Wednesday, September 27, 2006

PT Apexindo Secures $125 Million in Financing

Rigzone.com, PT Apexindo 9/27/2006 --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk has signed a loan facility in the amount of US $125 million for the construction of its newest jackup, Soehanah. This credit facility is an asset based financing, which is based on the asset value and the ability of the asset to generate income. The facility has a tenor of 10 years with a very competitive interest rate scheme at LIBOR+2.15% for the amortized portion, and at 10.5% fixed interest rate for the bullet payment portion.

This credit facility is a syndication credit facility led by Natexis Banques Populaires, as agent, security trustee and book runner with Goldman Sachs LLC, PMA Investment Advisors and Standard Chartered Bank as Joint Mandated Lead Arrangers, and United Overseas Bank Ltd. as Lead Arranger.

This facility is the first loan to obtain a tenor exceeding 7 years from foreign banks achieved by Indonesian company and this certainly is a big attainment for Apexindo. Agustinus B. Lomboan, Finance Director of Apexindo explained, "We would like to thank the credible foreign banks as well as foreign investors, which have given their trust to Apexindo to obtain a very long term loan with competitive interest rates in supporting the growth and business development of the Company".

The Soehanah is able to immediately generate income since the rig has successfully secured a 3 years contract valued at US $170 million with Total E&P Indonesie. Therefore, the cash flow of this asset can immediately be attained which is subsequently utilized to repay the creditors timely or even sooner than scheduled.

Apexindo is an established company, with international reputation and continuously growing. As the commitment in managing the Company based on good corporate governance and accurate business strategy, it is an appropriate decision from bankers or other creditors to provide loans for Apexindo in the future.

Pinjaman Jangka Panjang Apexindo US$125 Juta

JAKARTA, Media Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) mendapatkan pinjaman jangka panjang US$125 juta untuk pembangunan rig jack up Soehanah. Fasilitas pinjaman telah ditandatangani Senin (25/9).

"Fasilitas kredit yang diperoleh merupakan pembiayaan berdasar nilai aset dan kemampuan aset tersebut menghasilkan pendapatan (asset based financing)," kata Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B Lomboan, di Jakarta, Selasa (26/9).

Pinjaman berjangka waktu 10 tahun dengan suku bunga kompetitif, yakni 2,15% di atas LIBOR (London Interbank Offered Rate/bunga pasar antarbank di London) untuk porsi amortisasi dan 10,5% bunga tetap untuk porsi bullet.

"Ini fasilitas kredit sindikasi dipimpin Natexis Banques Populaires sebagai agent, security trustee and book runner. Serta Goldman Sachs LLC, PMA Investment Advisors dan Standard Chartered Bank sebagai Joint Mandated Lead Arrangers, dan United Overseas Bank Ltd. sebagai Lead Arranger," jelas Agustinus.

Kredit berjangka lebih dari 7 tahun dari bank asing ini pertama kalinya diperoleh perusahaan Indonesia. Itu menandakan perbankan dan investor asing kredibel percaya kepada perseroan.

Aset Rig Soehanah yang didanai, jelas Agustinsu sudah langsung menghasilkan pendapatan. Sebab rig telah berhasil mendapat kontrak selama 3 tahun, senilai US$170 juta dengan Total E & P Indonesia.

Dengan demikian, arus kas aset dapat terbentuk yang dapat digunakan mengembalikan pinjaman kepada pihak kreditur secara lancar. Bahkan diperkirakan dapat lebih cepat dari waktunya. (Pia/OL-02).

Bangun Rig Soehanah, Apexindo Peroleh Pinjaman US$ 125 Juta


JAKARTA, Investor Daily --- PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Apexindo) telah menandatangani fasilitas pinjaman sebesar US$ 125 juta untuk pembangunan rig jack- up baru bernama Soehanah pada Senin (25/9). Fasilitas kredit ini merupakan asset based financing yaitu pembiayaan berdasarkan nilai aset dan kemampuan aset tersebut untuk menghasilkan pendapatan (income).

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus B. Lomboan mengatakan, fasilitas ini berjangka 10 tahun dengan suku bunga sangat kompetitif, yakni LIBOR + 2,15% untuk porsi amortisasi dan 10,5% bunga tetap untuk porsi bullet. “Fasilitas ini adalah fasilitas kredit berjangka lebih dari 7 tahun dari bank asing yang untuk pertama kalinya diperoleh oleh perusahaan Indonesia,” katanya, Selasa (26/9).

Fasilitas Kredit ini merupakan fasilitas kredit sindikasi yang dipimpin oleh Natexis Banques Populaires, sebagai agent, security trustee dan book runner, serta Goldman Sachs LLC, PMA Investment Advisors dan Standard Chartered Bank sebagai Joint Mandated Lead Arrangers, dan United Overseas Bank Ltd. sebagai Lead Arranger.

Aset Soehanah sudah dapat langsung menghasilkan income, karena rig tersebut telah berhasil mendapat kontrak selama 3 tahun senilai US$ 170 juta dengan Total E&P Indonesie. Sehingga arus kas dari aset ini dapat langsung terbentuk yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman kepada pihak kreditur secara lancar, bahkan dapat lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

Sukses Launch

Sementara Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan, rig Soehanah telah sukses melakukan launching test di PPL Shipyard Ltd. Singapura. “Ini menunjukkan proses pembangunan telah mencapai 80%. Penyelesaian Rig Soehanah diharapkan dapat sesuai jadwal dan rig tersebut dapat meninggalkan galangannya pada Januari 2007,” katanya.

Sementara Ong Tian Khiam, Managing Director PPL memastikan akan terus memberikan rig premium berkualitas tinggi kepada para pelanggan, termasuk Apexindo. “Suksesnya launching test ini menunjukkan hasil kerja dan usaha seluruh tim yang telah menjunjung tinggi kualitas dan tingkat keselamatan kerja” tuturnya.

Rig Soehanah dibangun berdasarkan desain Baker Marine Pacific Class 375 Deep Drilling Jack-up yang dapat beroperasi pada kedalaman air 375 kaki dengan kemampuan membor hingga kedalaman 30,000 kaki dan mampu menampung 120 kru. (ari)

Apexindo peroleh pinjaman US$125 juta

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk berhasil mendapatkan pinjaman bertenor 10 tahun sebesar US$125 juta untuk biaya pembangunan jack-up rig Soehanah.

Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan pinjaman baru akan ditarik saat proses pembangunan jack-up rig Soehanah selesai pada awal atau paling lambat akhir Januari 2007.

"Sesuai perjanjian yang sudah kami tanda tangani, dana ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan rig. Dimana pinjaman baru dicairkan setelah pembangunan Soehanah selesai pada awal atau selambat-lambatnya akhir Januari 2007," kata Agustinus saat dihubungi Bisnis, kemarin.

Pinjaman itu, jelas Agustinus, terbagi ke dalam dua tranche, yaitu tranche A berupa bullet tranche untuk 40% jumlah pinjaman dengan bunga sebesar 10,5%. Sedangkan tranche B berupa amortisasi dari 60% pinjaman yang diperoleh perseroan.

"Jadi, 40% dari total pinjaman senilai US$125 juta dibayarkan sekaligus pada tahun ke-10. Sedangkan sisanya yang 60% dicicil selama 10 tahun dengan tingkat bunga tiga bulan Libor ditambah margin 2,15% per tahun," paparnya.

Adapun masa jatuh tempo pinjaman ini tidak lebih dari 31 Maret 2017.

Menurut Agustinus, dengan pinjaman ini Apexindo memecahkan rekor pinjaman bertenor paling lama yang pernah diperoleh perusahaan nasional. Di samping itu biaya pinjamannya juga paling murah.

Dia mengklaim, "Kami adalah perusahaan nasional yang pertama kali mendapatkan pinjaman dengan tenor paling lama. Ini merupakan terobosan terbaru."

Lead arranger

Dia mengatakan pengatur utama (lead arranger) pinjaman tersebut ada empat yakni Natexis Singapura, Standard Chartered Singapura, Goldman Sachs Hong Kong, dan PMA, hedge fund asal Hong Kong.

Sedangkan bank yang terlibat hanya satu yakni UOB Singapura, yang mengambil porsi pinjaman sebesar US$20 juta. Sementara selebihnya terbagi merata oleh keempat arranger.

Menurut Agustinus, kelima lembaga keuangan tersebut tidak menjual pinjaman itu kepada pihak lain melainkan menyimpannya sebagai aset perusahaan. "Mereka tidak melakukan sindikasi lagi. Mereka simpan itu [pinjaman] sebagai aset."

Jack-up rig Soehanah diperkirakan tiba di Indonesia sekitar pertengahan Februari-Maret 2007. Adapun biaya pembuatannya mencapai US$150 juta, di mana US$30 juta telah dilunasi terlebih dahulu.

Soehanah merupakan alat pengeboran sekaligus produksi minyak dan gas lepas pantai. Menurut perseroan, jack-up rig ini dibangun dengan standar yang paling mewah. Sementara kemampuan pakainya bisa mencapai 35 tahun.

Meski masih dalam proses pembuatan, Soehanah menjadi satu-satunya penawar atas tender pengeboran yang digelar Total untuk lapangan Sisi dan Nubi, dekat Bontang, Kalimantan Timur, senilai US$200 juta.

Dengan demikian, ketika jack-up rig itu tiba di Indonesia dapat langsung menggarap proyek baru dan menyumbangkan pendapatn bagi perseroan.

Nama Soehanah diambil dari nama ibu Hilmi Panigoro, pendiri PT Medco Energi Internasional, yang merupakan induk perusahaan dari Apexindo.

Terkait dengan kinerja perseroan, Agustinus memperkirakan pada triwulan ketiga ini pendapatan maupun laba yang diperoleh perseroan meningkat signifikan.

"Untuk penjualan saja sudah lebih tinggi 20% dibandingkan perolehan tahun lalu." (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari

Bisnis Indonesia

Apexindo Dapat Utang Rp 1,13 T

JAKARTA, Republika -- Perusahaan pengeboran minyak PT Apexindo Pratama Duta Tbk mendapatkan pinjaman jangka panjang sebesar 125 juta dolar AS (Rp 1,13 triliun). Fasilitas kredit ini berasal dari sindikasi yang dipimpin Natexis Banques Populaires.

Sebagai agen, Security Trustee dan Book Runner, serta Goldman Sachs LLC. Sedangkan PMA Investment Advisors dan Standard Chartered Bank sebagai joint mandated lead arrangers dan United Overseas Bank Ltd sebagai lead arranger.

Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B Lomboan, mengatakan kesepakatan itu ditandatangani pada 25 September 2006. Agustinus mengatakan dana pinjaman tersebut digunakan untuk membangun rig jack up baru perseroan yang bernama Soehanah.

''Fasilitas kredit ini merupakan asset based financing yaitu pembiayaan berdasarkan nilai aset dan kemampuan aset tersebut untuk menghasilkan pendapatan,'' katanya di Jakarta, kemarin (26/9).

Fasilitas ini berjangka waktu 10 tahun dengan suku bunga sangat kompetitif yaitu LIBOR +2,15 persen untuk porsi amortisasi dan 10,5 persen bunga tetap untuk porsi bullet. Menurut Agustinus, fasilitas ini merupakan fasilitas kredit berjangka lebih dari tujuh tahun dari bank asing yang untuk pertama kalinya diperoleh oleh perusahaan Indonesia.

Dia menambahkan aset rig Soehanah yang didanai ini sudah dapat langsung menghasilkan pendapatan. Pasalnya, rig tersebut telah berhasil mendapat kontrak selama 3 tahun senilai 170 juta dolar AS dengan Total E&P Indonesie. Sementara itu, PT Bakrie Sumatera Plantations (BSP) Tbk, lewat anak usahanya di Belanda, akan menerbitkan Senior Secure Notes sebesar 110 juta dolar AS (Rp 1 triliun). Sekretaris Perusahaan BSP, Fitri Barnas. mengatakan surat utang senior berjaminan itu akan dicatatkan di Bursa Efek Singapura.

''Surat utang itu tidak akan ditawarkan dan atau dijual di Indonesia maupun kepada warga negara dan badan hukum Indonesia,'' kata Fitri. Dalam penerbitan surat utang ini yang akan bertindak selaku joint lead managers (pimpinan kerja sama) adalah Jefferies & Company Inc dan PT Danatama Makmur. Penerbitan surat utang berjangka waktu lebih dari lima tahun ini akan dilakukan melalui anak usahanya, yaitu BSP Finance BV, suatu perseroan terbatas yang didirikan dan diatur menurut hukum Belanda.

(una )

Apexindo Dapat Kredit 125 Juta Dollar AS

Jakarta, Kompas - Perusahaan kontraktor pengeboran minyak dan gas, PT Apexindo Pratama Duta Tbk, memperoleh pinjaman baru senilai 125 juta dollar AS.

Dana tersebut akan digunakan oleh anak perusahaan Medco itu untuk pembayaran pembangunan Rig Soehanah di Singapura.

Pinjaman yang diperoleh Apexindo tersebut merupakan fasilitas kredit sindikasi dari Natexis Banques Populaires dan Standard Chartered Bank, masing-masingsebesar 27,5 juta dollar AS.

Pinjaman juga didapat dari Goldman Sachs LLC dan PMA Investment Advisors, masing- masing sebesar 25 juta dollar AS, dan dari United Overseas Bank Ltd sebesar 20 juta dollar AS.

Direktur Keuangan Apexindo, Agustinus B Lomboan, Selasa (26/9) di Jakarta, mengatakan bahwa total dana yang dibutuhkan untuk membangun Rig Soehanah sebesar 150 juta dollar AS.

Dari jumlah itu, sebesar 30 juta dollar AS telah dibayarkan Apexindo kepada perusahaan kontraktor sebagai uang muka, sedangkan sisanya akan dibayarkan bulan Januari 2007, saat rig tersebut selesai dibangun.

Agustinus menambahkan, fasilitas kredit ini merupakan asset based financing, yakni pembiayaan berdasarkan nilai aset dan kemampuan aset tersebut untuk menghasilkan pendapatan.

Fasilitas ini berjangka waktu 10 tahun dengan suku bunga sangat kompetitif, yaitu tingkat suku bunga Libor (London Interbank Offered Rate) plus 2,15 persen untuk bunga mengambang dan 10,5 persen untuk bunga tetap.

"Fasilitas ini merupakan fasilitas kredit berjangka lebih dari tujuh tahun dari bank asing yang untuk pertama kalinya diperoleh oleh perusahaan Indonesia. Tentunya hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Apexindo," kata Agustinus.

Keuntungan perusahaan

Rig Soehanah merupakan rig jack up, yakni rig yang memiliki tiga kaki yang dapat dimasukkan ke dalam laut saat dilakukan pengeboran, dan kaki-kaki tersebut bisa ditarik kembali saat rig akan dipindahkan.

Rig Soehanah merupakan rig jenis jack up kedua setelah Rig Raniworo yang dimiliki Apexindo. Rig Raniworo merupakan rig yang saat ini sedang disewa oleh perusahaan minyak di Timur Tengah. Kedua rig ini menyumbang sekitar 75 juta dollar AS bagi pendapatan perseroan pada tahun 2007.

"Untuk jenis rig lepas pantai, Rig Soehanah merupakan yang keenam yang dimiliki perseroan. Sementara untuk rig darat, saat ini jumlah yang dimiliki sebanyak delapan rig," ujar Agustinus.

