Monday, July 30, 2007

Seadrill tepis soal kuasai Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Chief Operating Officer Seadrill Ltd. Alf Thorkildsen menepis laporan yang menyebutkan telah mengajukan penawaran pembelian saham di unit usaha jasa pengeboran milik PT Medco Energi Internasional Tbk., PT Apexindo Pratama Duta.

Bahkan, seperti dikutip Bloomberg, Thorkildsen enggan menjawab kemungkinan pihaknya membeli saham itu di masa mendatang.

Seperti dilaporkan harian ini, pendiri kelompok Medco Arifin Panigoro mengatakan Seadrill berminat untuk membeli saham Medco di Apexindo. Bahkan, perusahaan penyedia rig minyak asal Norwegia itu disebutnya telah memasukkan penawaran. (Bisnis/raf)

Friday, July 27, 2007

Apexindo mungkin dijual ke SeaDrill

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk kemungkinan menjual porsi kepemilikan sahamnya di unit usaha jasa pengeboran migas PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada mitra terdekat SeaDrill Ltd.

"SeaDrill memang menyatakan minatnya membeli saham itu. Mereka sudah melakukan penawaran," kata pendiri Medco Arifin Panigoro, kemarin.

Namun, kata Arifin, kondisi harga minyak yang tinggi membuat proses itu masih tertahan. "Sebelumnya kami sudah hampir sepakat. Tetapi harga minyak kemudian naik, jadi Medco sulit bergerak karena menunggu harga minyak turun dulu."

SeaDrill, yang dikendalikan oleh konglomerat Norwegia John Fredriksen, kini memiliki 32% saham Apexindo, sedangkan Medco menguasai 52% saham anak perusahaan itu.

Dua eksekutif yang mendengar soal transaksi itu mengatakan nilai 100% saham Apexindo dapat mencapai US$700 juta. Namun, dengan kondisi sewa rig yang bagus saat ini, Medco berpeluang besar mendapatkan harga US$850 juta.

Dengan asumsi US$700 juta dan 52% saham Apexindo dilepas seluruhnya, Medco bakal mengantongi dana segar US$364 juta.

Medco pada Agustus tahun lalu sempat menolak tawaran perusahaan asal India dan China untuk membeli sahamnya di Apexindo. Manajemen Medco beralasan perusahaannya akan sulit mengamankan rig di masa datang, tatkala persaingan menaikkan tingkat penyewaan alat pengeboran itu dan ketidakcocokan soal harga.

Sejak adanya pembicaraan dengan calon pembeli Apexindo seperti Aban Loyd Chiles Offshore Ltd dari India dan China Oilfield Services Ltd berakhir, harga saham Apexindo langsung melesat 50,6%. Kenaikan harga itu mendongkrak kapitalisasi pasar Apexindo Rp1,9 triliun menjadi Rp6,19 triliun.

Harga saham Medco kemarin terkoreksi ke Rp4.400 setelah menyentuh Rp4.500 pada penutupan hari sebelumnya, sedangkan harga saham Apexindo kemarin ditutup melemah ke Rp2.275 dari Rp2.350 per saham.

Sementara itu, Arifin mengakui adanya pembicaraan dengan korporasi Jepang Mitsubishi untuk membeli 20% saham Encore Limited, induk Medco.

Eksekutif tadi menambahkan kemungkinan besar Mitsubishi membeli 20% saham Encore senilai US$350 juta.

Rampung sebulan

Menurut Arifin, proses pengalihan saham itu kemungkinan rampung dalam waktu sebulan. "Tunggu sebulan prosesnya selesai."

Dana dari penjualan saham Encore, akan dimanfaatkan keluarga Panigoro untuk membiayai kembali utangnya US$200 juta yang sebelumnya digunakan membeli seluruh saham New Link dari PTTEP Offshore Investment Limited dan Credit Suisse First Boston. Semula, PTTEP memiliki 40% saham New Link dan Credit Suisse menguasai 19,9% saham.

