Wednesday, April 5, 2006

Laba Medco meleset dari perkiraan

JAKARTA, Bisnis Indonesia: PT Medco Energi Internasional Tbk membukukan kenaikan laba sebesar 1%, meleset dari perkiraan, menyusul meningkatnya pembayaran pajak yang mengikis pendapatan perusahaan itu dari harga minyak yang tinggi.

Dalam laporan keuangannya, Medco menyatakan laba bersih perseroan pada sepanjang tahun lalu naik menjadi US$74,7 juta, dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$73,85 juta.

Perolehan laba perseroan ini meleset dari perkiraan sebelumnya yang menyatakan Medco akan membukukan laba bersih sebesar US$101 juta. Besaran laba ini juga lebih rendah dari yang diperkirakan Dirut Medco Hilmi Panigoro pada 8 September 2005 sebesar US$90 juta.

Beban pajak Medco naik hampir dua kali lipat, membuat perseroan gagal mengambil keuntungan dari kenaikan harga jual minyak dan gas yang menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada tahun lalu.

"Ini kinerja yang buruk. Peningkatan pendapatan hanya sepertiga dari kenaikan harga minyak pada tahun lalu," tutur Kepala Riset PT Indo Premier Securities Suherman Santikno, kemarin. Dia merekomendasikan investor untuk menjual saham perusahaan minyak dan gas bumi itu.

Harga saham Medco kemarin ditutup menurun ke posisi Rp4.125 per saham dari posisi penutupan 28 Maret yang masih mencapai Rp4.200.

Dalam neracanya, Medco menyatakan beban pajak perseroan naik menjadi US$103,49 juta dari sebelumnya US$55,14 juta. Emiten itu membukukan kerugian dari transaksi swap sebesar US$34,7 juta, dibandingkan perolehan tahun lalu yang sebesar US$1,86 juta.

"Yang mengejutkan adalah pengeluaran pajak. Seluruh penjualan, laba operasi, laba kotor, dan lainnya sejalan dengan ekspektasi kami. Akan tetapi, pajak yang digabungkan dengan kerugian transaksi swap telah memotong perolehan dari penjualan minyak," kata analis PT Danareksa Sekuritas Bonny Setiawan.

Danareksa tetap merekomendasi beli pada saham Medco mengingat operasi perseroan yang solid, serta aset dan cadangan baru yang potensial. Bonny menyebutkan aset Medco tersebut a.l. ladang minyak Senoro di Sulawesi, kontrak 18 ladang minyak di Oman, dan 25% saham untuk ladang Jeruk di Jawa Timur.

Harga minyak naik 40% pada tahun lalu, dan sempat mencetak rekor sebesar US$70,85 per barel pada 30 agustus. Pendapatan Medco dari penjualan minyak, gas, listrik, dan methanol naik menjadi US$620,2 juta dari sebelumnya US$550,1 juta.

Dalam pernyataannya pada 22 Februari, perseroan menyatakan penjualan gas alam perseroan turun 9,2% menjadi 136,3 juta kaki kubik per hari, sementara produksi minyak mentah naik 2,8% menjadi 57.040 barel per hari.

Penjualan perseroan dari gas dan minyak bumi pada tahun lalu naik 18% menjadi US$432,4 juta. Sedangkan pada bisnis listrik yang dimulai sejak Desember 2004, perseroan mampu membukukan penjualan sebesar US$8,2 juta.

Perusahaan penambangan ini membukukan perolehan valas sebesar US$4,39 juta dari kerugian sebesar US$6,88 juta pada tahun sebelumnya.

Apexindo rugi

Anak perusahaan Medco Energi, PT Apexindo Pratama Duta Tbk, tahun lalu membukukan kenaikan rugi bersih sebesar 18,1% menjadi Rp43,12 miliar dari tahun sebelumnya Rp36,52 miliar.

Dalam siaran pers kemarin disebutkan bertambahnya kerugian itu karena transaksi swap Apexindo terkait dengan penerbitan obligasi pada April tahun lalu.

Meski ruginya meningkat, pendapatan emiten tiu meningkat 11,2% menjadi Rp1,13 triliun tahun lalu dari periode 2004 yang hanya mencapai Rp1,02 triliun.

Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (Ebitda) Apexindo tahun lalu meningkat 37,2% menjadi Rp459,89 miliar dari posisi tahun sebelumnya Rp335,25 miliar.

Faktor utama yang mendorong pertumbuhan EBITDA adalah penerapan kebijakan efisiensi secara disiplin dan berhasil menambah tingkat profitabilitas. Apexindo juga dapat menekan beberapa komponen biaya seperti biaya perbaikan, pemeliharaan, dan biaya rental.

Laba usaha perusahaan itu tahun lalu melonjak 71,3% menjadi Rp279,51 miliar dari posisi sebelumnya Rp163,17 miliar. (pudji.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Pudji Lestari
Bisnis Indonesia