Saturday, April 22, 2006

Natexis & Goldman bantu Apexindo cari utang US$120 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk telah menunjuk dua pemimpin sindikasi yaitu Natexis Singapura dan Goldman Sachs Hong Kong untuk mencarikan pinjaman US$120 juta guna membiayai pembangunan rig jack-up Soehanah.

Beberapa bankir investasi mengatakan 60% dari pinjaman itu akan dicarikan oleh Natexis dibantu dengan bank lain, sedangkan selebihnya dibantu oleh Goldman.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan pendanaan Soehanah sudah dibayarkan sebagian, US$30 juta. Sisanya akan dilunasi pada saat rig laut dalam itu selesai pada 5 Januari 2007.

"Untuk pembangunan rig ini biayanya US$150 juta, sudah dibayar US$30 juta. Sisanya US$120 juta ditutupi dengan pinjaman bertenor 10 tahun," tutur Agustinus, kemarin.

Lebih jauh Agustinus mengatakan sudah ada sejumlah bank yang berkomitmen untuk memberikan pinjaman. "[Underwriter soft loan-nya] ada dua bank asing dan dua bank investasi asing."

Namun dia menolak menyebutkan identitas bank dan bank investasi asing yang membantu Apexindo itu.

Pembiayaan ini akan terdiri dari dua tranche, yaitu tranche A berupa bullet tranche untuk 40% jumlah pinjaman. Sedangkan tranche B berupa amortisasi dari 60% pinjaman yang diperoleh perseroan.

Pinjaman akan diterima perseroan pada saat tanggal pengiriman rig. Sedangkan masa jatuh tempo adalah 10 tahun sejak tanggal pengiriman, tetapi tidak lebih dari 31 Maret 2017.

Agustinus menambahkan Apexindo menjadi bidder satu-satunya atas tender pengeboran yang digelar Total untuk lapangan Sisi dan Nubi, dekat Bontang, Kalimantan Timur, senilai US$200 juta.

Dia mengatakan untuk tranche A tingkat bunganya tetap dengan kisaran yang masih tentatif 10%-10,5%. Tranche B dengan tingkat bunga tiga bulan Libor ditambah marjin 2,90% per tahun jika tanpa kontrak, atau 2,15% bila dengan kontrak.

Bankir investasi tadi mengatakan untuk pinjaman yang berjangka 10 tahun, bunga utang itu termasuk rendah bila dibandingkan dengan sumber alternatif pembiataan lainnya.

Libor tiga bulan kemarin, katanya, mencapai 5%, 5,2% untuk enam bulan, dan setahun mencapai 5,3%.

Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia

Apexindo books US$16.6m in Q1

The Jakarta Post/Jakarta --- Publicly listed drilling firm PT Apexindo Pratama Duta booked a net profit of Rp 149.4 billion (US$16.6 millioin) in the first quarter of this year, reversing a loss incurred in the same period last year, it was announced Thursday.

It posted a total loss of Rp 5.3 billion during the first quarter of last year due to a U.S. dolar conversion loss of Rp 22 billion.

Agustinus B. Lomboan, finance director, said the increase in profits was a attributable mainly to a jump in revenue, lower cost, lower interest payments and exchange rate gains.

A subsidiary of publicly PT Medco Energy International, Apexindo offers oil, gas and geothermal drilling services.

Its operating profit during the first quarter increased by 56.6 percent to Rp 83.8 billion compared to Rp 53,5 billion for the same period in 2004. It also reported exchange rate gains of Rp 19.9 billion as the rupiah strengthened against the U.S. dollar.

Agustinus said he expected the company’s total revenue to increase by six percent to US$123 million this year from US$116 million last year as increasing oil prices on the global market encouraged more exploration work.

“Support firms in the oil industry has started to benefit from the increasing oil prices on international markets,” he said.

Pasar Rig Lepas Pantai Nasional Terbuka Lebar

JAKARTA—Media Indonesia: Pasar rig (anjungan) pengeboran migas lepas pantai di Indonesia saat ini terbuka lebar. Hal itu seiring kebijakan pemerintah yang mulai menggenjot produksi migas lepas pantai, setelah sebelumnya lebih terkonsentrasi di daratan.

Direktur Keuangan PT Apexindo Pratama Duta Tbk, Agustinus B Lomboan, mengatakan itu dalam acara bincang-bincang dengan wartawan, di Jakarta, Kamis (20/4).

Menurut Agustinus, peluang yang besar itu akan banyak dimanfaatkan perusahaan-perusahaan jasa pengeboran migas untuk menambah persediaan rig lepas pantai yang mereka miliki. Apexindo berencana menambah satu rig yang dapat dipergunakan di wilayah lepas pantai dengan kedalaman sumur 100-150 meter. Pemasaran akan difokuskan di wilayah Indonesia.

"Pengeboran lepas pantai relatif masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia, bila dibandingkan dengan potensi yang ada. Ke depan, akan banyak pengeboran-pengeboran lepas pantai bermunculan, karena itu yang sedang ditawarkan pemerintah. Apalagi, bagi hasilnya menarik," ujarnya.

Untuk mewujudkan rencana penambahan rig, tahun ini juga perseroan mulai melakukan penjajakan, khususnya yang terkait ketersediaan galangan kapal yang siap memproduksi dan pendanaan. Rig tersebut ditargetkan siap ditawarkan ke sejumlah perusahaan migas pada 2008.

Lebih lanjut Agustinus mengungkapkan, baru-baru ini perseroan mendapatkan komitmen pinjaman sindikasi empat bank asing dengan nilai sekitar US$120 juta. Pinjaman itu akan dipergunakan untuk menuntaskan pembayaran rig Soehana yang segera selesai pengerjaannya.

"Sekarang masih dalam tahap finalisasi, jadi belum bisa kami sebutkan nama-nama banknya. Harga pembelian rig tersebut US$150 juta, sebanyak US$30 juta sudah kami bayar sebagai uang muka," terangnya.

Rig Soehana, kata Agustinus, telah memenangkan tender jasa pengeboran lapangan gas Sisinubi milik Total Indonesia. Rencananya pengeboran akan dimulai pada 2007, namun sebelumnya harus mendapatkan persetujuan dari BP Migas.

Dia berharap BP Migas segera mengeluarkan persetujuannya agar produksi gas yang sangat dibutuhkan konsumen domestik, dapat segera dilaksanakan.

Dalam periode triwulan pertama 2006, Apexindo berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp149,4 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan mencatatkan rugi bersih Rp5,3 miliar.

Perolehan laba bersih perseroan terutama dipengaruhi peningkatan pendapatan perseroan, serta kemampuan perseroan menekan beban usaha. Seiring dengan penguatan rupiah, perseroan mampu membukukan keuntungan selisih kurs sebesar Rp19,9 miliar. Di triwulan pertama tahun lalu, perseroan menanggung kerugian selisih kurs sebesar Rp22 miliar. (OL-1)

Apexindo Bidik Kontrak Baru dari Total

JAKARTA, Republika -- PT Apexindo Pratama Duta Tbk menjadi single bidder kontrak satu rig lepas pantai dari PT Total E&P Indonesia. Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B Lomboan, mengatakan kontrak senilai 190-200 juta dolar AS (Rp 1,8-1,8 triliun) itu akan ditandatangani dalam waktu dekat.

''Tinggal approval dari BP Migas saja, dan mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diselesaikan,'' papar Agustinus di Jakarta, Kamis (20/4). Kontrak itu, sambungnya, untuk pengerjaan 2007 dan perseroan menyiapkan dana investasi sebesar 150 juta dolar AS. Agustinus menjelaskan, modal sebesar 30 juta dolar AS sudah dibayarkan, sedangkan sisanya 120 juta dolar AS diambil dari pinjaman bank.

Ia belum bersedia menyebut bank asing yang mendanai proyek itu, tapi berasal dari Prancis. Kontrak rig itu sendiri untuk lapangan Kangean yang dekat dengan Kalimantan Timur. Rig untuk laut dalam itu sendiri diberinama Soehana.

Sebelumnya, Apexindo menerima kepastian perpanjangan kontrak dari Total untuk dua rig lepas pantai jenis submersible swamp barge. Kedua kontrak untuk rig Raisis dan Yani tersebut merupakan kontrak jangka panjang selama tiga tahun dengan nilai masing-masing 46,9 juta dolar AS dan 53,1 juta dolar AS.

Ke depannya, Apexindo sedang menyiapkan pengerjaan rig baru yang diperkirakan selesai pada 2008. Rig itu diperuntukkan untuk kegiatan laut dalam (offshore) yang memang sedang digiatkan pemerintah. Terkait dengan kinerja keuangan, pada kuartal pertama 2006 ini, Apexindo mencatat kenaikan laba bersih cukup signifikan dibandingkan tahun lalu, yakni sebesar Rp 149,4 miliar. Pada kuartal pertama 2005, perseroan membukukan rugi bersih Rp 5,3 miliar.

Agustinus mengatakan, kenaikan laba bersih terutama dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan serta efisiensi perusahaan. Apexindo juga berhasil mencatat keuntungan selisih Rp 19,9 miliar dibandingkan kuartal pertama 2005 yang merupakan rugi selisih kurs Rp 22,0 miliar.

Analis fundamental Danareksa, Bonny Budi Setiawan, mengatakan saham Apexindo akan terdorong hasil laporan keuangan kuartal pertama 2006 yang sesuai dengan perkiraan (ekspektasi). Menurutnya, keuntungan operasional naik sebesar 57 persen dari tahun ke tahun dan utang berkurang 42 persen dengan net gearing 41 persen lebih rendah.

Bonny mengungkapkan adanya instalasi pengeboran yang akan diterima pada Januari 2007 yang merupakan kontrak akan berjalan di semester kedua tahun ini. Untuk 2008, diperkirakan ada instalasi pengeboran lagi dengan target 51 unit diterima pada 2009 yang akan mengambil momentum kenaikan harga minyak. Dengan kondisi ini, lanjut Bonny, Danareksa tetap mempertahankan rekomendasi tunggu (hold) dengan target harga di Rp 1.310. ( erd )

Apexindo peroleh Pinjaman untuk Rig Soehana

JAKARTA, Investor Daily – PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo), anak usaha MedcoEnergi, tengah bernegosiasi dengan sejumlah lembaga keuangan yang akan mengucurkan pinjaman sebesar US$ 120 juta. Dana itu digunakan untuk membangun rig Soehana yang akan mengerjakan pengeboran lapangan migas di Kalimantan.

"Kami belum bisa bilang siapa saja mereka, yang pasti dua bank asing dan dua investment bank. Yang menjadi lead-nya adalah bank Perancis," kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan di Jakarta, Kamis (20/4).

Menurut Agustinus, pinjaman tersebut merupakan pinjaman jangka panjang selama 10 tahun dengan bunga LIBOR + 2,15%.

Dia menjelaskan, untuk membangun rig yang akan diberi nama `Soehana' dan bisa menembus kedalaman sumur hingga 375 kaki (feet) itu, pihaknya harus melakukan pembayaran kepada pihak pembuat sekitar US$ 150 juta. "Kami telah membayar di muka kepada pembuatnya sekitar US$ 30 juta dari penerbitan obligasi, sementara sisanya sebesar US$ 120 juta akan kami cicil dengan dana dari pinjaman," katanya.

Agustinus mengatakan, rig jenis jack up miliknya yang kini dalam penyelesaian PPL Shipyard Sembawang Goup Singapura dan bisa diserahkan kepada Apexindo pada Januari tahun depan. Selanjutnya, pihaknya bisa mengerjakan kontrak pengeboran migas yang saat ini dalam proses bidding (tender).

Agustinus mengatakan, pihaknya memang hampir pasti memenangi tender untuk jasa pengeboran senilai US$ 190-200 juta dari sebuah perusahaan migas, dengan wilayah operasi di Kalimantan. "Kami merupakan single bidder dalam tender tersebut. Namun, meski kami yakin akan memperoleh kontrak tersebut, kami tetap akan menunggu approval dari pemerintah yakni BP Migas," kata dia.

Kontrak pengeboran tersebut untuk blok Sisi dan Nubi yang berada di Selat Makassar tidak jauh dari lapangan Bontang di Kalimantan Timur. Kontrak terjalin selama tiga tahun dengan harga sewa rig US$ 165.000 per hari.

Agustinus menuturkan, tahun ini merupakan tahun baik buat perseroan, terbukti dalam kuartal pertama tahun ini pihaknya sudah mengantongi kenaikan pendapatan US$ 5 juta dibandingkan tahun lalu, yakni US$ 26 juta menjadi US$ 31 juta. "Tahun ini kami optimistis pendapatan bisa lebih dari US$ 123 juta, sementara tahun lalu hanya US$ 116 juta," katanya. Tahun ini pendapatan akan terdongkrak oleh kontrak rig 8 senilai US$ 3 juta dan rig 5 senilai US$ 22 juta.

Pihaknya juga berencana untuk memiliki rig baru pada 2008, jenis Jack Up . "Sejak sekarang, kami sudah mulai merintis ke arah sana, karena pembuatan pembuatan rig butuh waktu sekitar dua tahun," ujarnya.

Siap Bor Cepu

Sekretaris Perusahaan Apexindo Ade R. Satary mengatakan, pihaknya siap mengikuti tender pengeboran di blok Cepu. "Asal rig kami memang memenuhi spesifikasi tender, kami pasti ikut," katanya. Seperti diketahui, Cepu membutuhkan sekitar tiga rig darat (on shore) untuk tahun pertama pengeboran. Menurutnya, pihaknya saat ini masih memiliki satu rig yang idle (nganggur), yakni rig 12 yang berkekuatan 60o horse power (hp).

Ade mengatakan, sewa rig terutama untuk rig lepas pantai (offshore) memang meningkat sangat tajam. Menurutnya, ini wajar karena kenaikan harga minyak mendorong keinginan eksplorasi perusahaan minyak membabi buta. "Contohnya, sewa rig Rani Woro milik kami awal 2004 hanya US$ 51.000 per hari, sekarang US$ 70.000 per hari, bahkan akhir tahun mungkin bisa US$ 145.000 per hari," katanya. Sementara untuk rig darat hanya hanya naik 10 – 20% saja.

Dia mengatakan, kenaikan sewa rig sebesar itu dimungkinkan akan bertahan hingga 2009, saat rig-rig baru mulai bermunculan. Menurutnya, meski di luar harga sewa mencapai US$ 185.000 per hari, pihaknya tetap mematok harga lebih rendah. (miles)

Apexindo Finalisasi Kontrak Senilai USD200 Juta

JAKARTA, Seputar Indonesia — PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) tengah memfinalisasi kontrak senilai USD 190-200 juta untuk pengeboran lapangan migas Sisi/Nubi, di Selat Makassar, Sulawesi Selatan. Pengeboran lapangan migas milik sebuah kontraktor migas papan atas itu rencananya dimulai pada kuar­tal pertama tahun 2007.

"Sekarang masih dalam proses. Dalam waktu dekat kita harap sudah bisa diumumkan kon­traknya, nilainya kira-kira USD190-200 juta untuk pekerja­an selama 3 tahun. Kita masih me­nunggu persetujuan BP Migas," ujar Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan, kemarin di Jakarta.

Agustinus menjelaskan, pe­kerjaan itu akan dilakukan oleh rig (anjungan pengeboran) terbaru milik perusahaan yang kini masih dibangun di galangan kapal PPL Shipyard, Singapura. Pengerjaan anjungan pengeboran yang dina­mai Rig Soehana itu diperkirakan rampung awal Januari 2007. Bia­ya investasi yang dikeluarkan un­tuk pembangunan rig itu, menurut dia, mencapai USD150 juta.

Dari jumlah itu, jelas Agusti­nus, sebesar USD 30 juta telah di­bayarkan perusahaan. Sementara sisanya, sebesar USD 120 juta, akan diperoleh dari sindikasi per­bankan berupa pinjaman jangka panjang dengan persyaratan ri­ngan. "Itu pinjaman jangka pan­jang dengan tenor 10 tahun, term and condition-nya bagus, bunga­nya LIBOR + 2,15%. Cukup flek­sibel buat perusahaan," tuturnya.

Menurut Agustinus, dengan tingginya harga sewa rig harian yang kini tengah melonjak, Ape­xindo bahkan bisa melunasi pinja­man tersebut lebih cepat dari tenggat jatuh temponya. Harga sewa harian rig saat ini tercatat naik hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu, di kisar­an USD140-200 ribu per hari. Kenaikan harga sewa itu dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia.

Lebih lanjut Agustinus memaparkan bahwa kinerja perusahaan selama tiga bulan pertama tahun ini membaik se­iring meningkatnya harga sewa harian. Tercatat, kuartal pertama ini perusahaan meraih laba bersih Rp149,4 miliar, naik signifikan dibanding rugi bersih pada pe­riode yang sama tahun sebelum­nya sebesar Rp5,3 miliar.

Selain itu, kata dia, upaya efi­siensi yang dilakukan perusahaan juga berhasil menurunkan beban usaha sebesar 9,3% menjadi Rp15 miliar dari sebelumnya Rp16,5 miliar. Apexindo, lanjut dia, juga berhasil meningkatkan laba usaha perusahaan kuartal pertama ini sebesar 56,6% menjadi Rp83,8 miliar dari sebelumnya Rp53,5 miliar. (mohammad faizal)

Apexindo gained the loan for Soehana’s Rig

JAKARTA, Investor Daily - Apexindo Pratama Duta Ltd. (Apexindo), the subsidiary company of Medco Energy, is now negotiated with some financial institutions who will provide the US$120 million’s loan. The fund will be used to build the Soehana’rig which is about to do the exploration of oil and gas field in Kalimantan.

“We can not reveal the details yet, but the participants are two foreign banks and two investment banks – the leader is the bank from France,” said the Finance Director of Apexindo, Agustinus Lomboan in Jakarta, Thursday (20/4).

According to Agustinus, the loan is in long term period with 10 years tenor and the interest of 2,15% above LIBOR’s rate.

His further explanation is that to build the rig – soon be named ‘Soehana’ which can reach 375 feet depth of oil well – his company should make payment to the producer of the rig the amount of approximately US$ 150 million. “We have paid the down-payment to the producer the amount of around US$ 30 million from the issuance of obligations, while the rest – US$ 120 million - will be installed from the loan,” he said.

Agustinus said that his jack up rig – which is now in finishing process by PPL Shipyard Sembawang Group Singapore – can be delivered to Apexindo in January 2007. Furthermore, his company can proceed the still in the process’s of bidding – the contract of oil and gas exploration.

Agustinus also said, his company will surely get the bid of the rig’s operation value of US$ 190-200 million from an oil and gas company which located in Kalimantan. “We are the single bidder in the tender, even though we are positively sure to get the contract, we are still waiting for the approval from the government via BP Migas” he said.

The contract of exploration is for Sisi and Nubi’s blocks in Makassar strait which are not far from Bontang Block in East Kalimantan. The contract is valid for 3 years with the price of rig’s rent of US$ 165,000 daily.

Agustinus explain, his company has reached good progress this year, since they can get the raise of US$ 5 million’ income in first quarter than last year’s income – US$26 million to US$ 31 million. “This year we are very optimistic that we can reach the income of more than US$ 123 million than last year income of only US$ 116 million,” he said. This year’s income will be raised by the contract of rig no. 8 value of US$ 3 million and rig no. 5 value of US$ 22 million.

The company has planned to have the kind of new Jack –up- rig in 2008. “Starting now, we begin to proceed that because the process of making rig will take approximately 2 years,” he said.

Ready to start operation in Cepu

The corporate’s secretary of Apexindo, Ade R. Satary said, his company is ready to participate in the exploration’s bid of Cepu block. “As long as our rig is fulfilled the specification of the bid, we will surely be participated,” he said. As we have known, Cepu needs around 3 on shore rigs in the first year of exploration. Ade said recently his company still has 1 idle rig, which is rig no. 12 with the capacity of 600 horse power (hp).

Ade further said that the price to rent rigs is increasing lately especially for offshore rigs. According to him, this raise is natural since the raise of oil price is pushing the oil and gas companies to do the explarations badly. “For example, the price to rent our Rani-Woro’s rig is only US$ 51,000 daily in 2004 but today is US$ 70,000 daily, probably will become US$145,000 daily in the end of the year,” he said .” While for onshore rig, the raise is only between 10 – 20%”.

He also said that the raise of rig’s rental price probably will be sustained until 2009, when the new rigs start their operations. According to him, even though in other countries the rental price is reaching US$ 185,000, his company will still give lower price. (miles)