Waktu itu, Medco dimiliki oleh New Link 85,5%, 6,8% saham dalam portepel perseroan, dan publik memegang 7,7% saham. Pemegang saham Medco saat ini adalah Encore secara langsung 50,7%, publik 41,69%, pendiri 0,91%, dan saham dalam portepel 6,7%.

Dalam riset yang dirilis Credit Suisse pada 20 Juli disebutkan broker asing itu mendongkrak rekomendasinya terhadap saham Medco menjadi outperform dengan target harga Rp4.550, hampir tercapai.

Sekuritas asing itu memprediksi pendapatan Medco mencapai US$863,7 juta tahun ini, naik menjadi US$941,3 juta tahun depan, dan US$946,8 juta pada 2009. Laba bersih emiten migas tersebut tahun ini diperkirakan mencapai US$73,4 juta, US$73,6 juta tahun depan, dan US$135,9 juta pada 2009. (rudi.ariffianto@bisnis. co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Rudi Ariffianto & Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia

Seadrill bantah tawar Apexindo

oleh : Rudi Ariffianto

JAKARTA, Bisnis Indonesia Online: Chief Operating Officer Seadrill Ltd. Alf Thorkildsen menepis laporan yang menyebutkan telah mengajukan penawaran pembelian saham di unit usaha jasa pengeboran milik PT Medco Energi Internasional Tbk., PT Apexindo Pratama Duta.

Seperti dikutip Bloomberg, Thorkildsen enggan menjawab kemungkinan pihaknya membeli saham itu di masa mendatang.

Pendiri kelompok Medco Arifin Panigoro mengatakan Seadrill berminat untuk membeli saham Medco di Apexindo. Perusahaan penyedia rig minyak asal Norwegia itu disebutnya telah memasukkan penawaran.

“Seadrill memang menyatakan minatnya membeli saham itu. Mereka sudah melakukan penawaran,” kata Arifin.

Dia mengatakan pada mulanya kedua perusahaan hampir terjadi kesepakatan. Namun, hal itu tertahan pascakenaikan harga minyak, yang disebutnya menyebabkan Medco sulit bergerak. Arifin juga mengatakan Apexindo akan dilego dengan harga premium.

SeaDrill yang dikendalikan oleh konglomerat Norwegia John Fredriksen saat ini mengendalikan 32% saham Apexindo. Medco sendiri menguasai 52% saham di perusahaan itu.

Medco pada Agustus tahun lalu sempat menolak tawaran perusahaan asal India dan China untuk membeli sahamnya di Apexindo. Manajemen Medco beralasan perusahaannya akan sulit mengamankan rig, tatkala persaingan menaikkan tingkat penyewaan alat pengeboran itu dan soal kecocokan harga.

Pada 20 Juli Hilmi menyatakan membuka peluang penjualan 52% sahamnya di Apexindo karena alasan tingginya biaya sewa rig, yang naik tiga kali lipa sejak 2004 dan merupakan yang tertinggi. Saham Apexindo akan dilepas bila ada penawaran yang cocok.

“Kalau ada penawaran yang cocok, saya akan mempertimbangkan untuk menjual saham Apexindo,” tuturnya.

Sejak adanya pembicaraan dengan calon pembeli Apexindo seperti Aban Loyd Chiles Offshore Ltd dari India dan China Oilfield Services Ltd berakhir, harga saham Apexindo langsung melesat 50,6%. Kenaikan harga itu mendongkrak kapitalisasi pasar Apexindo Rp1,9 triliun menjadi Rp6,19 triliun. (ln)

Wednesday, July 25, 2007

Mitsubishi segera miliki induk Medco

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Korporasi raksasa Jepang Mitsubishi kemungkinan besar memenangi tender divestasi 20% saham induk PT Medco Energi Internasional Tbk, Encore Limited, yang kini dikuasai keluarga Panigoro.

Perusahaan Jepang itu menyisihkan Aabar Petroleum Investments Company dari Abu Dhabi yang mengundurkan diri, membeli 20% saham Encore senilai US$350 juta.

"Kemungkinan besar Mitsubishi yang mendapatkan saham Encore karena Aabar Petroleum mengundurkan diri akibat ketidakcocokan data teknis," tutur dua eksekutif yang mendengar rencana itu kepada Bisnis, belum lama ini.