Rig Soehanah diperkirakan mulai beroperasi paling cepat pada Februari 2007. Rig tersebut akan langsung menyumbang pada pos pendapatan perseroan sebab sudah mendapat kontrak selama tiga tahun dari Total E&P (perusahaan migas asing) untuk pengeboran di Balikpapan, Kalimantan Timur. Total nilai kontraknya 170 juta dollar AS.

"Dengan demikian, arus kas dari aset ini dapat langsung terbentuk sehingga bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bahkan dapat lebih cepat dari waktu yang ditentukan," ungkap Agustinus.

Tahun ini, pendapatan Apexindo bisa meningkat 20 persen, dari 119 juta dollar AS pada akhir 2005 menjadi 140 juta dollar AS pada tahun 2006. "Setiap bulan keuntungan yang kami bukukan 1,5 juta dollar AS sampai 2 juta dollar AS," ucap Agustinus. (TAV)

Monday, September 25, 2006

Norwegia Melamar Apexindo

Kontan --- Saham-saham di sektor minyak dan pertambangan boleh saja mulai terkena sentimen negatif turunnya harga minyak bumi belakangan ini. Namun, nama perusahaan pengebor perut bumi, Apexindo Pratama Duta, tetap menyembul ke papan atas bursa rumor di pasar Jakarta. Maklum, baru-baru ini terbersit kabar: anak perusahaan minyak PT Medco Internasional ini tengah ditaksir Sea Drill.

Konon, Sea Drill ingin mencaplok Apexindo sebagai salah satu strategi mereka melebarkan sayap bisnisnya di bidang pengelolaan rig. Untuk tujuan itu pula, Sea Drill telah mengambil alih perusahaan sejenis asal Norwegia, yakni Norwegian Eastern Drilling. “Awal September, Sea Drill sudah mengumumkan tender offer atas sisa saham perusahaan ini. Tidak lama lagi APEX akan menyusul, kan surat lamarannya sudah mereka kirim,” ujar seorang pemain pasar.

Sea Drill memang bukan satu-satunya perusahaan yang kesengsem dengan Apexindo. Perusahaan penyewaan rig yang mengantongi laba bersih hampir Rp 150 miliar di semester pertama 2006 ini juga pernah ditaksir oleh perusahaan minyak asal India, Aban Loyd Chiles Offshore Ltd (ALCO). Namun, belakangan, Medco menolak lamaran ALCO, lantaran Apexindo masih memberikan keuntungan yang lumayan bagi Medco.

Lalu bagaimana dengan lamaran dari Norwegia ini? “Kami belum menerima penawaran apa pun dari Sea Drill. Kalaupun ada, pasti akan kami umumkan,” ujar pucuk pimpinan Medco, Hilmi Panigoro. Hilmi malah menegaskan, Medco tidak akan menjual Apexindo kepada pihak lain. “Apexindo tidak kami jual,” tandasnya. La, kalau tiba-tiba penawaran yang diajukan Sea Drill menggiurkan secara harga, gimana nih? “Akan kita lihat. Kalau tawarannya bagus sekali apa boleh buat,” ucapnya tersenyum. Wealah…

Friday, September 22, 2006

Medco berpeluang lepas Apexindo

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk akan kembali mempertimbangkan penjualan anak usahanya, PT Apexindo Pratama Duta Tbk, jika muncul tawaran pembelian yang menarik di masa mendatang.

Pemilik Medco Group Arifin Panigoro mengatakan perseroan memang secara resmi telah membatalkan rencana penjualan Apexindo beberapa waktu lalu. Namun, keputusan itu tak berlaku permanen sehingga penjualan itu bisa saja kembali dilakukan sewaktu-waktu di masa mendatang.

"Perusahaan terbuka seperti kami kan memperhitungkan keuntungan. Kalau harganya bagus sekali mungkin juga [Apexindo] dijual," ujarnya.

Hingga kini, lanjut dia, perseroan masih mempertahankan perusahaan jasa pengeboran itu karena dinilai masih strategis untuk menopang proyek eksplorasi migas mereka.

Dia menjelaskan biaya sewa jasa pengeboran di luar Apexindo masih terlalu mahal jika dibandingka menggunakan jasa anak usahanya sendiri. Karenanya, perseroan masih mempertahankan perusahaan tersebut.

Sebelumnya, Medco berencana menjual 52% saham yang dimilikinya di Apexindo. Tiga investor asing telah menyebutkan minatnya yakni Aban Loyd Chiles Offshore Ltd (ALCO) dari India, China Oilfield Services Limited (COSL), dan China National Offshore Oil Corporation Limited (CNOOC).

ALCO menawar harga saham Med-co senilai US$550 juta atau Rp3.666 per lembar saham, sementara China Oilfield Services Limited (COSL) dan China National Offshore Oil Corpo-ration Limited (CNOOC) telah meng-gelar uji tuntas (due dilligence).

Namun, Medco membatalkan ren-cana penjualan tersebut. Dalam riset tentang Apexindo kemarin, Danareksa Sekuritas meyakini dua alasan pembatalan penjualan Apexindo.

Pertama, keputusan itu di luar dari tujuan strategis Medco yang fokus pada bisnis eksplorasi dan produksi. Kedua, karena harga penawaran yang terlalu rendah da tingkat sewa rig di pasar saat ini naik empat hingga lima kali lipat dibandingkan tahun lalu

Arifin menegaskan pembatalan penjualan Apexindo itu bukan karena harga penawaran yang terlampau rendah, melainkan lebih karena masih besarnya kebutuhan jasa pengeboran perusahaan energi itu.

Dia mengakui harga penawaran yang diberikan investor atas saham Apexindo sangat bagus. Pihaknya dapat membukukan keuntungan besar karena sahamnya terjual dengan harga premium.

"Pembatalan kemarin karena pertimbangan bisnis karena kami masih perlu dukungan jasa drilling. Kalau Apexindo dilepas, jangan-jangan untuk operasi kami sendiri nanti malah susah," tuturnya kepada Bisnis, kemarin.

Dalam perdagangan kemarin, saham Medco (MEDC) diperdagangkan seharga Rp3.350 atau menguat Rp100 dari posisi penutupan sehari sebelumnya. Sementara itu, saham Apexindo diperdagangkan seharga Rp1.570 atau turun Rp10.

Pernyataan pembatalan penjualan saham Apexindo pada 12 Agustus lalu, menyebabkan harga saham emiten tersebut anjlok Rp190 ke posisi Rp1.560. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 18 Agustus 2005. (arif.gunawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S.

Bisnis Indonesia

Wednesday, September 20, 2006

APEXINDO LINDUNGI EKOSISTEM DI TELUK BANTEN


Pada tanggal 20 September 2006, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (“Apexindo”/”Perseroan”) melaksanakan acara pencanangan kegiatan penanaman bakau dan lamun (sea weed) di Teluk Banten, Propinsi Banten. Kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Serang, Dinas Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dan Lembaga Swadaya Masyarakat Rekonvasi Bhumi. Pada kegiatan ini, Apexindo akan menanam pohon bakau seluas 2 hektar dan lamun seluas 1,6 hektar di lokasi Teluk Banten.

“Inisiatif penanaman bakau dan lamun di Teluk Banten ini menunjukkan kepedulian Apexindo dalam melindungi ekosistem setempat, mengingat tanaman bakau dan lamun merupakan elemen penting dalam jaringan ekosistem laut. Sebagai perusahaan pemboran yang berhubungan erat dengan lingkungan hidup, Manajemen Apexindo sangat menaruh perhatian pada faktor kesehatan, keselamatan dan lingkungan. Manajemen Perseroan menginginkan tidak adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan Perseroan, lebih jauh lagi kami selalu berusaha untuk melindungi dan ikut melestarikan lingkungan”, demikian keterangan Hertriono Kartowisastro, Direktur Utama Perseroan.

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang juga sangat mendukung pelaksanaan kegiatan ini. Bupati Serang, H. Taufik Nuriman, menyampaikan komentarnya, “Kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah dan dunia usaha telah dibuktikan melalui kegiatan ini. Kami berharap bahwa kegiatan pelestarian lingkungan yang sangat baik ini dapat diikuti oleh perusahaan-perusahan lainnya, khususnya di Kabupaten Serang”.

Hingga saat ini, kegiatan penanaman lamun di Indonesia untuk mengembalikan ekosistem laut belum pernah dilakukan dalam skala besar dan masih sebatas kegiatan penelitian. Wawan Kiswara dari Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI menyampaikan “Apexindo merupakan perusahaan yang pertama kali di Indonesia dan satu-satunya yang melakukan kegiatan penanaman lamun dalam skala besar dengan memberdayakan masyarakat setempat. Usaha ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk dapat mencapai tujuan menciptakan areal penangkapan ikan dan mengembalikan fungsi ekologis padang lamun di Teluk Banten”.

Pada kegiatan ini, Apexindo melibatkan 29 orang nelayan setempat sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat. Hertriono menjelaskan, “Kami juga mendorong peran serta masyarakat untuk ikut menjaga ekosistem di Teluk Banten dan mengingat mata pencaharian mereka sebagai nelayan, maka kami berharap bahwa pada akhirnya mereka akan ikut merasakan manfaat dari kegiatan ini.”

Tuesday, September 19, 2006

Drilling Rig Expected to Return to the Mubarek Field in Early November

Rigzone.com, Sky Petroleum 9/19/2006 --- Sky Petroleum and Crescent Petroleum Company International Limited, the operator of the Mubarek Field, announce that the Rani Woro jackup rig, currently drilling for another operator, is expected to return to the field around November 1, 2006. This date is approximately 45 days later than originally anticipated due to operational delays with the current operator. Earlier this year, Crescent signed a contract with P.T. Apexindo Pratama Duta Tbk, to drill the two obligation wells using the Rani Woro jackup rig. The Rani Woro can operate to a water depth of 350 feet and has a 25,000 foot drilling capacity.

As announced on July 26, 2006 Sky Petroleum and Crescent have agreed on a second well location to be drilled to the Ilam/Mishrif reservoir. The data from the first well, Mubarek H2, allowed an up to date assessment of the factors affecting reservoir performance in this mature field which indicated that the proposed J3 location should be reconsidered. The second well, designated Mubarek K2-ST3, will now be drilled on the northwest of the field proximal to the Mubarek K1 well location. K1 was drilled as Thamama producer (a deeper gas condensate reservoir underlying the Ilam/Mishrif) and electric log readings over the Ilam/Mishrif section indicate good oil saturated reservoir.

Crescent has also continued evaluating the H2 well. Following a review of the results of the Memory Production "MPLT" data, Crescent plans to carry out wireline work on the H2 well within the coming weeks. The objective will be to set a bridge plug to isolate perforations which appear to be producing water and no oil. In addition the planned alterations to the gas lift system in the well are anticipated to enable an increase in oil production from the well. After observing the well's performance as a result of this configuration change Crescent will evaluate whether a re-stimulation program of the zones in the Ilam section should be carried out. During August the oil production from the H2 well averaged approximately 200 bopd with an average water cut of 90%.

"We continue to generate revenues of approximately $200,000 per month and believe we will see improved income from the Mubarek Field when both wells are on production," said Brent Kinney, chief executive officer of Sky Petroleum, Inc. "We are also continuing to look at other oil and gas opportunities that will add shareholder value."

The Participation Agreement with Crescent gives Sky Petroleum the right to participate in a share of the future production revenue by contributing up to $25 million in drilling and completion costs related to two obligation wells in the Mubarek Field, offshore United Arab Emirates. The $25 million commitment for both wells was fully paid by the end of the first quarter of 2006. It is anticipated that the second obligation well, which will spud in the fourth quarter of 2006 will be completed within 45 days. On completion of the two obligation wells a further well development program will be evaluated. Sky Petroleum believes that there is potential for additional wells to be drilled and anticipates production from these wells to commence in late 2007 or 2008 subject to a positive evaluation and rig availability.