendapatkan kontrak pengerjaan pengeboran berkelanjutan untuk anjungan pengeboran atau rig Raniworo tipe jack up dari Crescent Petroleum Company Inc dan Indago Oman Ltd dengan nilai kontrak sekitar 5,2 juta dollar AS.

Apexindo Peroleh Kontrak Geothermal dari Chevron

JAKARTA, Investor Daily - PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) mendapatkan kontrak senilai US$ 22 juta untuk pekerjaan jasa pemboran darat dari Chevron Geothermal Salak Ltd (Chevron), selama dua tahun.

"Perseroan merasa gembira mendapat­kan kepercayaan dari Chevron yang meru­pakan salah satu perusahaan produsen energi panas bumi terkemuka di dunia. Hal ini membuktikan kemampuan Apexindo untuk bersaing di pasar pemboran panas bumi yang tengah berkembang," kata Direktur Utama Apexindo Hertriono Kar­towisastro dalam keterangan tertulis yang diterima Investor Daily, Senin (13/3).

Hal ini, kata dia, sejalan dengan strategi Perseroan untuk fokus pada klien-klien yang memiliki cadangan besar dan senantiasa berusaha mendapatkan kon­trak-kontrak jangka panjang.

Didapatkannya kontrak pemboran pa­nas bumi dari Chevron, menurut Hertri­ono, Perseroan optimis bahwa utilisasi rig darat akan meningkat. "Komitmen pe­merintah untuk mengembangkan sum­ber-sumber energi potensial seperti panas bumi diharapkan akan mendorong sema­kin aktifnya kegiatan eksplorasi dan pro­duksi di Indonesia. Hal ini secara langsung akan berdampak positif terhadap industri pemboran nasional, dan membuka ke­sempatan bagi Apexindo untuk turut ber­partisipasi, " papar dia.

Perseroan selalu berupaya untuk me­maksimalkan kinerja armadanya dengan berpartisipasi pada tender-tender yang diadakan oleh klien. Menurut dia, tinggi­nya kegiatan eksplorasi dan produksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan energi baik di laut dan di darat, akan ikut mendorong tingkat permintaan akan jasa pemboran.

"Kontribusi pendapatan dari segmen rig darat diharapkan akan meningkat seiring dengan optimisme peningkatan utilisasi serta kenaikan harga sewa harian," kata dia.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan, harga sewa harian yang didapat dari kontrak ini meningkat sekitar 15% dibandingkan dengan kontrak sejenis beberapa tahun lalu. "Kontrak ini akan meningkatkan pendapatan Perseroan dalam tahun ini karena rig darat tersebut akan bekerja secara efektif dalam kuartal kedua tahun 2006,” kata Agustinus.

Keberhasilan Apexindo mendapatkan kontrak-kontrak jangka panjang untuk rig darat yang didukung dengan harga sewa harian yang meningkat akan mendorong tingkat profitabilitas Perseroan. Hal ini, kata Agustinus berpengaruh positif terhadap kemampuan Perseroan memberikan tingkat pengembalian kepada pemegang saham lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

PT Apexindo Pratama Duta Tbk, merupakan kontraktor pemboran minyak, gas dan panas bumi swasta nasional dengan jumlah armada rig terbesar. Apexindo menyediakan jasa pengeboran baik di darat maupun lepas pantai melalui sembilan rig darat dan lima rig lepas pantai. Apexindo juga merupakan kontraktor pemboran minyak, gas dan panas bumi satu-satunya dan pertama yang tercatat di bursa efek Jakarta. (es)

Wednesday, March 1, 2006

SeaDrill Report Fourth Quarter Results

Rigzone.com, SeaDrill Limited 3/1/2006 --- SeaDrill reports an operating loss of $5.8 million and a net income of $1.1 million for the quarter ended December 31, 2005.

Revenues increased as a function of higher day rate for Ekha and higher day rates and utilization for - SeaDrill 6 and Crystal Ocean.

Vessel and rigs operating expenses increased in the fourth quarter to $15.9 million as compared to $4.2 million in the third quarter. The increase was due to SeaDrill 6 commenced its operations and SeaDrill 7 completed its upgrading in Brownsville and was mobilized to West Africa. Administrative costs were $2.7 million this quarter compared to $0.9 million in the third quarter reflecting the costs incurred in building up the SeaDrill organization in Singapore.

The results for the third quarter have been restated to reflect the change of accounting treatment for the investment in Ocean Rig ASA ("Ocean Rig") and the capitalization of interest expense. The investment in Ocean Rig was equity accounted for in the third quarter which resulted in a share of net loss of $5.7 million. The Company has reviewed its accounting treatment and concluded it is more appropriate to account for it as an investment in available-for-sale marketable securities as the investment was more an opportunistic holding. The investment was subsequently disposed of in January 2006. The unrealized holding gain on investment in Ocean Rig of $81.7 million was accounted for in other comprehensive income at December 31, 2005. The realized gain of 79.9 million will be recorded in the first quarter of 2006. Interest expenses of $5.9 million incurred on the Company's various loans from inception to December 31, 2005 were capitalized as part of the construction costs on newbuildings in accordance with US GAAP.

In addition, the fourth quarter's results have been positively impacted by the Company's share of preliminary results of $3.0 million of its 33.05% investment in PT Apexindo Pratama Duta Tbk ("Apexindo") and share of results of $0.1 million of its 40.08% investment in Mosvold. The contribution from Apexindo may be subject to change as a result of finalization of the accounting treatment of its cross currency swap transactions. In December 2005, SeaDrill entered into a share swap transaction on 2,107,600 Smedvig ASA ("Smedvig") shares with no right to the physical delivery of the shares. The swap was, in accordance with US GAAP, accounted for as a derivative and resulted in positive contribution of $5.3 million based on market to market revaluation.

The Company reports an operating loss of $11.2 million and a net loss of $2.6 million for the period from inception through December 31, 2005.

Earning per share for the quarter was $0.01 and loss per share from inception to December 31, 2005 was $0.01 respectively.

The financial information presented herein is unaudited and is prepared in accordance with U.S. generally accepted accounting principles.