Ketika dikonfirmasi, Presdir Medco Hilmi Panigoro menolak kabar penjualan saham Encore. "Untuk tumbuh kami memang membutuhkan kemitraan jadi kemungkinan penjualan itu ada, tetapi sampai saat ini belum ada transaksi," katanya.

Namun, dia menolak memberi penjelasan terkait segala proses pratransaksi karena proses ini bersifat rahasia.

Proses uji tuntas penjualan saham Encore itu sudah dimulai sejak November tahun lalu di mana waktu itu terdapat lima calon pembeli. Dalam penjualan itu, Encore menyewa Credit Suisse sebagai penasihat keuangan, Aabar Petroleum menyewa bank investasi asing Merrill Lynch.

Encore, perusahaan yang berbasis di British Virgin Island, merupakan induk Medco Energi dengan kepemilikan 50,7% saham dan kini dikuasai sepenuhnya oleh keluarga Panigoro.

Dana dari penjualan saham Encore, katanya, akan dimanfaatkan keluarga Panigoro untuk membiayai kembali utangnya sekitar US$200 juta yang sebelumnya digunakan membeli seluruh saham New Link dari PTTEP Offshore Investment Limited dan Credit Suisse First Boston.

Semula, PTTEP memiliki 40% saham New Link dan Credit Suisse menguasai 19,9% saham. Waktu itu, Medco dimiliki oleh New Link 85,5%, 6,8% saham dalam portepel perseroan, dan publik memegang 7,7% saham. Kini, pemegang saham Medco adalah Encore secara langsung 50,7%, publik 42,6%, dan saham dalam portepel 6,7%.

Obligasi batal

Sementara itu, eksekutif tadi menambahkan Medco membatalkan rencana penerbitan obligasi US$300 juta karena itu merupakan salah satu opsi untuk mendapatkan dana segar.

Namun, Hilmi menegaskan Medco masih mempertimbangkan rencananya untuk menerbitkan obligasi berdenominasi dolar pada semester ini.

"Itu kan salah satu opsi, kemungkinan saja untuk kebutuhan pembiayaan kembali. Namun, hal itu masih dibahas, belum selesai. Bisa saja obligasi [yang akan jatuh tempo] itu kami bayar atau refinancing," tuturnya.

Medco saat ini tercatat mempunyai obligasi I/2004 senilai Rp1,35 triliun, yang akan jatuh tempo pada 12 Juli 2009.

Terkait rencana divestasi saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, anak perusahaan yang bergerak di bisnis pengeboran minyak, Hilmi membantah soal adanya penunjukan Credit Suisse sebagai konsultan keuangan dalam mengurusi divestasi saham milik keluarga Panigoro di Apexindo. "Itu hanya rumor.".

Menurut dia, yang tengah dilakukan perseroan adalah melakukan rasionalisasi aset secara menyeluruh, bukan hanya terhadap aset pengeboran tetapi seluruh aset, sehingga aset yang tidak compatible akan dilepas.

Eksekutif tadi menambahkan nilai 100% saham Apexindo diperkirakan US$700 juta. Namun, dengan kondisi bisnis pengeboran yang sedang bagus, peluang Medco mendapatkan harga US$850 juta untuk 100% saham anak perusahaan itu terbuka lebar.

Sementara itu, dalam riset terbarunya yang terbit pada 20 Juli, analis Credit Suisse Edwin Pang meningkatkan rekomendasi terhadap saham berkode MEDC menjadi outperform dari semula netral. Dia juga mendongkrak target harga saham Medco ini menjadi Rp4.550.

Credit Suisse memprediksi pendapatan Medco tahun ini US$863,7 juta, US$941,3 juta tahun depan, dan US$946,8 juta pada 2009. Laba bersih emiten migas itu tahun ini diestimasi mencapai US$73,4 juta, US$73,6 juta tahun depan, dan US$135,9 juta pada 2009. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia

Tuesday, July 24, 2007

Medco Energi Akan Rasionalisasi Aset, Perseroan mengkaji kembali rencana pelepasan Apexindo.


