Tuesday, March 28, 2006

Saham-saham yang berpeluang untung dari proyek Cepu

Kontan --- Tender pembangunan dan pengeboran Blok Cepu belum lagi mulai. Namun, pemain saham sudah mulai bergerak memburu saham-saham yang diperkirakan bakal kecipratan rezeki Cepu. Mau ikutan?


Nada-nada sumbang langsung berkumandang begitu pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Cepu ke tangan ExxonMobil. Banyak yang kecewa berat, bahkan kesal, kok bisa-bisanya pemerintah menyerahkan pengelolaan ladang minyak yang memiliki kandungan 600 juta barel hingga 2 miliar barel itu ke tangan perusahaan Amerika. “Proyek Cepu adalah pengorbanan terbesar Indonesia untuk menarik investor asing,” cetus Mustafa Kamil, analis Philip Securities.

Tapi bursa saham punya kepentingannya sendiri. Alih-alih mengurusi soal nasionalisme yang terluka, para peternak duit –yang sebagian besar investor asing- malah sibuk menebak-nebak dan bergerilya memburu saham-saham perusahaan yang diperkirakan bakal ambil bagian dalam proyek Cepu.

“Kita memang belum tahu seberapa besar proyek tersebut, tapi yang jelas akan cukup besar. Dia akan membawa keberuntungan besar bagi beberapa perusahaan yang terlibat di dalamnya,” cetus Katarina Setiawan, Kepala Riset Kim Eng Securities.

Siapa yang bakal ketiban pulung rezeki Cepu?

Ingin ikutan menyedot rezeki Cepu dan tak mau kalah cepat dari pemain saham lain? Tentu Anda harus segera pula berburu saham-saham yang potensial.

Saham Semen Gresik merupakan salah satu yang diperkirakan bakal ketiban pulung proyek Cepu. Lokasinya yang dekat dengan Cepu membuat Gresik berpeluang menjadi pemasok semen. Silakan simak analisis saham ini di KONTAN pekan lalu (edisi 20 Maret 2006: Membangun Untung dari Saham Semen).

Pilihan lainnya adalah perusahaan kontraktor pelat merah, Adhi Karya (ADHI). “Pemerintah kan biasanya dapat jatah, dan Adhi mungkin saja kebagian proyek pembangunan jalan, irigasi, atau tata airnya,” ujar Mustafa. Analisa saham ini juga sudah kami tulis dalam KONTAN edisi 13 Maret 2006 (Mencari-cari Peraih Rapor Biru).

Di luar kedua saham ini, berikut beberapa saham lain yang menurut para analis paling layak diburu untuk mengantisipasi rezeki Cepu.

Apexindo (APEX) dan Medco (MEDC)

Anak perusahaan Medco Energi (MEDC) ini bergerak di bidang jasa pengeboran minyak, baik di lepas pantai (offshore) maupun di daratan (onshore) Tak hanya bermain di Indonesia, Apexindo juga banyak menangani proyek pengeboran minyak di negara-negara lain. Maka, tak heran jika banyak orang memperkirakan emiten bersimbol APEX ini akan kebagian order jasa pengeboran dari Blok Cepu.

Apalagi dari delapan unit onshore rigs miliknya, tahun ini Apex memang masih memiliki tiga unit onshore rigs yang belum digunakan alias idle. Ini memungkinkan bisa ikutan dalam proyek pengeboran Cepu. “Kalau spesifikasi onshore rigs kami sesuai dengan kebutuhan mereka, tentu kami akan ikut tender,” kata Ade Satari, Corporate Secretary Apexindo.

Sebuah sumber yang dekat dengan Apexindo berkata, Apexindo hampir pasti kebagian proyek pengeboran Cepu. Sebab Apex sudah meneken nota kesepakatan alias memorandum of understanding (MOU) dengan PT Petrogas Wira Jatim. Ini adalah perpanjangan tangan badan usaha milik daerah (BUMD) Jawa Timur yang mendapat sebagian dari porsi 10% saham pengelolaan Blok Cepu. “Berdasarkan MoU itu, untuk pekerjaan proyek minyak di Jawa Timur, Apexindo akan ikut mengerjakannya,” beber si sumber. “Jadi Petrogas Wira punya akses, Apexindo punya expertise.”

Di luar harapan rezeki Cepu, pertengahan Maret lalu Apex memperoleh kontrak geothermal di Gunung Salak, Jawa Barat. Kontrak dari Chevron senilai US$ 22 juta dengan tarif lebih mahal sekitar 15% ini akan mengerek pendapatan Apex tahun ini.

Prospek yang bagus inilah yang membuat para analis meperkirakan, harga saham Apex yang Senin siang 20 Maret lalu Rp 1.160 per saham berpeluang naik ke kisaran Rp 1.425-Rp 1.500 per saham.

Tak hanya Apexindo, harga saham induknya Medco Energi juga berpeluang naik. Maklum, si emak menguasai 52% saham Apex, sehingga kinerja Apex akan terkonsolidasi dalam kinerjanya tahun ini. Menurut perkiraan perusahaan sekuritas Amerika, JP Morgan, harga saham Medco berpeluang naik menjadi Rp 4.650 per saham. Artinya, ada potensi kenaikan 12,72% dari harganya pada paruh pertama perdagangan Senin 20 Maret 2006 lalu.

Bakrie & Brothers (BNBR)

Kalau Apexindo diperkirakan bakal kebagian proyek pengeboran, Bakrie & Brothers diperkirakan bakal kebagian jatah memasok pipa proyek Cepu. Maklum BNBR adalah merupakan salah satu produsen pipa untuk proyek minyak dan gas bumi yang lumayan terkenal. Beberapa perusahaan besar tercatat sebagai pelanggannya, sebut saja CNOOC, Unocal, Caltex, Exspan, Pertamina dan Perusahaan Gas Negara.

Direktur Legal dan Corporate Secretary BNBR Juliandus Tobing mengatakan, manajemen BNBR belum pernah membahas soal pipa untuk Cepu. “Tapi, secara prinsip, kalau ada peluang bisnis di bisnis infrastruktur kami akan ikut,” ujarnya.

Selain dari Cepu, Bakrie berpeluang besar memenangi tender proyek-proyek infrastruktur. Sebab, perusahaan warisan Ahmad Bakrie ini merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang lumayan besar.

Menurut Fordyanto Widjaja, analis JP Morgan Securities Indonesia, BNBR tak hanya akan bermain di infrastruktur minyak dan gas, melainkan juga dari sektor konstruksi dan sektor bahan bangunan. Maklum saja, BNBR pun terkenal sebagai salah satu produsen material bangunan besar di Indonesia, sehingga berpeluang pula memasok produknya untuk proyek infrastruktur. Makanya, Fordyanto menilai saham BNBR adalah pilihan terbaik bagi investor yang hendak ikut mencicipi rezeki proyek infrastruktur.

Di luar prospek Cepu dan infrastruktur, BNBR memiliki tiga bisnis utama yang saat ini sama-sama memberikan keuntungan. Pertama, bisnis infrastruktur yang mencakup bisnis kontraktor, pipa, material bangunan, dan komponen otomotif. Tahun lalu, dari total pendapatannya yang diperkirakan sebesar Rp 2,7 triliun, sektor infrastruktur ini menyumbang Rp 1,48 triliun.

Kedua, bisnis telekomunikasi lewat Bakrie Telecom (BTEL) dan Bakrie Communication Service. Tahun lalu, diperkirakan BTEL menyumbang Rp 362 miliar terhadap pendapatan BNBR.

Ketiga, perkebunan, lewat anak perusahaannya Bakrie Sumatera Plantation (UNSP). Tahun 2005 lalu, perkebunan sawit dan karet ini diperkirakan menyumbang Rp 891,2 miliar bagi pendapatan BNBR. Tahun ini, UNSP menargetkan pendapatannya akan naik sekitar 20%. Tingginya harga CPO dan harga karet membuat UNSP berpeluang besar mencapai target ini.

Dengan prospek secerah itu, para analis memperkirakan harga saham BNBR yang Senin siang 20 Maret lalu bertengger di Rp 175 per saham nakal terus naik. “Target harga kami Rp 225 per saham,” ramal Edwin Sebayang, analis Evergreen Kapital.

Namun, hati-hati. Saham Grup Bakrie ini mengundang banyak risiko pula. Sebut saja harga sahamnya yang sering kali bergerak aneh. “Saat kinerjanya buruk, harga sahamnya bisa naik. Eh, saat kinerjanya bagus, harganya malah saja,” cetus Martin Marpaung, analis Bali Securities.

Selain itu ada risiko proyek-proyek infrastruktur yang tadi diharapkan mendongkrak kinerjanya tersebut bisa saja tertunda. Dus, bila BNBR mengerjakan banyak proyek besar pada waktu bersamaan, kondisi keuangannya bisa mengetat akibat terbatasnya modal dan seretnya likuiditas.

Risiko lain, BNBR masih sangat bergantung pada sedikit pemasok baja. Ini membuat posisi tawarnya lebih lemah. Selain itu, jika ada apa-apa pada pemasoknya, produksi BNBR juga bakal terganggu.

Yang tak kalah penting, BNBR sangat rentan terhadap perubahan kurs. Maklum, sebagian besar aset, utang dan penghasilannya dihitung dalam mata uang dolar.

Summary: Apexindo hampir pasti kebagian proyek pengeboran Cepu. Sebab Apex sudah meneken nota kesepakatan alias memorandum of understanding (MOU) dengan PT Petrogas Wira Jatim. Ini adalah perpanjangan tangan badan usaha milik daerah (BUMD) Jawa Timur yang mendapat sebagian dari porsi 10% saham pengelolaan Blok Cepu. “Berdasarkan MoU itu, untuk pekerjaan proyek minyak di Jawa Timur, Apexindo akan ikut mengerjakannya,” beber si sumber. “Jadi Petrogas Wira punya akses, Apexindo punya expertise.”