Friday, December 21, 2007

Pendapatan Tembus US$ 246 Juta, Apexindo Percepat Pelunasan Utang US$ 120 Juta

JAKARTA, Investor Daily --- Perusahaan pengeboran tambang PT Apexindo Pratama Duta Tbk akan mempercepat pelunasan utang sebesar US$ 120 juta atau sekitar Rp 1,12 triliun. Perseroan melunasi kewajiban kepada sindikasi lembaga keuangan asing, antara lain Natexis Banques Populaires, Standard Chartered Bank, Goldman Sachs, PMA Investment Advisors, dan United Overseas Bank.

Direktur Apexindo Agustinus B Lomboan mengatakan, percepatan pelunasan utang sebagai salah satu solusi untuk mengurangi beban bunga. Sebab, bunga pinjaman mengacu London Interbank Offered Rate (LIBOR) + 2,15% untuk porsi amortisasi dan 10,5% bunga tetap untuk porsi bullet. Utang akan jatuh tempo hingga tahun 2016.

“Jadi, jatuh temponya masih sembilan tahun lagi, sehingga bisa membebani keuangan kami,” kata dia usai paparan publik perseroan di Jakarta, Rabu (19/12).

Pinjaman perseroan semula berjumlah US$ 125 juta. Utang itu dipakai membangun rigs jack up Soehanah tahun 2006. Namun, tahun ini Apexindo sudah mencicil utang senilai US$ 5 juta, sehingga berkurang menjadi US$ 120 juta.

Menurut Agustinus, pelunasan utang sebesar US$ 120 juta sekaligus mengurangi total kewajiban menjadi US$ 79 juta atau sekitar Rp 734,7 miliar. Sisa utang tersebut merupakan kewajiban obligasi Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 dan Syariah Ijarah Apexindo Pratama Duta I tahun 2005 yang jatuh tempo 2010.

Apexindo juga berencana membeli kembali (buyback) obligasi tersebut pada 2008. Semula rencana buyback tersebut akan dilakukan hingga batas waktu pada 31 Desember 2007. Namun, pembayaran ditunda tahun depan, sebab harga obligasi di pasar saat ini cukup tinggi sebesar 103%.

“Kami tetap memasukkan rencana buyback obligasi, karena salah satu solusi mengurangi beban bunga selain percepatan utang. Tapi, kalau untuk obligasi, kami menunggu situasi pasar agar tidak terlalu mahal,” tutur dia.

Pembelian kembali obligasi juga bermanfaat ganda bagi Apexindo. Selain mengurangi beban bunga, surat utang ini dapat dijual kembali. Peluang buyback obligasi juga terbuka, mengingat perseroan akan memiliki kas internal senilai US$ 100 juta pada 2008.

Jangka Panjang
Sementara itu, Dirut Apexindo Hertriono Kartowisastro menambahkan, tahun depan perseroan diperkirakan membukukan pendapatan sebesar US$ 246,4 juta. Pendapatan ini ditopang pertumbuhan kontrak.“Sebesar 90% kontrak yang diperoleh bersifat jangka panjang, terbesar dari Total E&P Indonesie,” jelas Hertriono.

Total E&P Indonesie telah memberi kontrak pengeboran tambang kepada Apexindo senilai US$ 506,5 juta selama tahun 2007-2012. Sedangkan nilai kontrak VICO mencapai US$ 85,8 juta pada 2007-2010. Perseroan juga masih memiliki sisa kontrak Santos US$ 166,7 juta untuk tahun 2008-2010 dan Chevron Geothermal Salak Ltd US$ 21,6 juta hingga 2008.

“Ada tiga rigs yang masih menunggu kontrak baru atau perpenjangan, sehingga ada peluang memperoleh pendapatan di atas US$ 246,4 juta tahun depan,” ujar dia.

Oleh Jauhari Mahardhika