Wednesday, May 14, 2008

Medco Global Batal Lakukan IPO

JAKARTA, Republika -- Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk yang mengoperasikan ladang minyak di luar negeri, Medco Global, membatalkan rencana go public di Bursa London tahun ini. Medco Energi lebih memilih menjual sebagian saham anak perusahaannya itu kepada mitra strategis mereka.

Presiden Direktur Medco Energi, Hilmi Panigoro, mengatakan, tujuan utama go public atau initial public offering (IPO) adalah mendapatkan dana masyarakat yang ingin berinvestasi di sektor energi. Namun karena kondisi pasar global yang sedang bergejolak, Medco Energi memutuskan tidak melanjutkan IPO dan melanjutkan pencarian dana eksternal lewat opsi lain.

''IPO Medco Global kami tunda dulu karena perlu mengganti opsi. Kami bisa saja melepas 40-45 persen saham ke strategic partner, kata Hilmi, usai rapat umum pemegang saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, Selasa (13/5). Menurut Hilmi, saat ini pihaknya telah berbicara dengan sedikitnya tiga investor. "Kami memang mengambil pemain-pemain besar,'' kata Hilmi.

Total nilai aset Medco Global menurut Hilmi sekitar 1 miliar dolar AS. Nilai blok migas Verenex di Libya saja, kata Hilmi, sudah mencapai 600 juta dolar AS. Dia berharap penjualan sebagian saham Medco Global itu bisa terlaksana tahun ini. Pasalnya, jadwal IPO pun dari semula memang jatuh pada tahun ini.

Selain Medco Global, Hilmi juga sedang menegosiasikan penjualan anak perusahaan yang lain, yakni Apexindo Pratama Duta yang bergerak dalam jasa pemboran migas. Medco Energi akan melepas kepemilikan 80,6 persen saham di Apexindo, yang terdiri dari 48,9 persen saham Medco Energi dan 31,7 persen saham milik Encore Ltd, induk perusahaan Medco Energi.

Sebelumnya sudah ada empat pihak yang menawar Apexindo. Keempatnya yakni Abacus Capital, Recapital Adviory, Texas Pacific Group dan Bormindo Nusantara. Kini tercatat datang lagi tiga penawar baru, yaitu PT Mitra Rajasa Tbk dan dua perusahaan asing, satu dari Amerika Serikat dan satu dari Eropa.

Belum jelas berapa tawaran harga saham dari Mitra, namun perkiraan harga 80,6 persen saham Apexindo itu sekitar Rp 450-550 juta dolar AS. Hilmi menegaskan, pihaknya tidak akan melepas Apexindo dengan harga kurang dari Rp 2.400 per lembar. Bulan Maret lalu harga saham Apexindo sempat jatuh hingga Rp 1.400 per lembar. Namun kemarin saham itu telah diperdagangkan pada kisaran Rp 2.000 per lembar.

Abacus yang pernah menawar Rp 2.450 per lembar saham, menurut Hilmi, belum secara resmi menyatakan mundur dari penawaran. ''Saya tidak bisa ngomong berapa harga penawaran atau yang kita inginkan. Yang jelas lebih dari itu,'' ujar dia.

Upaya melepas Apexindo sebagai bagian dari strategi bisnis Medco Energi Internasional untuk fokus sebagai produsen minyak dan tidak lagi mengurusi bisnis jasa migas. Dengan tambahan dana yang besar, Medco Energi bisa melanjutkan eskpansi usaha serta membiayai berbagai proyek energi yang sudah ada.

Selama dua tahun ini Medco kurang beruntung dengan adanya kesalahan pemboran di Sidoarjo (lumpur Lapindo) dan rendahnya deposit tiga ladang gas di Teluk Mexico, Amerika Serikat. Laba bersih Medco Energi Internasional pada 2007 lalu hanya 6,5 juta dolar AS. Jumlah itu turun dari 2006 yang tercatat 35 juta dolar AS. Namun pada kuartal pertama 2008 ini kinerja Medco Energi sudah membaik.

''Laba bersih pada kuartal ini 23 juta dolar AS. Itu dengan harga minyak 90-104 dolar AS per barrel,'' kata Hilmi. Dia memastikan tahun ini kinerja Medco akan makin baik karena harga minyak terus naik. ''Tahun ini labanya kalikan saja empat. Bisa lebih dari 90 juta dolar AS,'' ujar dia.

Sementara Direktur Utama Apexindo, Hertiono Kartowisastro, berharap siapa pun pemilik baru nanti bisa memberikan gelontoran modal untuk pengembangan usaha Apexindo. ''Kinerja kita sudah bagus, kita ingin berkembang terus dengan bagus,'' ujar Hertiono.

Kuartal pertama 2008, emiten berkode APEX ini membukukan laba bersih 10,2 juta dolar AS atau naik 73 persen dari periode yang sama 2007. Sepanjang 2007, laba bersihnya 34,3 juta dolar AS atau naik 8,9 persen dari 2006. rto