Friday, May 16, 2008

Medco butuh US$1,3 miliar untuk tujuh proyek utama

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk membutuhkan dana investasi sebesar US$1,3 miliar untuk mengembangkan tujuh proyek pengembangan utama dalam tiga tahun ke depan.

Komisaris Utama Medco Hilmi Panigoro mengatakan kebutuhan dana tersebut akan ditutup dari gabungan ekuitas dan pendanaan proyek, yang berasal dari mitra strategis. Medco memang kerap menggandeng mitra strategis dalam mengembangkan bisnisnya.

Tujuh proyek yang dimaksud adalah pengembangan proyek LNG Senoro-Toili, Sulawesi Tengah; realisasi gas di Blok A, Nanggroe Aceh Darussalam; realisasi gas di Lematang, Sumatra Selatan, serta pengembangan minyak dan gas ikutan di Blok 47, Libia.

Selain itu, ada pula proyek enhanced oil recovery di Rimau, Sumatra Selatan; pengembangan proyek panas bumi Sarulla, Sumatra Utara, dan pengoperasian kilang etanol di Lampung.

"Untuk ketujuh proyek itu dalam tiga tahun ke depan kami membutuhkan dana US$1,3 miliar. [Sumbernya] gabungan antara internal dan project financing, dengan porsi 30% ekuitas dan pendanaan 70%," tuturnya kepada pers seusai rapat umum pemegang saham tahunan dan luar biasa (RUPST & LB) Medco, kemarin.

Rapat tersebut menyetujui pengunduran diri Hilmi dari jabatannya sebagai direktur utama perseroan, untuk kemudian menempati posisi sebagai komisaris utama. Sebagai gantinya, direktur utama kini dijabat oleh Darmoyo Doyoatmojo.

Selain itu, kakak tertua Hilmi, yakni Arifin M. Panigoro bersama dengan Sudono N.S. juga mengundurkan diri dari dewan komisaris. Rashid I. Mangunkusumo juga mundur dari jajaran direksi.

Hal ini karena perseroan kini mempunyai kebijakan baru untuk membatasi usia anggota dewan direksi sampai 60 tahun dan 70 tahun untuk posisi di dewan komisaris perusahaan.

Meskipun batasan umur itu tidak menjadi kendala bagi Hilmi, dia mundur dengan alasan peningkatan standar tata kelola perusahaan yang baik. "Saya ingin direksi lebih independen, bukan terdiri dari pemegang saham pengendali," ujar Hilmi.

Beli kembali

Rapat juga menyetujui rencana Medco untuk membeli kembali sebanyak 3,29% saham perseroan di pasar dengan batas harga Rp9.000 per saham, dan total cadangan dana US$80 juta.

Dalam kesempatan itu, Dirut Medco Darmoyo Doyoatmojo mengatakan pemegang saham memutuskan untuk tidak membagikan dividen karena perolehan laba tahun lalu relatif kecil, yakni US$6,5 juta dibandingkan dengan pembukukan 2006 sebesar US$38,2 juta.

Perseroan juga tidak lagi memakai jasa penasihat keuangan dalam proses divestasi PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

"Sebagai dampak dari krisis keuangan yang terjadi baru-baru ini, kini kami tidak melakukan formal auction [penawaran resmi], tapi menjual langsung," katanya.

Dia menilai kebutuhan investasi Apexindo pada masa datang akan menjadi tanggung jawab pemilik barunya nanti, jika unit pengeboran migas itu berhasil dilego.

Sebelumnya, Apexindo mengatakan membutuhkan dana sebesar US$450 juta untuk menambah dua rig baru guna menopang pertumbuhan.

Harga saham Medco ditutup turun Rp150 atau 3% menjadi Rp4.850 pada perdagangan kemarin. Saham Apexindo bahkan tergerus lebih dalam sebesar 4,94% atau Rp100 menjadi Rp1.925.

Yani Panigoro, Direktur Medco Group sekaligus Komisaris Medco, mengatakan Medco Holding ingin menginvestasikan US$50 juta dalam rangka ekspansi seperti mengembangkan unit usaha pertambangan dan perkebunan.

Medco Agro, katanya, dapat mengakuisisi lahan hingga 1 juta ha dari saat ini 200.000 ha di Papua. Medco Mining juga membelanjakan US$10 juta untuk membeli kuasa pertambangan batu bara dan besi di Sumatra dan Kalimantan. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari

Bisnis Indonesia