JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Apexindo Pratama Duta Tbk berhasil mendapatkan pinjaman bertenor 10 tahun sebesar US$125 juta untuk biaya pembangunan jack-up rig Soehanah.
Direktur Keuangan Apexindo Agustinus Lomboan mengatakan pinjaman baru akan ditarik saat proses pembangunan jack-up rig Soehanah selesai pada awal atau paling lambat akhir Januari 2007.
"Sesuai perjanjian yang sudah kami tanda tangani, dana ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan rig. Dimana pinjaman baru dicairkan setelah pembangunan Soehanah selesai pada awal atau selambat-lambatnya akhir Januari 2007," kata Agustinus saat dihubungi Bisnis, kemarin.
Pinjaman itu, jelas Agustinus, terbagi ke dalam dua tranche, yaitu tranche A berupa bullet tranche untuk 40% jumlah pinjaman dengan bunga sebesar 10,5%. Sedangkan tranche B berupa amortisasi dari 60% pinjaman yang diperoleh perseroan.
"Jadi, 40% dari total pinjaman senilai US$125 juta dibayarkan sekaligus pada tahun ke-10. Sedangkan sisanya yang 60% dicicil selama 10 tahun dengan tingkat bunga tiga bulan Libor ditambah margin 2,15% per tahun," paparnya.
Adapun masa jatuh tempo pinjaman ini tidak lebih dari 31 Maret 2017.
Menurut Agustinus, dengan pinjaman ini Apexindo memecahkan rekor pinjaman bertenor paling lama yang pernah diperoleh perusahaan nasional. Di samping itu biaya pinjamannya juga paling murah.
Dia mengklaim, "Kami adalah perusahaan nasional yang pertama kali mendapatkan pinjaman dengan tenor paling lama. Ini merupakan terobosan terbaru."
Lead arranger
Dia mengatakan pengatur utama (lead arranger) pinjaman tersebut ada empat yakni Natexis Singapura, Standard Chartered Singapura, Goldman Sachs Hong Kong, dan PMA, hedge fund asal Hong Kong.
Sedangkan bank yang terlibat hanya satu yakni UOB Singapura, yang mengambil porsi pinjaman sebesar US$20 juta. Sementara selebihnya terbagi merata oleh keempat arranger.
Menurut Agustinus, kelima lembaga keuangan tersebut tidak menjual pinjaman itu kepada pihak lain melainkan menyimpannya sebagai aset perusahaan. "Mereka tidak melakukan sindikasi lagi. Mereka simpan itu [pinjaman] sebagai aset."
Jack-up rig Soehanah diperkirakan tiba di Indonesia sekitar pertengahan Februari-Maret 2007. Adapun biaya pembuatannya mencapai US$150 juta, di mana US$30 juta telah dilunasi terlebih dahulu.
Soehanah merupakan alat pengeboran sekaligus produksi minyak dan gas lepas pantai. Menurut perseroan, jack-up rig ini dibangun dengan standar yang paling mewah. Sementara kemampuan pakainya bisa mencapai 35 tahun.
Meski masih dalam proses pembuatan, Soehanah menjadi satu-satunya penawar atas tender pengeboran yang digelar Total untuk lapangan Sisi dan Nubi, dekat Bontang, Kalimantan Timur, senilai US$200 juta.
Dengan demikian, ketika jack-up rig itu tiba di Indonesia dapat langsung menggarap proyek baru dan menyumbangkan pendapatn bagi perseroan.
Nama Soehanah diambil dari nama ibu Hilmi Panigoro, pendiri PT Medco Energi Internasional, yang merupakan induk perusahaan dari Apexindo.
Terkait dengan kinerja perseroan, Agustinus memperkirakan pada triwulan ketiga ini pendapatan maupun laba yang diperoleh perseroan meningkat signifikan.
"Untuk penjualan saja sudah lebih tinggi 20% dibandingkan perolehan tahun lalu." (pudji.lestari@bisnis.co.id)
Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia