Tuesday, August 1, 2006

Tiga Investor Asing Minati Saham Apexindo

Jakarta, detik.com - Tiga investor asing berminat membeli saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), anak usaha milik PT Medco Energi Internasional. Dua diantara investor itu berasal dari Cina dan satu dari India.

"Saat ini sedang menghitung angka penawaran mana yang menarik," kata Investor Relation Medco, Nusky Suyono, disela acara publik ekspose Medco dalam Indonesia Investor Forum di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (1/8/2006).

Medco menguasai 51,87 persen saham di Apexindo, anak usahanya yang bergerak di sektor jasa pengeboran.

Sementara Direktur Keuangan Medco, Cyril Noerhadi mengatakan, jika penjualan seluruh saham Medco di Apexindo jadi dilakukan, maka perseron akan melakukan tender offer karena jumlah transaksi akan sangat material.

Namun menurut Cyril, industri pemboran saat ini sedang bagus-bagusnya, sehingga perseroan tidak terlalu terburu-buru untuk menjualnya sambil menunggu penawaran tertinggi yang masuk.

"Deadline-nya tidak ada, kita tidak ingin jual tapi ada yang mau beli, kalau harganya sangat tinggi kita lepas," ungkap Cyril.

Cyril memastikan, pelepasan anak usaha tersebut tidak akan mempengaruhi kinerja Medco, karena kedua perusahaan memiliki bisnis yang berbeda.

Medco bergerak di eksplorasi dan produksi migas, sedangkan Apexindo di jasa pengeboran (driling).

(ir)

Laba Bersih Gudang Garam Turun

Jakarta, Kompas - Laba bersih PT Gudang Garam Tbk pada semester I tahun ini turun sekitar 50 persen dari Rp 1,070 triliun pada semester I tahun 2005 menjadi Rp 545 miliar.

Anjloknya laba akibat peningkatan biaya pokok penjualan. "Biaya pokok penjualan timbul akibat meningkatnya beban cukai dan pajak pertambahan nilai akibat kenaikan cukai bulan Juli 2005 dan April 2006," kata Direktur yang juga Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman, dalam pemaparan kepada publik di Indonesia Investor Forum, Senin (31/7) di Jakarta.

Secara keseluruhan produksi industri rokok keretek pada paruh pertama tahun 2006 ini mengalami penurunan 12 persen. Ini seiring dengan penurunan penjualan akibat berkurangnya daya beli yang dipicu kenaikan harga jual eceran serta harga bahan bakar minyak.

Pada semester I tahun 2005 volume produksi rokok keretek baik tangan maupun mesin sebesar 108,3 miliar batang. Sementara pada semester I tahun 2006, produksi menjadi 94,8 miliar batang.

"Untuk enam bulan ke depan, kondisi penjualan rokok keretek masih akan sangat bergantung pada membaiknya daya beli masyarakat. Saya harap tidak akan turun sebesar 12 persen lagi. Setidaknya bisa sama dengan angka 2005 sebesar 207 miliar batang," ungkap Heru Budiman.

Menurut Heru, hampir semua produsen rokok mengalami penurunan volume penjualan pada semester pertama ini, kecuali untuk PT HM Sampoerna Tbk.

Semua pangsa pasar perusahaan pada semester I 2006 memang mengalami penurunan, kecuali Sampoerna. Gudang Garam mengalami penurunan pangsa pasar dari 31 persen di semester I 2005 menjadi 29,5 persen pada semester I 2006.

Pangsa pasar Djarum menurun dari 18,7 persen pada semester I 2005 menjadi 17,4 persen pada semester ini. Merek rokok lain turun dari 21,6 persen pada tahun lalu menjadi 21,2 persen. Hanya Sampoerna yang mengalami peningkatan dari 16 persen pada tahun lalu menjadi 18,9 persen.

Sementara itu PT Apexindo Pratama Duta Tbk pada semester I tahun 2006 berhasil membukukan laba bersih yang meningkat 364,1 persen, dari rugi bersih Rp 72,5 miliar pada semester I 2005, menjadi laba bersih Rp 191,5 miliar.

"Peningkatan laba bersih ini terutama dipicu oleh pertumbuhan pendapatan yang meyakinkan, ditunjang dengan kemampuan Apexindo untuk terus melakukan efisiensi biaya serta keberhasilan menekan distorsi pada laporan laba rugi," kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan.

Pendapatan perseroan pada semester I tahun ini naik dari Rp 490,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 634,3 miliar.

Kontribusi pendapatan dari segmen rig darat naik 85,5 persen menjadi Rp 193,9 miliar dibandingkan Rp 104,5 miliar pada tahun sebelumnya.

Peningkatan pendapatan tersebut , ujar Agustinus, dipicu oleh keberhasilan Apexindo dalam mendapatkan beberapa kontrak baru dengan peningkatan harga sewa harian. (TAV/OIN/DAY)

Apexindo optimistis raih laba US$20 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk optimistis dapat mencapai laba bersih US$20 juta hingga akhir tahun ini dengan kenaikan pendapatan sebesar 20% dibandingkan tahun lalu.

Pertumbuhan kinerja Apexindo itu akan berlanjut karena beberapa rig seperti rig lima, delapan, dan dua akan memberikan tambahan pendapatan pada semester kedua.

"Pendapatan Apexindo tahun ini diperkirakan mencapai US$125 juta-US$130 juta dibandingkan tahun lalu US$116 juta," tutur Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan, kemarin.

Pada semester pertama tahun ini, laba bersih Apexindo mencapai Rp191,48 miliar dibandingkan dengan rugi bersih Rp72,51 miliar.

Tanpa menyertakan adanya transaksi swap, katanya, laba bersih dari operasi Apexindo mencapai sekitar Rp121 miliar. "Kalau angka itu disetahunkan, paling tidak kami membukukan laba bersih Rp242 miliar tahun ini."

Pada semester satu 2006, anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk itu membukukan kenaikan pendapatan 29,4% menjadi Rp634,25 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp490,32 miliar.

Kenaikan itu disebabkan peningkatan sumbangan pendapatan dari segmen rig darat sebesar 85,5% menjadi Rp193,9 miliar dibandingkan Rp104,5 miliar.

Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi emiten pengeboran itu juga meningkat 42,8% menjadi Rp278,28 miliar pada semester pertama 2006 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp194,85 miliar.

Laba usaha Apexindo meroket 78,4% menjadi Rp190,55 miliar pada semester pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp106,83 miliar.

Tahun ini, tutur Agustinus, Apexindo menganggarkan belanja modal US$142 juta di mana US$22 juta untuk pemeliharaan rig dan selebihnya untuk membayar pembangunan rig Soehanah yang sebagian sudah dilunasi sebesar US$30 juta.

Pinjaman sindikasi

Apexindo mendapatkan pinjaman sindikasi US$120 juta dari Natexis, Standard Chartered Bank, UOB Singapura, Goldman Sachs, dan PMA, manager investasi Hong Kong.

"Mudah-mudahan kesepakatan pinjaman itu dapat ditandatangani bulan ini sehingga Januari tahun depan dapat digunakan oleh Apexindo," tuturnya.

Rasio utang berbunga bersih dibandingkan ekuitas Apexindo menurun menjadi 0,3 kali. Perusahaan itu dapat meningkatkan likuiditas seiring dengan peningkatan kas dan setara kas secara signifikan sebesar 134,6% menjadi Rp292,4 miliar karena kenaikan kinerja.

Kemampuan Apexindo dapat membayar bunga juga meningkat yang tercermin pada interest coverage menjadi 10,8 kali.

Oleh Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia