Friday, September 21, 2007

Kontrak Rig Apexindo Naik 100%

JAKARTA (Seputar Indonesia) – PT Apexindo Pratama Duta Tbk optimistis pendapatan dari anjungan pengeboran (rig) akan meningkat dua kali lipat pada tahun depan.

Sikap optimistis manajemen perseroan didasarkan pada kenaikan tarif sewa harian yang mencapai 100% dari dua anjungan pengeboran, yang beroperasi pada paruh kedua tahun ini dan tahun depan. ”Pendapatan dari Rig Raniworo tahun depan naik dari USD72.000 menjadi USD146.000,” ungkap Direktur Utama Apexindo Pratama Duta Hertriono Kartowisastro di Jakarta kemarin. Dia menuturkan, kenaikan pendapatan yang cukup signifikan tersebut disebabkan kontrak Rig Raniworo naik 100% dibandingkan kontrak sebelumnya dari Cresent Petroleum.

Tahun ini Rig Raniworo akan dibawa dari Iran ke Jawa Timur untuk mengerjakan kontrak dari Santos. Sampai akhir tahun ini, menurut Hertriono, pendapatan perseroan juga diperkirakan meningkat dengan beroperasinya Rig Soehanah. Peningkatan pendapatan itu didorong segmen anjungan pengeboran darat yang naik 88,6% menjadi Rp529,5 miliar, dari semula Rp280,8 miliar. Di sisi lain, segmen rig laut menyumbang pendapatan Rp906,4 miliar, atau naik hanya 6% dari Rp854,7 miliar. Apexindo telah mengantongi empat kontrak pengeboran baru dan perpanjangan kontrak lama dengan total nilai proyek USD22,5 juta.

Perseroan mendapat perpanjangan kontrak USD13,9 juta untuk pengeboran selama enam bulan di Kalimantan Timur dari VICO untuk Rig 9 dan Rig 10. Kontrak untuk Rig 15 dari Pearoil (Tungkal) Limited senilai USD2,6 juta,kontrak Rig 8 sebesar USD2,5 juta dolar dari Lundin Blora BV, dan Rig 2 dari joint operation body (JOB) Pertamina- Medco Tomori senilai USD3,5 juta. Pada Desember 2006, perseroan mencatatkan pendapatan USD156 juta. Sedangkan sampai semester I/ 2007, pendapatan perseroan tercatat USD81 juta. Mengenai rencana penjualan Apexindo oleh induk perusahaan PT Medco Energi International Tbk, Hertriono berharap perseroan akan dibeli perusahaan yang mempunyai bidang sama.

Hal ini dipandang sangat membantu untuk meningkatkan kinerja perseroan. Jika dibeli sebuah institusi keuangan, sering kali hanya dibeli untuk kemudian dijual kembali. Jadi, saat ini kemungkinannya ada dua. Apexindo dibeli perusahaan yang memang bergerak di bidang pengeboran atau dibeli institusi keuangan. ”Kalau dibeli perusahaan sejenis, kemungkinan kita akan dilebur dengan usaha mereka, dan kita bisa menjadi lebih berkembang. Jika dibeli investment banking atau institusi keuangan, nanti kita lihat saja apa yang akan dilakukan terhadap Apexindo,” tambahnya.

Lebih jauh, dia menuturkan nilai penjualan Apexindo harus lebih tinggi dari kapitalisasi perseroan saat ini yang sebesar USD700 juta. ”Nilai perkiraan yang diberikan investor tidak boleh lebih kecil dari nilai itu. Jika lebih kecil maka tidak akan ada bedanya dengan investor tersebut masuk melalui pasar saham,”ujarnya. Selain Medco, saat ini Apexindo dimiliki Asian Opportunities Fund I Segregated sebanyak 15,858%, serta CIMB-GK Securities Pte Ltd sebanyak 15,858% dan publik sebanyak 16,742%.

Dihubungi terpisah, analis Bhakti Securities Budi Ruseno mempertanyakan alasan penjualan Apexindo oleh Medco. Menurut dia, hal itu sangat aneh di tengah industri pertambangan yang saat ini sedang booming. ”Ada apa Medco melepas Apexindo,”tanyanya. Budi mendukung jika nantinya Apexindo dikuasai oleh perusahaan sejenis. Hal itu akan membuat Apexindo lebih berkembang. ”Kalau perusahaan itu concern dengan usaha yang dilakukan oleh Apexindo, tentu ini akan sangat bagus,” tambahnya. (rakhmat baihaqi)