Thursday, October 27, 2005

Apexindo patok laba US$110 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk tahun ini mematok pendapatan mencapai US$110 juta (setara dengan Rp1,1 triliun) atau sedikit lebih kecil ketimbang perolehan tahun lalu sebesar US$113 juta (Rp1,13 triliun, asumsi US$1=Rp10.000).

Direktur Keuangan Apexindo Agus Lomboan mengatakan penurunan laba itu terjadi karena tidak maksimalnya utilisasi rig yang dimiliki pada tahun ini karena sejumlah perbaikan.

"Tahun lalu utilisasi rig perusahaan mencapai 54%. Hingga saat ini diperkirakan hanya 46% dan menjadi 50% pada akhir tahun," katanya.

Namun, dari sisi perolehan keuntungan, perseroan pada tahun ini bakal membukukan laba bersih positif. Hal itu terjadi karena berkurangnya risiko rugi kurs yang diderita perusahaan setelah depresiasi nilai tukar rupiah.

Apexindo memperkirakan laba bersih perseroan pada akhir tahun akan mencapai kisaran Rp30 miliar. Sementara perolehan pada tahun lalu masih rugi bersih sebesar Rp28 miliar.

Menyinggung kinerja hingga Desember, dia memaparkan pendapatan perusahaan diperkirakan mencapai Rp800 miliar atau lebih bagus ketimbang periode yang sama 2004 senilai Rp700 miliar.

Sedangkan perkiraan laba bersih emiten itu diperkirakan mencapai Rp3 miliar hingga Rp4 miliar ketimbang rugi bersih Rp24 miliar.

Guna mengenjot pertumbuhan pendapatan, perusahaan saat ini masih memiliki kontrak kerjasama senilai US$120 juta untuk kategori back up selama tiga tahun.

Baru-baru ini dalam penjelasannya ke BEJ, Apexindo menandatangani kontrak pengeboran baru senilai US$1,99 juta dengan PT Medco E&P Indonesia.

Kontrak pengeboran itu dilakukan untuk pekerjaan pengeboran darat yang dikerjakan oleh Rig 14 yang berlokasi di blok Kaji, Sumatra Selatan.

Saham baru

Menyinggung hasil penerbitan saham baru, dia mengungkapkan prosesnya telah rampung. Perseroan telah mengalokasikan hasil emisi sahambaru itu untuk melunasi kewajiban kepada Medco Energi Finance Overseas.

Menurut Ade Saftari, Sekretaris Perusahaan, kini Apexindo mengalokasikan seluruh dana hasil penerbitan saham baru senilai Rp460 miliar.

Dengan pelunasan utang ini rasio utang perusahaan terhadap modal menjadi berkurang.

"Rasio utang terhadap ekuitas kami kini di bawah 100%. Ini terjadi setelah peningkatan modal dan pelunasan kewajiban kepada perusahaan afiliasi Medco Energi Finance Overseas. Rasio utang kami tinggal 50%," katanya.

Oleh Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

Apexindo Targetkan Laba Bersih Rp 30 Miliar

JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Duta Perkasa Tbk menargetkan laba bersih tahun 2005 sebesar Rp 30 miliar, atau naik drastis dibanding tahun lalu yang masih merugi senilai Rp 31,88 miliar.

Direktur Keuangan Apexindo Pratama Duta Agustinus B. Lomboan mengatakan, membaiknya kinerja perusahaan tahun 2005 disebabkan kerugian selisih kurs dolar AS (forex loss) dapat dikurangi. Karena utang perusahaan dalam dolar AS terus turun. "Selain itu, sejak September-hingga Desember 2005, perusahaan sudah mampu menutupi kerugian selisih kurs. Sehingga kinerja perseroan makin membaik," ujarnya saat berbuka puasa di Jakarta, Selasa (25/10).

Agustinus optimisis, target itu bisa tercapai hingga akhir tahun ini sebab laba bersih hingga September 2005 sudah mendekati Rp 5 miliar. Dia menambahkan, total penjualan tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp 800 miliar atau meningkat dibanding Rp 700 miliar tahun sebelumnya.

“Dengan adanya right issue sebesar Rp 460, 68 miliar belum lama, utang kepada induk perusahaan juga berkurang. Dengan demikian, kinerja perusahaan tahun ini dan tahun mendatang akan jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Menurut dia, hingga September 2005, jumlah utang perusahaan mencapai sekitar US$99 juta terdiri atas utang obligasi US$73 juta, pinjaman kredit BCA US$15 juta dan sisa utang kepada MEFO sebesar US$11 juta. Sedangkan total ekuitas mencapai US$180 juta. Sehingga rasio utang terhadap ekuitas (DER) adalah 0,5 kali. Sebelum pembagian utang di atas dibayarkan, DER perseroan tercatat 1,3 kali.

Selain itu, lanjut dia, nilai kontrak dengan perusahaan minyak asing terus meningkat tahun ini dan tahun depan. “Sisa kontrak tahun 2005 masih tersisa US$120 juta dan tahun 2006 sudah diteken senilai US$90 juta. Artinya, untuk dua tahun ke depan, kami cukup aman dan tinggal mencari kontrak baru lagi,” katanya.

Perseroan bergerak di bidang jasa penyewaan rig darat dan lepas pantai. Apexindo memiliki 12 unit rig dan tingkat penggunaannya baru mencapai 50% dan diperkirakan naik menjadi 60% tahun depan.

Jasa kontrak rig lepas pantai memberikan kontribusi sebesar 75% dan sisanya rig darat. Menurut dia, margin keuntungan terbesar berasal dari rig lepas pantai karena semua biaya bisan diperhitungkan. Sebaliknya, biaya penyewaan rig darat sulit diprediksi, apalagi lokasi proyek itu berasal di luar Pulau Jawa. (c77/kp)

Saham Apexindo Bergerak Sideways

Jakarta, Investor Daily --- Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) diperkirakan bergerak mendatar (sideways) pada perdagangan jangka pendek. Arah mendatar pada saham sektor pertambangan tersebut terbaca dari sisi teknis.

Ini melanjutkan posisi serupa pada penutupan perdagangan kemarin (Selasa, 25/10) yang ditutup stagnan, kata analis PT Danasakti Securities Arief Budisatria kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (25/10).

Pada perdagangan kemarin, saham APEX ditutup stagnan di level Rp 730. Saham perusahaan di sektor minyak dan gas itu ditransaksikan hanya 4 kali, dengan volume transaksi sebanyak 75.000 unit saham senilai Rp 54,75 juta.

Menurut Arief, secara teknis saham Apexindo Pratama masih bergerak pada posisi yang sama untuk jangka pendek dan hal itu terjadi sejak 20 Oktober 2005. Arah mendatar itu terbaca dari indikator stochastic oscillator dan moving average convergence divergence (MACD) kata Arief.

Dia mengatakan, pergerakan sideways saham APEX juga didukung volume transaksi yang relatif kecil sejak awal Oktober. Jadi, hal itu pula yang menyebabkan para investor kesulitan untuk trading pada saham ini,” ujarnya.

Kendati demikian, kata Arief, secara fundamental saham Apexindo Pratama masih menjanjikan, karena kinerja perusahaan diperkirakan kembali positif tahun ini. Laba bersih perseroan selama 2004 tercatat minus Rp 27,1 miliar dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 52,7 miliar. Tahun ini, laba bersih perseroan diprediksi mencapai Rp 3,06 miliar, karena pada semester pertama sudah terbukukan Rp 1,53 miliar, kata dia.

Arief menambahkan, pertumbuhan earning per share (EPS) saham APEX diperkirakan juga bergerak positif menjadi Rp 2 dari tahun sebelumnya yang minus Rp 15. Namun, valuasi saham APEX cukup mahal dibanding emiten sejenis, karena price to earning ratio (PER) mencapai 730 kali, dengan price to book value (PBV) 1,72 kali. Sedangkan PER MEDC (Medco Energi Internasional) hanya 12,6 kali dan PBV 2,35 kali, jelasnya.

