JAKARTA, Bisnis Indonesia: Setelah setahun berlalu, PT Medco Energi International Tbk membuka kembali kemungkinan menjual porsi kepemilikan sahamnya di unit usaha pengadaan jasa pengeboran migas PT Apexindo Pratama Duta ketika tarif rig memuncak.
"Kalau ada penawaran yang cocok, saya akan mempertimbangkan untuk menjual saham Apexindo. Terakhir, belum ada calon investor yang uji tuntas. Dulu penjualannya ditunda karena harganya belum cocok," tutur Presdir Medco Energi Hilmi Panigoro ketika dihubungi Bisnis, kemarin.
Dia menjelaskan Medco sedang berdiskusi secara internal tentang rasionalisasi aset, sehingga ada kemungkinan ditambah atau dikurangi. Namun, saat ini emiten itu belum dapat menjelaskan secara detail. Akibat kemungkinan divestasi Apexindo, harga saham Medco kemarin langsung melesat Rp350 ke level Rp4.100 per saham, sedangkan saham Apexindo naik Rp50 ke Rp2.350.
Pada Agustus tahun lalu, Medco menolak tawaran dari perusahaan asal India dan China untuk membeli 52% kepemilikannya di Apexindo. Saat itu, manajemen Medco beralasan jika penjualan dilakukan perusahaan akan sulit untuk mengamankan rig di masa datang, tatkala persaingan menaikkan tingkat penyewaan alat pengeboran itu.
Sejak adanya pembicaraan dengan calon pembeli Apexindo seperti Aban Loyd Chiles Offshore Ltd dari India dan China Oilfield Services Ltd berakhir, harga saham Apexindo langsung melesat 50,6%. Kenaikan harga itu mendongkrak kapitalisasi pasar Apexindo Rp1,9 triliun menjadi Rp6,19 triliun. Adapun kapitalisasi pasar Medco per kemarin Rp13,66 triliun.
Dalam riset Medco dari Credit Suisse yang dirilis kemarin disebutkan saham Medco didongkrak menjadi outperform dengan target harga Rp4.550, potensi kenaikan 25%
Hilmi, seperti dikutip Bloomberg, mengatakan tarif rig yang sudah naik tiga kali lipat sejak 2004, bisa anjlok karena ada 50 rig jack-up baru yang dibangun di Asia dalam empat tahun mendatang. Jack-up adalah rig berkaki tiga, yang lazim digunakan untuk mengebor sumber migas yang ada di lepas pantai.
Menurut GlobalSantaFe Corp, indeks skor rig di Asia turun 6% menjadi 119,79 pada Juni. Indeks ini mengukur biaya harian untuk menyewa rig sebagai persentase dalam memperkirakan kebutuhan pembangunan rig baru. Hilmi juga mengatakan laba bersih Apexindo bisa naik 50% tahun ini dan naik dua kali lipat tahun depan. Tahun lalu, perusahaan penyedia jasa pengeboran itu membukukan laba bersih US$41 juta, setara dengan Rp369 miliar (kurs US$1=Rp9.000).
Selain Medco, 32% saham Apexindo dipegang oleh SeaDrill Ltd yang dikendalikan oleh konglomerat Norwegia John Fredriksen. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)
Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia