JAKARTA, Bisnis Indonesia: Korporasi raksasa Jepang Mitsubishi kemungkinan besar memenangi tender divestasi 20% saham induk PT Medco Energi Internasional Tbk, Encore Limited, yang kini dikuasai keluarga Panigoro.
Perusahaan Jepang itu menyisihkan Aabar Petroleum Investments Company dari Abu Dhabi yang mengundurkan diri, membeli 20% saham Encore senilai US$350 juta.
"Kemungkinan besar Mitsubishi yang mendapatkan saham Encore karena Aabar Petroleum mengundurkan diri akibat ketidakcocokan data teknis," tutur dua eksekutif yang mendengar rencana itu kepada Bisnis, belum lama ini.
Ketika dikonfirmasi, Presdir Medco Hilmi Panigoro menolak kabar penjualan saham Encore. "Untuk tumbuh kami memang membutuhkan kemitraan jadi kemungkinan penjualan itu ada, tetapi sampai saat ini belum ada transaksi," katanya.
Namun, dia menolak memberi penjelasan terkait segala proses pratransaksi karena proses ini bersifat rahasia.
Proses uji tuntas penjualan saham Encore itu sudah dimulai sejak November tahun lalu di mana waktu itu terdapat lima calon pembeli. Dalam penjualan itu, Encore menyewa Credit Suisse sebagai penasihat keuangan, Aabar Petroleum menyewa bank investasi asing Merrill Lynch.
Encore, perusahaan yang berbasis di British Virgin Island, merupakan induk Medco Energi dengan kepemilikan 50,7% saham dan kini dikuasai sepenuhnya oleh keluarga Panigoro.
Dana dari penjualan saham Encore, katanya, akan dimanfaatkan keluarga Panigoro untuk membiayai kembali utangnya sekitar US$200 juta yang sebelumnya digunakan membeli seluruh saham New Link dari PTTEP Offshore Investment Limited dan Credit Suisse First Boston.
Semula, PTTEP memiliki 40% saham New Link dan Credit Suisse menguasai 19,9% saham. Waktu itu, Medco dimiliki oleh New Link 85,5%, 6,8% saham dalam portepel perseroan, dan publik memegang 7,7% saham. Kini, pemegang saham Medco adalah Encore secara langsung 50,7%, publik 42,6%, dan saham dalam portepel 6,7%.
Obligasi batal
Sementara itu, eksekutif tadi menambahkan Medco membatalkan rencana penerbitan obligasi US$300 juta karena itu merupakan salah satu opsi untuk mendapatkan dana segar.
Namun, Hilmi menegaskan Medco masih mempertimbangkan rencananya untuk menerbitkan obligasi berdenominasi dolar pada semester ini.
"Itu kan salah satu opsi, kemungkinan saja untuk kebutuhan pembiayaan kembali. Namun, hal itu masih dibahas, belum selesai. Bisa saja obligasi [yang akan jatuh tempo] itu kami bayar atau refinancing," tuturnya.
Medco saat ini tercatat mempunyai obligasi I/2004 senilai Rp1,35 triliun, yang akan jatuh tempo pada 12 Juli 2009.
Terkait rencana divestasi saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, anak perusahaan yang bergerak di bisnis pengeboran minyak, Hilmi membantah soal adanya penunjukan Credit Suisse sebagai konsultan keuangan dalam mengurusi divestasi saham milik keluarga Panigoro di Apexindo. "Itu hanya rumor.".
Menurut dia, yang tengah dilakukan perseroan adalah melakukan rasionalisasi aset secara menyeluruh, bukan hanya terhadap aset pengeboran tetapi seluruh aset, sehingga aset yang tidak compatible akan dilepas.
Eksekutif tadi menambahkan nilai 100% saham Apexindo diperkirakan US$700 juta. Namun, dengan kondisi bisnis pengeboran yang sedang bagus, peluang Medco mendapatkan harga US$850 juta untuk 100% saham anak perusahaan itu terbuka lebar.
Sementara itu, dalam riset terbarunya yang terbit pada 20 Juli, analis Credit Suisse Edwin Pang meningkatkan rekomendasi terhadap saham berkode MEDC menjadi outperform dari semula netral. Dia juga mendongkrak target harga saham Medco ini menjadi Rp4.550.
Credit Suisse memprediksi pendapatan Medco tahun ini US$863,7 juta, US$941,3 juta tahun depan, dan US$946,8 juta pada 2009. Laba bersih emiten migas itu tahun ini diestimasi mencapai US$73,4 juta, US$73,6 juta tahun depan, dan US$135,9 juta pada 2009. (pudji.lestari@bisnis.co.id/wisnu.wijaya@bisnis.co.id)
Oleh Pudji Lestari & Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia