JAKARTA (SINDO) – PT Apexindo Pratama Duta Tbk berencana membangun anjungan minyak (rig) akhir tahun ini.Untuk pembangunan tersebut perseroan membutuhkan dana USD150 juta.
Presiden Direktur Apexindo Hertriono Kartowisastro mengatakan, rencana pembangunan rig tersebut tergantung dari ada tidaknya perubahan status kepemilikan saham perseroan. ”Artinya, jika saham Apexindo jadi dilepas oleh Medco dan pemegang saham baru menyetujui, rencana itu baru bisa dilaksanakan,” ujarnya seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta kemarin.
Hetriono mengatakan, perseroan tahun ini menganggarkan belanja modal USD10 juta untuk pengembangan usaha. Dana tersebut bisa membengkak berlipat kali jika pemegang saham menyetujui rencana pembangunan rig baru. ”Tergantung dari pemilik baru nanti,” imbuhnya. Terkait rencana pelepasan Apexindo, Presiden Direktur Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengungkapkan, proses negosiasi terus berjalan. Hingga kini, selain PT Mitra Rajasa Tbk, ada dua perusahaan luar negeri yang menyatakan minat, yaitu dari Eropa dan Amerika Serikat, ”Yang pasti, Mitra Rajasa belum menyatakan minatnya secara resmi,” kata Hilmi yang juga menjabat Komisaris Utama Apexindo.
Menurut Hilmi, dalam pelepasan 80% saham Apexindo, yang terdiri atas 48% saham Medco dan 32% saham Encore Limited, harga yang ditawarkan setidaknya di atas pembelian Encore sebesar Rp2.400. ”Saya harap proses pelepasan Apexindo selesai pada kuartal ketiga,”imbuhnya. Kepala Riset Sarijaya Securities Danny Eugene mengatakan, Apexindo adalah perusahaan yang baik secara fundamental dan operasional. Namun,jika dikonsolidasikan dengan Medco, Apexindo sulit bergerak, termasuk untuk mencari pinjaman. Pasalnya, rasio utang terhadap modal Medco terlalu tinggi.
”Jika dilepas, Apexindo akan lebih bagus karena bisa ekspansi,” katanya. Pada rapat kemarin, pemegang saham Apexindo juga menyetujui pembagian dividen tunai sebesar USD0,00826 per saham atau Rp76 per saham (dengan asumsi Rp9.200 per dolar Amerika Serikat). Total dividen yang dibagikan mencapai USD21,8 juta atau 63% dari laba 2007 sebesar USD34,3 juta. Pemegang saham juga menyetujui rencana perseroan membeli kembali sahamnya (buyback). Pelaksanaan buyback maksimal 10% dari jumlah saham yang diterbitkan dengan jangka waktu 18 bulan sejak RUPST. (nunung ahniar)