Marga Raharja, posted by kontan on 09/19/07
JAKARTA, Harian Kontan Bisnis jasa penyewaan anjungan pengeboran minyak (rig) kembali marak. Banyaknya kegiatan eksplorasi menyebabkan harga sewa rig di dalam negeri meningkat. Salah satu yang memanfaatkan pasar rig yang booming ini adalah PT Medco Energi Tbk. Perusahaan yang dikendalikan Keluarga Panigoro itu menghidupkan kembali rencana penjualan 52% saham PTApexindo Pratama Duta Tbk.
"Skedulnya belum pasti. Tahap yang telah berlangsung adalah penunjukan advisor, yaitu Credit Suisse," kata Hilmi Panigoro, CEO Medgo Group. Credit Suisse ini yang akan mencari pembeli saham Apexindo.
Mengenai berapa harga yang diharapkan Medco, Hilmi tidak mau mengungkapkannya. "Yang pasti, saat harga sewa sedang bagus, tentu kami ingin harga jual premium," ujar Hilmi.
Pendapatan sewa yang bagus itu terlihat dalam laporan keuangan Apexindo. Pendapatan sewa rig darat per hari naik hampir tiga kali lipat dari US$ 7.396 per hari jadi US$ 19.791 per hari. Sementara, rig lepas pantai naik hampir dua kali lipat menjadi US$ 53.986 per hari dari US$ 24.862 per hari.
Rig China masuk
Para pelaku industri minyak mengakui harga sewa rig saat ini sedang tinggi-tingginya. Namun mereka menyebut saat ini tak sulit untuk mencari rig. Persediaan rig berlimpah karena perusahaan penyewaan asal China ikut menawarkan rig. Hanya, karena permintaan masih stabil tinggi, maka tarif sewa tetap tinggi.
Aris Riagung, senior drilling Bumi Parahyangan Ranhill, menuturkan pengalaman perusahaannya menyewa rig. Aris, yang baru saja terlibat dalam kegiatan eksplorasi di Jonggol, menuturkan perusahaannya sempat menyewa rig seharga US$ 18 per tenaga kuda atau horse power (hp) per hari. Namun, harga sewa untuk rig yang sama kini menjadi US$ 27 per hp per hari. Itu berarti, sewa rig berkapasitas 1.500 hp buatan China tersebut naik menjadi sekitar US$ 40.500 per hari dari hanya US$ 27.000. "Kisaran kenaikan seperti itu," ungkap Aris. Harga tersebut sudah meliputi kru maupun berbagai perlengkapannya termasuk pipa-pipa untuk pengeboran.
Menurut Aris, di saat biaya sewa rig buatan Amerika mahal, keberadaan rig buatan Cina sangat membantu perusahaan minyak. "Preferensinya memang rig buatan Amerika karena lebih kuat," jelas Aris.
Namun, dari sisi kantong, rig buatan China menjadi favorit. Maklumlah, biaya sewa rig China bisa separuh dari biaya sewa rig buatan Amerika.
Kun Kurnely, Presiden and CEO PTPertamina Eksplorasi dan Produksi, yang belakangan ini juga banyak melakukan kegiatan eksplorasi, membenarkan keterangan Aris. Namun, Kun mengaku, Pertamina tidak terlalu kesulitan dalam mencari rig. "Sebagai perusahaan minyak tertua di Indonesia, kami memiliki rig sendiri. Hanya sebagian saja yang disewa," jelas Kun.
Wednesday, September 19, 2007
Minyak Mahal, Rig Laris, Rig buatan Amerika dan China sama-sama menjadi favorit
Labels: Divestasi Apexindo