JAKARTA, Koran Tempo - PT Medco Energi Internasional Tbk. tengah mengkaji untuk mengurangi aset-aset yang dimiliki. Setelah pengkajian rampung, perusahaan eksplorasi minyak dan gas ini nantinya akan menjual sebagian aset-aset tersebut.

Menurut Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro, saat ini pengkajian rasionalisasi aset tersebut masih terus dilakukan perseroan. "Kami mentargetkan akhir Agustus ini rampung dan bisa diketahui aset-aset mana yang akan dilepas," ujarnya kepada Tempo kemarin.

Menurut Hilmi, dengan adanya program rasionalisasi aset, di masa mendatang Medco Energi akan bisa berfokus pada inti usaha yang dijalankan perseroan. Kendati demikian, dia tidak bersedia menjelaskan hasil sementara kajian tersebut.

Sementara itu, dalam perdagangan kemarin, harga saham PT Apexindo Pratama Duta naik 2,12 persen dari Rp 2.350 menjadi Rp 2.400 per lembar. Kenaikan ini diduga dipicu oleh adanya rencana Medco Energi melepas kepemilikannya di perusahaan tersebut.

Saat dimintai konfirmasi soal itu, Hilmi mengaku hingga kemarin belum ada rencana soal kepemilikan saham di Apexindo. "Kami belum memutuskan soal itu. Namun, kemungkinan menjual tetap ada," katanya.

Rencana Medco Energi melepas sahamnya di Apexindo sebenarnya sudah merebak sejak 2005. Namun, pada pertengahan 2006, Hilmi mengumumkan pembatalan rencana tersebut. Pertimbangannya, perusahaan pengeboran minyak dan gas itu memiliki nilai strategis bagi Medco.

Hilmi mengatakan Medco akan tetap menggunakan kemampuan teknologi Apexindo hingga 2-3 tahun mendatang. "Karena kami melihat kesulitan industri drilling masih berlangsung selama tiga tahun ke depan," katanya.

Medco menguasai 52,4 persen saham Apexindo. Selain Medco, komposisi pemegang saham Apexindo lainnya adalah Seadrill Ltd., melalui Abacus Capital International Ltd., sebanyak 32,3 persen dan publik 15,3 persen persen. Sebelumnya, dua perusahaan asal Cina dan India menyatakan minatnya membeli Apexindo.

Head of Sales DBS Vickers Irwan Junus mengatakan rencana Medco melakukan rasionalisasi bukanlah suatu hal yang baru dan hal itu sudah merebak di pasar. Menurut dia, aksi korporasi tersebut bisa saja akan menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga saham Apexindo. "Hanya, investor masih menunggu proses tender," katanya.

Dia menambahkan, kenaikan harga saham Apexindo disebabkan oleh meningkatnya keuntungan perusahaan dalam penyewaan rig dalam bentuk dolar Amerika Serikat seiring dengan naiknya harga minyak dunia. MUCHTAR WIJAYA | SETRI YASRA

Saturday, July 21, 2007

Medco ingin jual Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Setelah setahun berlalu, PT Medco Energi International Tbk membuka kembali kemungkinan menjual porsi kepemilikan sahamnya di unit usaha pengadaan jasa pengeboran migas PT Apexindo Pratama Duta ketika tarif rig memuncak.

"Kalau ada penawaran yang cocok, saya akan mempertimbangkan untuk menjual saham Apexindo. Terakhir, belum ada calon investor yang uji tuntas. Dulu penjualannya ditunda karena harganya belum cocok," tutur Presdir Medco Energi Hilmi Panigoro ketika dihubungi Bisnis, kemarin.

Dia menjelaskan Medco sedang berdiskusi secara internal tentang rasionalisasi aset, sehingga ada kemungkinan ditambah atau dikurangi. Namun, saat ini emiten itu belum dapat menjelaskan secara detail. Akibat kemungkinan divestasi Apexindo, harga saham Medco kemarin langsung melesat Rp350 ke level Rp4.100 per saham, sedangkan saham Apexindo naik Rp50 ke Rp2.350.

Pada Agustus tahun lalu, Medco menolak tawaran dari perusahaan asal India dan China untuk membeli 52% kepemilikannya di Apexindo. Saat itu, manajemen Medco beralasan jika penjualan dilakukan perusahaan akan sulit untuk mengamankan rig di masa datang, tatkala persaingan menaikkan tingkat penyewaan alat pengeboran itu.

Sejak adanya pembicaraan dengan calon pembeli Apexindo seperti Aban Loyd Chiles Offshore Ltd dari India dan China Oilfield Services Ltd berakhir, harga saham Apexindo langsung melesat 50,6%. Kenaikan harga itu mendongkrak kapitalisasi pasar Apexindo Rp1,9 triliun menjadi Rp6,19 triliun. Adapun kapitalisasi pasar Medco per kemarin Rp13,66 triliun.

Dalam riset Medco dari Credit Suisse yang dirilis kemarin disebutkan saham Medco didongkrak menjadi outperform dengan target harga Rp4.550, potensi kenaikan 25%

Hilmi, seperti dikutip Bloomberg, mengatakan tarif rig yang sudah naik tiga kali lipat sejak 2004, bisa anjlok karena ada 50 rig jack-up baru yang dibangun di Asia dalam empat tahun mendatang. Jack-up adalah rig berkaki tiga, yang lazim digunakan untuk mengebor sumber migas yang ada di lepas pantai.

Menurut GlobalSantaFe Corp, indeks skor rig di Asia turun 6% menjadi 119,79 pada Juni. Indeks ini mengukur biaya harian untuk menyewa rig sebagai persentase dalam memperkirakan kebutuhan pembangunan rig baru. Hilmi juga mengatakan laba bersih Apexindo bisa naik 50% tahun ini dan naik dua kali lipat tahun depan. Tahun lalu, perusahaan penyedia jasa pengeboran itu membukukan laba bersih US$41 juta, setara dengan Rp369 miliar (kurs US$1=Rp9.000).

Selain Medco, 32% saham Apexindo dipegang oleh SeaDrill Ltd yang dikendalikan oleh konglomerat Norwegia John Fredriksen. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya

Bisnis Indonesia

Medco says it’s open to selling stake in Apexindo

Leony Aurora, Bloomberg/Jakarta, The Jakarta Post --- PT Medco Energi Internasional, Indonesia’s biggest non-state oil company, said it is “open” to selling its stake in a drilling service unit as rig rates peak, a year after scrapping a sale plan.

“For the right price, I will consider selling the stake in PT Apexindo Pratama Duta, Medco President Hilmi Panigoro said in an interview in Jakarta Thursday.

Medco in August rejected offers by Indian and Chinese companies to buy its 52 percent stake, saying the sale would make it hard to secure rigs as competition bosted rentals.

Apexindo’s stock has risen 51 percent since talks ended with companies including India’s Aban Loyd Chiles Offshore Ltd. and China Oilfield Service Ltd., boosting its market value by 2.08 trillion rupiah ($229 million).

Rig rates, which have more than tripled since 2004, may fall as about 50 new jack-up rigs are built in Asia in the next four years, Panigoro said.

“It’s a pretty good time for them to sell,” said Todd Showalter, an analyst at PT Samuel Sekuritas Indonesia in Jakarta. “Medco needs the funds to finance their exploration and production activities.”

Medco’s shares surged 9.3 percent, the biggest gain since Jan. 19, to close at Rp 4.100 on the Jakarta Stock Exchange Friday. The stock was the most actively traded by value. Apexindo’s shares gained 2.2 percent to 2,350.

Shares of Medco have risen 15 percent since Aug. 10, when the company said that it had ended talks to sell Apexindo.

Apexindo’s nett income may rise 50 percent this year and double next year as the company booked higher rates for its rigs, Panigoro said.

The unit, 32-percent owned by SeaDrill Ltd., a company controlled by Norwegian billionaire John Fredriksen, posted a $41 million profit last year, according to data compiled by Bloomberg.

Apexindo owns and operates nine onshore drilling rigs, four swamp barges and two jack-up rigs. The company’s average daily rate for onshore rigs more than doubled to $19,791 last year compared with $8,689 in 2005.