Sedangkan analis PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil mengatakan, dari sisi teknis saham APEX berpeluang koreksi pada perdagangan jangka pendek. Sebab, indikator stochastic oscillator belum menunjukkan arah yang positif. Apalagi, saham ini kurang efektif di pasar, ujarnya.

Mustafa menambahkan, indikator teknis lain seperti relative strength index (RSI) untuk 21 hari juga menunjukkan saham Apexindo berpotensi terkoreksi. Market yang cenderung sepi transaksi turut menjadi sentimen negatif untuk saham ini, tambah dia.

Utang Berkurang

Sementara itu, manajemen Apexindo Pratama Duta mengatakan, utang perseroan semakin berkurang dari tahun ke tahun, seiring penerbitan obligasi (bond) dan pelaksanaan penawaran saham terbatas (rights issue).

Jadi, utang kita dari waktu ke waktu semakin mengecil, kata Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R Satari kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (26/10).

Menurut Ade, penerbitan obligasi syariah ijarah Apexindo I tahun 2005 pada awal tahun ini, yaitu obligasi dengan jangka waktu 5 tahun berjumlah sebanyak-banyaknya Rp 750 miliar, dan sebanyak-banyaknya Rp 150 miliar diterbitkan dalam bentuk obligasi syariah ijarah bertujuan untuk melunasi sejumlah utang perseroan. Begitu juga pelaksanaan rights issue I tahun 2005 yang berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 460,68 miliar. Itu kita gunakan pula untuk membayar utang, jelasnya.

Ade menjelaskan, saat ini sisa utang perseroan jasa pengeboran minyak dan gas tersebut tinggal sekitar US$ 99 juta yang statusnya sebagai utang berbunga. Jadi, sisanya itu adalah US$ 73 juta utang obligasi rupiah, US$ 15 juta fasilitas kredit dari BCA, dan US$ 11 juta pada Medco Energi Finance Overseas BV (MEFO), ujarnya.

Dia menegaskan, dengan neraca keuangan yang lebih sehat akan memberikan ruang bagi perseroan untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan baru guna mendukung rencana ekspansi perseroan ke depan. Di samping itu, penurunan utang perseroan yang signifikan akan mengurangi beban bunga yang harus dibayarkan, sehingga akan berdampak positif pada laba bersih perseroan, tambah Ade.

Rekomendasi

Arief merekomendasikan buy on support saham APEX bagi investor jangka pendek, menengah maupun panjang. Support saham ini pada level Rp 700 dan resistance Rp 840, ujarnya.

Sedangkan Mustafa merekomendasikan wait and see pada saham minyak dan gas tersebut dalam jangka pendek. Tapi untuk menengah dan panjang, dia menyarankan buy on weakness. Support-nya di level Rp 625 dan resistance pada Rp 750, jelasnya. (asp)

Apexindo Pratama

Jakarta, Media Indonesia --- Sementara itu, penyedia jasa pertambangan PT Apexindo Pratama Duta Tbk memproyeksikan membukukan laba Rp30 miliar akhir tahun ini setelah tahun lalu mengalami kerugian.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan mengatakan kenaikan harga BBM relatif tidak berdampak terhadap kebutuhan biaya bahan bakar perseroan. Sebab, sebagian besar bahan bakar yang diperlukan perseroan disediakan oleh pengguna jasa Apexindo.

''Dampaknya yang kelihatan adalah pada biaya pengangkutan karena tarif jasa freight (pengangkutan) semua naik. Kalau dihitung, mungkin dampak ke biaya operasional sekitar 5%-10%,'' ungkap Agustinus.

Dia mengatakan dampak naiknya tarif pengangkutan telah diatasi dengan kebijakan Apexindo menaikkan tarif jasa pengeboran dan jasa pertambangan lainnya. Rata-rata kenaikan tarif jasa Apexindo berkisar antara 20%-25%.

Dengan mulai optimalnya penggunaan aset-aset modal kerja, dia optimistis target laba bersih Rp30 miliar tahun ini terpenuhi. Apalagi, mulai tahun ini kerugian yang disebabkan depresiasi rupiah pada 2003-2004 dapat dihentikan. (Ndy/S-3)